Soeharto dan Medali Emas FAO: Bukti Penting Indonesia Raih Swasembada Beras
SEAToday.com, Jakata - Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia PBB, FAO memberikan penghargaan tertinggi Agricola Medal kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 30 Agustus 2024. Penghargaan itu diberikan karena Jokowi telah berhasil menjaga ketahanan pangan dan swasembada pangan di sektor beras.
Jika melirik sejarah, Jokowi sebenarnya bukan orang pertama dapat penghargaan tertinggi FAO. Dulu kala Presiden Soeharto pernah mendapat medali emas FAO. Bahkan, Soeharto dianggap sebagai tokoh penting pangan dunia karena berhasil swasembada beras. Begini ceritanya.
Sukar memisahkan antara Soeharto kecil dan kaum tani. Pria kelahiran Desa Kemusuk, 8 Juni 1921 paham benar seluk beluk kehidupan pertanian. Ia telah terbiasa melebur jadi satu dengan aktivitas di bidang pertanian yang jadi penunjang ekonomi warga desanya.
Soeharto sehari-hari bermain di sekitar sawah. Ia bahkan senang mandi lumpur. Namun, masa kecilnya tak hanya diisi oleh bermain belaka. Ia kerap diajak pamannya, Prawirowihardjo yang seorang mantri tani keliling desa.
Ia melihat pamannya sebagai orang yang berjasa besar bagi kaum tani. Saban hari Soeharto diajaknya dalam memberikan penyuluhan dan praktek ke kaum tani terkait pengembangan pertanian. Aktivitas itu membuatnya kian paham sulitnya hidup sebagai petani.
Kaum tani bak tak berjarak dengan kemiskinan. Mereka setiap saja bisa jatuh ke kubangan kemiskinan, kala gagal panen atau beras mereka dihargai rendah. Soeharto pun mengoreskan mimpi di dalam sanubarinya: suatu saat ia akan jadi pelindung dan juru selamat kaum tani.
“Mas Harto pun merasakan bahwa pada masa kecil, keberlangsungan hidup dan sekolahnya amat bergantung pada bulir-bulir padi di sawah orang tua dan ternak yang sehat dan gemuk. Ada ikatan batih yang begitu kuat antara dirinya dan pengalaman masa lalu,” ujar adik Soeharto, Probosutedjo ditulis Alberthiene Endah dalam buku Saya dan Mas Harto (2013).
Soeharto dan Swasembada Beras
Takdir membawa Soeharto menggantikan Soekarno dan Orde lama jadi Presiden Indonesia. Soeharto dan Orba pun mulai merancang siasatnya untuk meningkatkan hajat hidup rakyat Indonesia. Penyesuaian dalam segala bidang dilakukan. Segala macam badai krisis coba ditanggulangi.
Keadaan Indonesia pun perlahan-lahan mulai stabil di era 1970-an. Soeharto lalu mengingat mimpinya memakmurkan kaum tani. The Smiling General memahami benar pahit getirnya hidup seorang petani. Mereka terus berjibaku melawan kemiskinan.
Cara bertani masih tradisional dan beli pupuk tak mampu. Imbasnya menjalar ke mana-mana. Pemerintah Orba terpaksa mengandalkan impor. Soeharto tak mau Indonesia terlena dengan impor beras. Ia ingin Indonesia mencapai swasembada beras dan peningkatan hidup petani.
Keinginan itu diwujudkan dengan mendaulat spertanian sebagai sektor yang mendapatkan anggaran terbesar. Gelora Gerakan Pembangunan Pertanian digerakkan. Program-program macam intensifikasi massal dan bimbingan massal digerakkan.
Pemerintah hingga swasta terlibat membantu masyarakat menghasilkan padi berkualitas. Rakyat pun dibekali ilmu pertanian yang mempuni dan praktek langsung. Segala macam kebutuhan tani pun disubsidi pemerintah macam pupuk. Oleh sebab itu, Soeharto banyak membangun sawah-sawah percontohan untuk meningkat hasil pertanian.
“Begitulah, jika dalam tahun 1969 produksi beras kita hanya mencapai 12,2 juta ton, maka dalam tahun 1984 kita mencapai lebih dari 25,8 juta ton,” tegas Soeharto dikutip G. Dwipayana dan Ramadhan K.H. dalam buku Soeharto: Pikiran, Ucapan, dan tindakan Saya (1989).
