• Tuesday, 24 December 2024

Sejarah GBK: Dari Arena Asian Games 1962 ke Panggung Politik Bung Karno

Sejarah GBK: Dari Arena Asian Games 1962 ke Panggung Politik Bung Karno
Presiden Soekarno dan pemimpin Uni Soviet, Nikita Kruschev melihat maket pembangunan kompleks olahraga dan Stadion Utama GBK pada 1960 | Istimewa

SEAToday.com, Jakarta - Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK) kian mendapatkan perawatan intensif. Upaya itu dilakukan untuk meningkatkan kualitas rumput stadion dalam menyambut babak ketiga kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia. Indonesia akan menantang Australia di Stadion Utama GBK pada 10 September 2024.

Persiapan itu dianggap dianggap penting dan sesuai cita-cita Bung karno. Dulu kala Bung Karno mengutamakan pembangunan Kompleks Olahraga dan Stadion Utama GBK. Bung Besar menganggap GBK adalah simbol supremasi Indonesia di dunia olahraga dan panggung politiknya. Begini ceritanya.

Bung Karno punya peran besar membangun Jakarta. Ia menganggap Jakarta adalah representasi dari wajah kebesaran Indonesia. Wajah Ibu Kota cantik, maka seisi Nusantara dianggap cantik. Begitu pula sebaliknya.

Ia mulai memainkan peranan. Segala macam pembangunan Jakarta harus melalui restunya. Gebrakan itu membuat Bung Karno ikut andil memilih pemimpin yang layak untuk Jakarta. ia juga andil dalam menentukan apa saja yang dibangun di Ibu Kota.

Keinginan Bung Karno kian menggebu-gebu kala Dewan Federasi Asian Games di Tokyo, Jepang memilih Jakarta jadi tuan rumah Asian Games 1962. Soekarno kegirangan. Ia memanggap Asian Games seraya panggung besar memperlihatkan Indonesia ke dunia.

Mula-mula ia ingin Jakarta berbenah. Perencanaan pembangunan kompleks olahraga megah di Jakarta digaungkan. Fasilitasnya sudah tentu mengikuti selera zaman. Ia mampersiapkan pembangunan hotel berbintang dan tentu saja monumen selamat datang.

Bung Besar punya mimpi Asian Games 1962 dapat menjelma jadi yang paling besar dan termegah. Urusan dana tak jadi soal. Ia dapat melakukan diplomasi untuk mencarinya.

“Gangguan paling besar adalah Asian Games yang akan diadakan di Jakarta pada 1962. Presiden sangat ingin membuat Asian Games ini acara paling besar dan paling berhasil. Sehingga dimulailah proyek-proyek besar untuk mempersiapkan Jakarta di mata imternasional,” ungkap Susan Blackburn dalam buku Jakarta Sejarah 400 Tahun (2012).

Pembangunan GBK

Jakarta jadi berbenah sejak Indonesia terpilih sebagai tuan rumah Asian Games 1962. Persiapan yang dilakukan Indonesia tak sedikit. Pembangunan ragam infrastruktur mulai digagas. Namun, hal yang paling utama adalah membangun sebuah kompleks olahraga dengan stadion utama yang megah.

Kompleks olahraga yang kemudian dikenal sebagai GBK mengharuskan Bung Karno andil sedari perencanaan dan pencarian lokasi. Keinginan itu karena Jakarta tak memiliki stadion yang mempuni dan dapat menampung massa dalam jumlah besar.

Satu-satunya stadion lumayan yakni Stadion Ikada yang berada di Lapangan Merdeka (kini: Lapangan Monas). Itupun dengan kapasitas kecil. Staion Ikada takkan memenuhi standar hajatan olahraga sekelas Asian Games.

Bung Karno pun mulai menginisiasi pencarian lokasi baru. Opsi mengelilingi Jakarta dilakukan dengan menumpang helikopter. Suatu langkah dianggap dapat memberikannya gambaran sebuah tempat yang representatif sebagai pusat kompleks olahraga. Bung Karno berkeliling dari pusat hingga selatan Jakarta.

“Dari yang pernah saya dengar, tadinya Bung Karno endak memilih daerah Setiabudi-Karet untuk dijadikan lokasi pembangunan. Maka, Bung Karno akhirnya memiliki daerah Senayan yang waktu itu masih lebih sebagai daerah kampung,” ungkap Firman Lubis dalam buku Jakarta 1950-1970 (2018).

Pemilihan Kampung Senayan tak mudah. Penduduknya harus dipindahkan lebih dahulu. Pemerintah memberikan warga ganti rugi besar sehingga mau pindah dari kampungnya yang senantiasa akan digusur. Proyek kompleks olahraga Senayan pun mulai berlangsung pada 1959.

