• Wednesday, 01 May 2024

Sejarah Hubungan Mesra Iran-Israel Sebelum Jadi Musuh Bebuyutan

Author: Rahvana Lintas Anarki
April 17, 2024
Sejarah Hubungan Mesra Iran-Israel Sebelum Jadi Musuh Bebuyutan
Aksi Demoktrasi di Helsinki, Finlandia yang menentang kedatangan Shah Iran, Reza Pahlevi pada 1970 | finna.fi/ Markku Lepola

SEAToday.com, Jakarta-Konflik Iran-Israel kian memanas. Kedua negara mulai saling serang. Israel melancarkan serangan ke Kedubes Iran di Damaskus, Suriah. Iran membalasnya dengan melancarkan serangan drone dan rudal balistik ke teritori Israel pada 13 April 2024.

Sikap acuh tak acuh keduanya memang memiliki sejarah panjang.  Namun, bukan berarti Iran-Israel kerjanya menanam kebencian. Dulu kala hubungan Iran-Israel pernah mesra. Iran pernah bergantung dengan Israel. Begitu pula sebaliknya. Kapan itu pernah terjadi?

Hubungan Iran-Israel memang memiliki sejarah panjang. Goresan sejarah itu bermuara kepada eksistensi Dinasti Pahlevi di Iran (1925-1979). Dinasti monarki ity tak saja mengubah nama Persia jadi Iran, mereka mengubah hidup segenap rakyat Iran jadi nelangsa.

Kepemimpinan Reza Shah pada 1925, lalu anaknya Mohammad Reza Pahlevi pada 1941 tiada beda. Reza Pahlevi muncul sebagai pemimpin tangan besi. Kuasanya tak mau diganggu gugat. Ia memilih mengamankan kekuasaan dengan cara mencari pelindungan ke Israel dan Amerika Serikat (AS).

Dukungan itu penuh arti bagi Iran. Pembersihan di kalangan militer mulai dilakukan. Ratusan tentara ditangkap. Puluhan tentara lainnya ditembak mati. Kuasa parlemen ikut dilemahkan dan siasat terakhirnya adalah menghancurkan partai politik kontra pemerintah.

Semenjak itu kuasa Reza Pahlevi berjalan mulus.  Ia sadar upaya membangun Iran butuh modal banyak. Segala macam cara ia halalkan, termasuk membuka keran bisnis minyak ke negara yang dibenci mayoritas negara Timur Tengah, Israel.

Dinasti Pahlevi tak lupa untuk memperkaya diri sendiri dengan cara korupsi. Iran di bawahnya menghamba kepada pemodal. Siasat jahat mulai dimainkan. Ia sengaja menghadirkan kekuasaan bayangan. Istri dan adiknya dilibatkan dalam kekuasaan.

Pelibatan itu supaya pemodal tak langsung berurusan ke Reza Pahlevi, tetapi melalui adik-istri. Tentu, tujuannya untuk memperoleh persenan lebih besar.

“Pemerintah Iran di Zaman Shah secara langsung – di luar pemerintahan resmi – dipegang oleh tiga kekuasaan: Shah Iran, istrinya Farah, dan saudari kembarnya Shah Putri Asyraf. Masing-masing mempunyai jaringan-jaringan kekuasaan sendiri yang saling berhubungan erat tapi terkadang bentrok satu sama lainnya,” tulis Nasir Tamara dalam buku Revolusi Iran (2017).

Reza Pahlevi tak lupa memanfaatkan saudara-saudarinya yang lain untuk campur tangan memuluskan perilaku korup. Ia sampai membuat Yayasan Pahlevi. Suatu yayasan yang sengaja dibuat untuk menampung segala macam persenan dari mereka –pemodal dalam dan luar negeri—yang punya urusan.

Metode pemaksaan yang dilakukan cukup halus. Barang siapa yang bersedia mendermakan uangnya, niscaya akan diganjar dengan mulusnya berurusan dengan pemerintah. Sebaliknya, tak memberi sama dengan urusan takkan mulus. Mentok-mentok dipersulit birokrasi.

Mesranya Iran-Israel

Dunia memandang kekuasaan Reza Pahlevi di Iran kerap mementingkan urusan duit, dibanding hajat hidup rakyatnya. Ia memandang negara hadir melulu untuk melayani kepentingan pemodal. Alias siapa yang punya uang diakan dilayani, termasuk negara yang tangannya berlumuran darah seperti Israel.

Kehadiran Israel mencaplok tanah kaum Palestina tak jadi masalah besar bagi Reza Pahlevi. Urusan negara Islam lainnya menentang Israel pun tak jadi soal. Satu-satunya yang jadi pertimbangan Reza adalah hubungan kerja sama dengan Israel mendatangkan modal besar.  

Kerja sama Iran-Israel dalam segala bidang dijalankan sedari 1950-an. Kondisi itu membawa simbiosis mutualisme di antara kedua negara. Iran mampu memenuhi 60 persen pasokan minyak Israel. Imbalannya besar. Iran kerap kecipratan manfaat dari proyek besar Israel dan pengasuhnya, AS.  