Kebijakan itu jadi ajian Soeharto dan Orba yang paling kreatif. Soeharto paham benar jika Indonesia memiliki lahan yang melimpah. Sekalinya lahan itu dimaksimalkan. Petaninya dipersenjatai pengetahuan, maka swasembada pangan yang dicita-citakan bukan hal yang tak mungkin tercapai.
“Swasembada beras memang dapat dikatakan sebagai sebuah pencapaian besar bagi Indonesia. Tak hanya mampu memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri, tetapi Indonesia juga menjadi salah satu negara pengekspor beras terbesar di dunia pada 1970-an hingga 1980-an,” imbuh Dhianita Kusuma Pertiwi dalam buku Mengenal Orde Baru (2021).
Dulu kala bermimpi untuk swasembada pangannya banyak yang tak berani. Bahkan, penjajah Belanda dan Jepang sampai tak bisa berpikir bangun pertanian. Indonesia (kala itu masih Hindia Belanda) tercatat mulai impor beras sedari 1847. Soeharto mencoba mengubah segalanya dan jadi pahlawan swasembada beras.
Medali Emas FAO
Gerakan Pembangunan Pertanian yang digagas Soeharto jadi buah bibir di dunia. Soeharto dianggap sebagai tokoh penting dalam menjaga ketahanan pangan di Indonesia. Kerja keras dan usahanya lalu mendapatkan apresiasi dari banyak pihak.
Direktur Jenderal FAO, Edouard Saouma berkali-kali menyebut Soeharto sebagai lambang perkembangan pertanian Intersional. Puncaknya, Soeharto lalu dianugerahkan medali emas FAO di Bina Graha, Jakarta pada 21 Juli 1986. Medali itu Satu berukuran kecil dan satunya lagi lebih besar.
“Soeharto didaulat berpidato di depan Konferensi ke-23 FAO, Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia di Roma, Italia, tanggal 14 November 1985. Dirjen FAO Edonard Saouma dalam kunjungannya di Jakarta Juli 1986, menyerahkan penghargaan berupa medali FAO kepada Soeharto,” pungkas sejarawan Peter kasenda dalam buku Peristiwa 27 Juli 1996 (2018).
Medali emas itu memiliki dua sisi. Sisi pertama memuat wajah Soeharto dengan tulisan: Presiden Soeharto Indonesia. Sisi lainya memuat gambar seorang petani menanam padi dengan tulisan: From Rice Importer to Self-Sufficiency.
Pemberian medali itu diapresiasi oleh Soeharto dan rakyat Indonesia. Pria yang akrab disapa Pak Harto itu tak lupa menyerahkan amanat petani Indonesia berupa gabah sebanyak 100 ribu ton ke FAO. Gabah itu diamanatkan untuk kaum tani di dunia yang keluarganya sedang mengalami kelaparan, khususnya benua Afrika.
Keberhasilan Soeharto dalam menghasilkan swasemba beras membuatnya mendapatkan julukan baru: Bapak Swasembada Beras. Kebanggaan itu takkan luntur di makan zaman. Soeharto tetap dianggap memiliki jasa besar di dunia pertanian, sekalipun di era 1990-an Indonesia kembali impor beras.
Recommended Article
News Update
Criminal Investigation Agency Question Cooperatives Minister Budi...
Budi Arie Setiadi, current Minister of Cooperatives, questioned by Kortastipidkor regarding undisclosed matters. Investigation linked to past scandals.
Light Rain Expected Across Most of Jakarta
The BMKG forecasts light rain for most areas of Jakarta and the Thousand Islands on Thursday, (12/19/2024).
OIKN Targets Legislative, Judicial Buildings to be Completed in...
The Nusantara Authority (OIKN) is targeting the construction of legislative and judicial infrastructure to be completed by 2028.
The Ministry of Foreign Affairs Confirms No Indonesian Citizens A...
The Indonesian Ministry of Foreign Affairs has confirmed that no Indonesian citizens (WNI) were victims of the 7.3-magnitude earthquake that struck Vanuatu on Tuesday, December 17, 2024
Popular Post
SOEs Ministry Tries Out Four Days in Workweek System
The State-Owned Enterprises (SOEs) Ministry is testing the implementation of a four-day workweek. This was shared on Instagram @lifeatkbumn on Saturday (6/8).
TransJakarta Extends Operational Hours of Soekarno-Hatta Airport...
TransJakarta extended its service time until midnight for the corridor with destination to the Soekarno-Hatta International Airport, starting Wednesday (6/19).