• Sunday, 22 December 2024

Menelusuri Sejarah Si Pitung: Robin Hood yang Ditakuti Belanda, Dicintai Orang Betawi

Menelusuri Sejarah Si Pitung: Robin Hood yang Ditakuti Belanda, Dicintai Orang Betawi
Dicky Zulkarnaen (kiri) memerankan Si Pitung (1970) | In Search of Si Pitung: The History of an Indonesian Legenda" karya Margreet van Till

SEAToday.com, Jakarta-Kisah Si Pitung sudah melegenda sejak lama di Jakarta. Sosok jago silat (maen pukulan) Betawi itu dianggap serupa Robin Hood. Ia merampok kaum penjajah dan lintah darat lalu hasil rampokannya dibagikan kepada mereka yang tak berpunya.

Kisah itu didongengkan secara turun-temuru, dan unsur melebih-lebihkan cerita, jelas ada. Orang-orang pun jadi tak dapat membedakan mana dongeng, mana fakta. Pitung sebagai perampok atau sebagai pejuang. Begini kisahnya.

Tradisi lisan terkait Si Pitung telah menyebar dari mulut ke mulut. Cerita terkait kehebatan Jawara Rawa Belong tak jarang diselimuti kabut tebal. Cerita rakyat yang berkembang menyebut Si Pitung adalah pembela kaum tani dan mereka yang teraniaya. Alih-alih penjahat.

Kisah Pitung bermula dari sosoknya yang hidup di lingkungan keluarga Betawi di Rawa Belong. Pria kelahiran Pangumben, Rawa Belong itu sudah sedari kecil dibiasakan belajar perkara ilmu agama dan main pukulan. Sore mengaji, malamnya berlatih maen pukulan.

Tradisi Betawi itu jadi alasan Pitung geram kala melihat penindasan. Ia tak peduli dengan siapa saja yang melakukan penindasan. Barang siapa yang menindas akan dilawan, kaum bumiputra (tuan tanah) atau orang Belanda. Kegeraman itu diperkuat dengan pengalamannya kehilangan uang. Pitung sakit hati.

“Menurut satu cerita rakyat, Pitung terpaksa melakukan perampokan setelah uang yang dia terima dari hasil penjualan kambing ayahnya di pasar di Pasar Tanah Abang, dicuri. Usahanya untuk mendapatkan kembali uang dari si pencuri membangun reputasinya sebagai seorang jago,” ungkap Sejarawan Bondan Kanumoyoso dalam buku Ommelanden (2023).

Jago disini merujuk kepada seseorang yang menggunakan ilmu maen pukulan untuk menegakkan kebajikan. Ia sangat membenci penjajahan. Baginya penjajah dan tuan tanah lintah darat hanya tahu memeras kaum bumiputra dan harus diberi pelajaran.

Kekesalannya itu berbuah ide merampok kekayaan tuan tanah dan penjajah Belanda. Pitung yakin harta benda yang rampoknya ada hak rakyat kecil. Ia sering membagikan hasil rampokannya kepada mereka yang tak berpunya. Kebaikan itu membuat imej Pitung dikenal sebagai Robin Hood dari Betawi.

Aksi Pitung 1892-1983

Tokoh Si Pitung bukan hanya berada di tataran cerita rakyat. Sosok Pitung memang populer jadi pembicaraan seisi Batavia pada 1892-1893. Pembicaraan terkait Si Pitung dan gerombolannya sebagai perampok yang berbahaya bertebaran dalam dokumen kolonial.

Aksi Pitung dalam membobol rumah tuan tanah dan orang Belanda terus diwartakan. Pitung sampai mendapatkan status sebagai perampok paling berbahaya di Batavia. Kondisi itu karena Pitung tak segan-segan menggunakan kekerasan dan pistol dalam tiap aksinya.

Aksi perampokan Pitung yang paling besar diketahui hadir di dua rumah orang kaya. Rumah dari Nyonya de C dan rumah Haji Sapiudin – seorang keturunan Bugis dari Marunda.

“Pada malam antara 30-31 Juli 1892, Si Pitung bersama lima orang dari gerombolannya (Abdul Rahman, Moedjeran, Merais, Dji-ih, dan Gering) dipersenjatai pistol menyusup masuk ke rumah haji. Salah seorang bandit mengancam pemilik rumah dengan senjata api. Tembakan dilepaskan rekannya supaya penghuni kampung tidak mendekat,” ujar sejarawan Margreet van Till dalam buku Batavia Kala Malam: Polisi, Bandit, dan Senjata Api (2018).

