SEAToday.com, Jakarta - Gitaris Sheila on 7, Eross Chandra berhasil melelang gitarnya Fender Telecaster #28 pada 9 Juni 2024. Gitarnya laku hingga menyentuh angka Rp125 juta. Eross pun berencana mengunakan uang hasil lelang untuk membantu rakyat Palestina yang sedang dibombardir Israel.
Misi sosial Eross melelang gitar mendapatkan sambutan positif. Namun, urusan melelang barang bukan hanya dilakukan kalangan musisi belaka. Presiden Soekarno pernah melakukannya. Bung Karno bukan melelang gitar, tapi peci. Begini ceritanya.
Sikap nasionalisme tak hanya hadir lewat omongan belaka. Nasionalisme dapat nongol lewat simbol-simbol –pakaian atau aksesori-- yang digunakan sehari-hari. Pemimpin dunia sudah banyak yang mengadopsi langkah ‘pamer’ nasionalisme.
Pemimpin karismatik asal Palestina, Yasser Arafat tetap setia dengan keffiyeh. Penutup kepala khas Timur Tengah itu dianggap sebagai wujud kebanggaan bangsa Palestina. Konon, tanpa penutup kepala itu Yasser Arafat sulit dikenali.
Evo Morales beda lagi. Pemimpin karismatik Bolivia era 2006-2019 itu justru menjadikan sweter bergaris warna merah, putih, dan biru sebagai simbol nasionalisme. Pakaian untuk udara dingin justru digunakan Evo Morales saat berjumpa dengan pemimpin dunia lainnya.
Nyali Evo Morales mengenakan sweter dalam hajatan resmi mendapatkan sambutan yang meriah oleh rakyatnya. Evo Morales disebut sebagai pemimpin yang merakyat. Sweter yang corak sama yang dikenakan Evo Morales lalu jadi tren baru di Bolivia. Sweter itu mudah ditemukan di saja – pasar hingga toko.
“Presiden kami melanggar semua protokol, dan dia menunjukkan Bolivia dengan mengenakan sweter. Kenapa tidak dipakai? Ini baju kami, khas Andes," ungkap rakyat Bolivia, Reynaldo Pucho dikutip Juan Ferero dalam tulisannya di surat kabar The New York Times berjudul The Fashion of the Populist, 2 Februari 2006.
Bung Karno dan Peci
Penggunakan simbol nasionalisme telah dilakukan oleh Yasser Arafat dan Evo Morales. Namun, pejuang kemerdekaan Indonesia, Soekarno justru jauh lebih dulu. Ia telah menggunakan peci sebagai simbol identitas yang menunjukkan Keindonesiaan dan Nasionalisme sedari Indonesia belum merdeka.
Dulu peci dianggap penutup kepala kelas rendahan di Hindia Belanda (sekarang: Indonesia). Peci hanya digunakan jelata dan rakyat biasa. Mereka yang mengaku diri sebagai anak priayi dan kaum terpelajar tak mau menggunakan peci.
Mereka lebih suka berdandan ala barat dan menggunakan penutup kepala kaum penjajah. Bung Karno pun datang dan mengubah segalanya. Peci justru dijadikan andalan untuk beraktivitas dalam hajatan kecil hingga besar.
Penggunakan peci kian populer berkat aktivitas Bung Karno sebagai orator ulung penentang Belanda. Saban hari peci selalu digunakannya. Anggapan kaum priayi terpelajar terkait peci mulai berubah. Peci mulai jadi tren di antara pejuang kemerdekaan.
“Sebenarnya aku masih diliputi rasa bangga, setelah aku berhasil memperkenalkan pemakaian peci, kopiah beludru hitam yang kemudian menjadi tanda pengenalku, sebagai lambang nasionalisme kami,” ungkap Bung Karno ditulis Cindy Adams dalam buku Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia (2012).
Bung Karno pun tak lupa menggunakan peci andalannya dalam tiap peristiwa penting kebangsaan. Ia mengenakan Peci kala membaca pledoi Indonesia Menggugat, Pancasila, dan Proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Bung Karno Lelang Peci
Tampilan khas Bung Karno menggunakan peci mengundang puja-puji. Namun, tak sedikit yang ingin memiliki langsung peci yang digunakan Bung Karno. Keinginan itu karena masyarakat kebanyakkan mempercayai apa yang digunakan Bung Karno bisa meningkatkan karisma seseorang.
