Telkom Indonesia Luncurkan Stunting Action Hub, Bantu Masalah Stunting di Indonesia

Telkom Indonesia Luncurkan Stunting Action Hub, Bantu Masalah Stunting di Indonesia
Telkom luncurkan Stunting Action Hub bantu selesaikan masalah stunting di Indonesia (Telkom)

SEAToday.com, Jakarta - PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (Telkom) resmi meluncurkan program “Stunting Action Hub” untuk membantu penanganan masalah stunting di Tanah Air.

Dikutip dari rilis resminya, program ini telah diimplementasikan di 191 Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) di tujuh provinsi di Indonesia. Program yang berbasis pemberdayaan komunitas lokal ini dijalankan dengan memanfaatkan inovasi di bidang teknologi.

Tujuannya, agar solusi terhadap masalah stunting, yang masih menjadi masalah serius di Indonesia, bisa lebih nyata.

“Di Telkom, kami percaya bahwa digitalisasi harus melampaui infrastruktur dan secara aktif mengatasi tantangan sosial yang mendasar—stunting adalah salah satunya. Melalui platform Stunting Action Hub, kami tidak hanya memberikan solusi berbasis teknologi, tetapi juga memberdayakan masyarakat setempat untuk mengambil alih kepemilikan perubahan,” kata Hery Susanto, Senior General Manager of Social Responsibility Telkom Indonesia.

Hery menambahkan, inisiatif tersebut merefleksikan komitmen Telkom untuk meluaskan dampak sosial lewat pengintegrasian data, teknologi, dan aksi komunitas.

“Hal ini juga sejalan dengan upaya Telkom yang lebih luas untuk mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, khususnya Tujuan 2: Bebas Kelaparan, dan Tujuan 3: Kesehatan dan Kesejahteraan yang Baik, sekaligus membina talenta digital yang mampu mendorong perubahan nyata di lingkungan mereka,” katanya.

Lebih lanjut, program Stunting Action Hub terdiri dari Trainting of Trainers (ToT) untuk para staf kesehatan lokal. Hal itu dilakukan lewat memberi mereka kemampuan digital, dan kemampuan komprehensif soal nutrisi anak dan masalah terkait stunting.

Setelah menuntaskan pelatihan, para staf mulai mengedukasi komunitas lokal di fasilitas publik sepert pusat kesehatan, alun-alun kampung, dan rumah ibadah. Di saat yang sama, mereka juga mulai menggunakan aplikasi Stunting Action Hub di lapangan untuk memonitor dan melaporkan data pertumbuhan anak serta pencegahan stunting secara nyata.

Program ini  juga dilengkapi dengan Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) selama 90 hari yang ditujukan terutama untuk anak-anak yang kekurangan gizi.

Rencana makan dirancang menggunakan bahan-bahan yang bersumber secara lokal—seperti nasi jagung, sayur kelor, pepes ikan, dan bubur labu—yang dimasak secara mandiri oleh para kader menggunakan sumber daya yang tersedia di lingkungan sekitar mereka. Makanan diantarkan setiap hari ke rumah-rumah anak-anak yang menjadi sasaran.

“Kami tinggal di daerah pegunungan, dan tidak selalu mudah untuk pergi ke puskesmas terdekat. Namun, dengan adanya program ini, kader kesehatan datang ke rumah kami secara rutin, membawa makanan bergizi, dan memantau pertumbuhan anak saya. Mereka bahkan mengajari saya memasak dengan bahan-bahan dari kebun sendiri,” tutur Liana Sari, warga Desa Senaru, Nusa Tenggara Barat.

Menurut Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, prevalensi stunting di Indonesia sebesar 21,5% dan khususnya di Nusa Tenggara Timur mencapai 37,9%, tertinggi di negara ini.

Meskipun prevalensi stunting membaik pada tahun 2024 sebesar 19,8%, namun belum mencapai target dalam RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) sebesar 14%.