Perampokan itu berhasil. Pitung dan gerombolannya berhasil menggondol banyak harta benda. Konon, harta benda itu sebagiannya dibagikan kepada warga yang tak berpunya. Kabar aksi perampokan Pitung mulai menyebar membawa kepanikan.

Orang Belanda panik, orang Betawi justru bersorak gembira. Mereka meyakini Pitung sebagai ikon perlawanan terhadap penjajahan. Orang Betawi tak terlalu peduli dengan status Pitung dianggap orang Belanda sebagai bandit dan penjahat.

Aksi Pitung pun sempat dilumpuhkan. Pitung dan gerombolannya sempat merasakan dinginnya sel dari Penjara Meester Cornelis (sekarang : Jatinegara). Namun, penjara itu tak mampu mengekang aksi Pitung jadi manusia bebas.

Ia mampu melarikan diri dari penjara. Pitung terus buat onar. Beberapa kali dianggap telah membunuh penyelidik dari aparat keamanan. Schout Hinne yang digadang-gadang sosok polisi terbaik Batavia ikut terlibat melakukan pengejaran dan berhasil. Pitung baru bisa dilumpuhkan pada Oktober 1983.

Simbol Perlawanan

Pitung Boleh meninggal dunia, tapi imbas dari aksi-aksinya terus meneror orang Belanda. Ambil contoh kesaksian penasehat urusan bumiputra pemerintah Hindia-Belanda Snouck Hurgronje pada 1902. Kesaksian itu dibuat saat Pitung sudah meninggal beberapa tahun yang lalu.

“Di Betawi dan Maester Cornelis, enam sampai delapan tahun yang lalu ketidaknyamanan jauh lebih besar daripada sekarang. Residen Von Schmidt kehilangan aka l karena harus mengadakan operasi yang sia-sia melawan Pitung dan teman-temannya, serta karena banyaknya peristiwa perampokan di jalan dan pembobolan rumah yang kurang ajar,” ungkap Snouck Horgronje dikutip buku Nasihat-Nasihat C. Hurgronje Semasa Kepegawaiannya di Hindia-Belanda 1889-1936 Jilid IV (1991).

Imej Pitung di mata Belanda tak jauh dari seorang bandit, penjahat, atau perampok. Namun, tidak di mata orang Betawi. Budayawan Betawi, Ridwan Saidi menganggap Pitung sebagai simbol perlawanan. Aksi Pitung merampok dapat menimbulkan rasa kepanikan luar biasa di antara penjajah.

“Bagi orang Betawi, yang penting Pitung telah melakukan perlawanan terhadap penjajah. Ia telah membuat panik kekuasaan kolonial. Ia merepotkan polisi Belanda. Rakyat memperoleh kepuasan menyaksikan bagiamana Pitung berhasil mengecoh polisi Belanda,” jelas Ridwan Saidi dalam buku Profil Orang Betawi: Asal Muasal, Kebudayaan, dan Adat Istiadatnya (2001).

Kepanikan penjajah Belanda dianggap kemenangan bagi orang Betawi. Kondisi itu seraya mengakhiri pandangan siapa sosok Pitung, perampok pejuang atau pejuang perampok. Ingatan akan keberanian Pitung terus dilestarikan lewat lagu, film, atau musik.

Seniman Kenamaan Betawi, Benyamin Sueb pun mengabadikan keberanian Pitung lewat lagu berjudul Si Pitung. Lagu itu hadir dalam album Brang Breng Brong (1972). Benyamin dengan semangat mengungkap sosok Pitung dengan lirik: Bang Pitung sering ngebela rakyat/ Dari tekanan kaum lintah darat/ Biar tugas diancam berat/ Kompeni dijitak kepalanya rengat.

 

Share
News Update
91 Indonesians Successfully Evacuated from Syria, Safely Arrived in Indonesia

91 Indonesians Successfully Evacuated from Syria, Safely Arrived in Indonesia

Criminal Investigation Agency Question Cooperatives Minister Budi...

Budi Arie Setiadi, current Minister of Cooperatives, questioned by Kortastipidkor regarding undisclosed matters. Investigation linked to past scandals.

Light Rain Expected Across Most of Jakarta

The BMKG forecasts light rain for most areas of Jakarta and the Thousand Islands on Thursday, (12/19/2024).

OIKN Targets Legislative, Judicial Buildings to be Completed in...

The Nusantara Authority (OIKN) is targeting the construction of legislative and judicial infrastructure to be completed by 2028.

The Ministry of Foreign Affairs Confirms No Indonesian Citizens A...

The Indonesian Ministry of Foreign Affairs has confirmed that no Indonesian citizens (WNI) were victims of the 7.3-magnitude earthquake that struck Vanuatu on Tuesday, December 17, 2024

Trending Topic