Menteri Luar Negeri Indonesia era 1956-1957, Roeslan Abdulgani pun begitu. Pria yang akrab disapa Cak Roes itu tak pikir panjang saat Bung Karno mengaku tak punya uang berzakat mendekat lebaran. Keinginan itu diungkapnya karena gaji sebagai presiden Indonesia era 1950-an masih terhitung kecil.
Roeslan punya ide. Ia meminta salah satu peci koleksi Bung Karno. Roeslan meyakinkan Bung Karno bahwa pecinya dapat dilelang dan laku besar. Bung Karno lalu percaya saja.
Roeslan pun langsung menelpon keponakannya Anang Tayib yang seorang pengusaha peci asal Gresik berjenama Kuda Mas. Suatu produsen peci yang kerap jadi langganan Bung Karno.
Roeslan menyampaikan niatan untuk melelang peci Bung Karno. Anang dengan senang hati menyanggupinya. Berita pelelangan peci Bung Karno merebak ke mana-mana. Antusiasme meninggi. Banyak di antara pengusaha asal Gresik dan Surabaya datang memenuhi undangan lelang.
Anang pun beride untuk melelang tiga buah peci. Dua buah peci lainnya disiapkan. Anang sengaja mengubah dua peci lainnya supaya terlihat butut.
“Menang saya bikin supaya kelihatan jelek. Peci itu saya ludahi, saya kasih air, saya kasih minyak, pokoknya agar peci-peci itu sudah pernah dipakai Bung Karno,” ungkap Anang dikisahkan Roeslan dalam buku Suka Duka Fatmawati Soekarnoputri (2008).
Anang membuka pelelangan dengan mengatakan sejujurnya bahwa yang dimiliki Bung Karno hanya satu peci. Anang bercerita keteledorannya membuat ketiga pecinya digabungkan dan tak tahu mana yang asli. Pengusaha yang datang tak peduli. Mereka tetap antusias ikut lelang.
Tiga buah peci itu berhasil dilelang dan mendapatkan dana besar, Rp10 juta. Bung Karno kaget bukan main seraya kejatuhan durian runtuh. Dana yang didapat terlampau besar. Bung Karno pun ingin tahu prosesnya dan Roeslan menceritakan kepada Bung Karno perilaku keponakannya yang disambut tertawa.
“Kurang ajar Anang,’ kata Bung Karno sambil tertawa.
Bung Karno lalu meminta Roeslan untuk membagikan seluruh hasil lelang peci untuk menunaikan zakat fitrah. Uang itu dibagikan ke fakir miskin yang berada di makam Sunan Giri. Pelelangan peci jadi bukti karisma Bung Karno memiliki daya tarik yang besar.
Recommended Article
News Update
PLN Customers Get 50 Percent Discount in January and February 20...
Director General of Electricity of the Ministry of Mineral Resources (ESDM) Jisman P. Hutajulu said that his party has set a 50 percent discount for electricity tariffs for household customers of PT PLN (Persero) with po...
174 Victims of Jeju Air Plane Crash Have Been Identified
The Ministry of Agrarian Affairs, Infrastructure and Transport reported that 174 bodies from 179 fatalities of the Jeju Air plane crash in Muan, South Korea, have been identified so far.
Weather Forecast for Jakarta and Around: Light Rain
The Meteorology, Climatology, and Geophysics Agency (BMKG) predicts that light rain will fall in several areas in Jakarta
President Prabowo Announces VAT Increase to 12 Pct. Only for Luxu...
Indonesian President Prabowo Subianto officially announced that the increase of the Value Added Tax (VAT) from 11 percent to 12 percent will be effective on January 1, 2025.
Popular Post
SOEs Ministry Tries Out Four Days in Workweek System
The State-Owned Enterprises (SOEs) Ministry is testing the implementation of a four-day workweek. This was shared on Instagram @lifeatkbumn on Saturday (6/8).
TransJakarta Extends Operational Hours of Soekarno-Hatta Airport...
TransJakarta extended its service time until midnight for the corridor with destination to the Soekarno-Hatta International Airport, starting Wednesday (6/19).