Teknisi dari Soviet

Pembangunan kompleks olahraga Senayan tak main-main. Pemerintah tak saja membutuhkan lahan seluas 270 hektar. Empunya kuasa juga membutukan dana yang tak sedikit. Lagi-lagi Bung Karno berperan mencarikan danakan.

Bung Karno ingin menunjukkan bahwa tiada mimpi besar yang tak dapat diwujudkan. Apalagi ia sedari lama telah mengidam-idamkan adanya kompleks olahraga dengan stadion utama yang mampu menampung paling tidak puluhan atau ratusan ribu penonton.

Ia mencoba memanfaatkan kedekatannya dengan pemimpin Uni Soviet, Nikita Khrushchev. Ia mendatangi Nikita secara langsung ke Moskow pada 1959. Ia menyatakan niatannya untuk membangun Kompleks olahraga megah dengan stadion utama yang besar.

Soekarno pun berharap Nikita mau memberikan pinjaman dengan bunga lunak kepada Indonesia yang tengah mempersiapkan Asian Games.  Mulanya Nikita terkejut. Ia menganggap ide utama Bung Karno membangun stadion besar dan megah bukan cara bijak dalam membelanjakan utang.

Ia meminta Soekarno untuk memikirkan matang-matang rencana pembangunan Stadion. Namun, Bung Karno mengaku kompleks olahraga dan stadion bukan cuma untuk membangun supremasi di dunia olahraga semata.

Soekarno juga akan menggunakannya untuk menggalang dukungan rakyat. Penjelasan itu membuat Nikita mengerti dan segera memberikan pinjaman supaya rencana Bung Karno menjadi lancar. Apalagi, keduanya bukan satu dua hari saja dekatnya.

“Di antara para pemimpin negara aku tahu, Soekarno lebih menonjol dalam kapasitasnya menggalang dukungan publik. Bung Karno tak dapat dibandingkan dengan Jawaharlal Nehru. Secara umum Soekarno suka mengumpulkan orang banyak. Ia membutuhkan banyak penonton, dan dengan demikian dia membutuhkan sebuah panggung besar, dan itu adalah stadion, yang pada akhirnya kami bangun,”  tegas Nikita Khrushchev dalam buku Memoirs of Nikita Khrushchev Volume 3 (2007).

Bantuan yang diberikan Nikita tak setengah-setengah. Dana besar diberikan untuk mendukung pembangunan kompleks olahraga Senayan. Namun, khusus pembangunan Stadion utama Nikita malahan mengirimkan insyinyur juga teknisi ke Jakarta.

Nikita tak lupa berpartisipasi dalam pencanangan tiang pancang pertama di tahun 1960. Kala itu Nikita menghabiskan waktu berminggu-minggu mengunjungi Indonesia, dari Jakarta hingga Bali. Kompleks olahraga megah nan monumental hasil arahan Bung Karno resmi berdiri 1962.

Kehadiran kompleks olahraga dan stadion utama GBK pun berhasil menarik perhatian dunia. Hajatan Asian Games 1962 yang berlangsung dari 24 Agustus hingga 4 September berjalan sukses.

Bung Karno pun lalu menjadikan GBK bak panggung politik mengumbulkan massa. Kondisi itu membuat retorikanya mampu menjangkau orang banyak. Kelak, kemudian orang-orang tak melupakan jasanya membangun Kompleks olahraga Senayan. Akhirnya, kompleks dengan stadion utama megah dikenal luas hingga hari ini dengan nama: Gelora Bung Karno.

 

 

 

 

Share
News Update
Karawang Whoosh Station Set to Launch on December 24, 2024

Karawang Whoosh Station Set to Launch on December 24, 2024

Transjakarta Launches Open-Top Double-Decker Bus Tour, Let's Expl...

Transjakarta has unveiled its latest innovative offering, the Open Top Tour of Jakarta. This open-top double-decker bus service aligns with the city’s vision of becoming a global destination by enhancing its appeal as a...

91 Indonesians Successfully Evacuated from Syria, Safely Arrived...

The Ministry of Foreign Affairs has successfully evacuated 91 Indonesian citizens from Syria on December 20 and 21, 2024. The evacuation was divided into three flights.

Criminal Investigation Agency Question Cooperatives Minister Budi...

Budi Arie Setiadi, current Minister of Cooperatives, questioned by Kortastipidkor regarding undisclosed matters. Investigation linked to past scandals.

Light Rain Expected Across Most of Jakarta

The BMKG forecasts light rain for most areas of Jakarta and the Thousand Islands on Thursday, (12/19/2024).

Trending Topic