“Dia mengirimkan minyak ke negara mana pun yang membayarnya, termasuk Afrika Selatan, apa pun yang dikatakan orang kulit hitam Afrika, dan Israel, betapa pun kerasnya orang-orang Arab menentangnya, karena dia tahu bahwa di pasar minyak Oran menguntungkan, dan tak seorang pun dapat mengganggu,” ujar David Holden dalam laporannya di surat kabar The New York Times berjudul A Napoleonic Vision of Iran as a New Japan, 26 Mei 1974.

Kecipratan untung itu membuat Iran tak peduli lagi dengan negara-negara Arab yang menentang eksistensi Israel di tanah Palestina. Iran selalu menolak untuk melakukan pembatasan penjualan minyak ke Israel atau melakukan embargo.

Kedekatan Iran-Israel belakangan mulai mengganggu rakyat Iran. Gangguan itu kian diperkeruh dengan pemerintah yang makin represif.

Hubungan kedua negara yang menguntungkan itu membuat rakyat Iran justru sengsara. Hajat hidup rakyat Iran tak banyak terangkat, sekalipun hasil minyak melimpah.

Lonceng Terakhir Hubungan Iran-Israel

Kuasa tangan besi Reza Pahlevi mulai ditentang banyak pihak. Kaum ulama turut berpartisasi. Ayatollah Ruhollah Khomeini masuk di dalamnya. Sosok itu seraya bara api yang meruntuhkan Dinasti Pahlevi. Ia mampu mengerakkan sengenap rakyat Iran bangkit melawan Dinasti Pahlevi dengan cara macam-macam. Pemogokan misalnya.  

“Iran menggantungkan 80 persen pemasukannya dari ladang ladang minyak itu. Maka tidak sulit untuk membayangkan bahwa berhentinya produksi minyak di Iran tidak bisa lain kecuali berarti berakhirnya kerajaan Parsi itu sebagai negara. Yang masih sulit dibayangkan adalah akibat berhentinya produksi minyak Iran itu bagi negara-negara industri, Jepang dan Eropa Barat. Yang langsung terancam adalah Israel dan Afrika Selatan. Hampir seluruh minyak bumi yang dipakai di kedua negara terakhir itu berasal dari lran,” jelas laporan majalah Tempo berjudul Tinggal Apa Lagi, 11 November 1978.

Revolusi Iran lalu berkumandang pada 1979. Suatu lonceng penanda berakhirnya banyak hal. Kuasa Dinasti Pahlevi habis tak bersisa dan hubungan mesra dengan Israel hanya tinggal cerita. Kini, kedua negara hidup selayaknya musuh bebuyutan.

 

Share
News Update
Singapore Prime Minister Lee Hsien Loong to Step Down in May

Singapore Prime Minister Lee Hsien Loong to Step Down in May

Singapore Prime Minister Lee Hsien Loong to Step Down in May

SEAToday.com, Singapore-Singapore Prime Minister Lee Hsieng Loong announced he will step down on May 15, 2024 after two decades. This state...

Update: 133 People Were Killed During The Terrorist Attack at The...

SEAToday.com, Moscow-The death toll from the terrorist attack increased to 133 during the clearing of rubble in the Crocus City Hall. Searches continue, the Investigative...

Update: 93 People Were Killed During The Terrorist Attack at The...

SEAToday.com, Moscow-Investigation of the criminal case of the terrorist attack at the Crocus City concert hall continues. A team of investigators, criminologists and expe...

Terror Strikes at Crocus City Hall in Moscow, More Than 60 People...

SEAToday.com, Moscow-A shooting spree erupted on Friday, March 22,  at the major music venue located in Krasnogorsk, a city in the north-west of the Moscow region, Ru...

The Malaysian Anti-Graft Agency Extends Mahathir's Son’s Deadline...

SEAToday.com, Kuala Lumpur-The Malaysian anti-graft agency or the M-A-C-C has extended Mirzan Mahathir's, ex-Malaysian prime minister son's deadline to declare his asset amid graft investigation. Prev...

Trending
Popular Post

Explosion Occurs in Bekasi Field Artillery Battalion Ammunition W...

SEAToday.com, Bekasi-A large explosion occurred at the ammunition warehouse of the 07/155 GS Field Artillery Battalion (Yonarmed) of the Jayakarta Jaya Military Regional Command in Bantargebang, Bekas...

Japan Firms Walked Out of The Singapore-Malaysia High Speed Railw...

SEAToday.com, Kuala Lumpur-On Thursday, January 11, Japanese firms, decided to opt out of the Malaysia-Singapore High-Speed railway project, amid the deadline for request of information, on January 15...

Jakarta Provincial Minimum Wage 2024 Set to IDR5.06 M

SEAToday.com, Jakarta - The Jakarta Provincial Government has set the Provincial Minimum Wage (UMP) for 2024 at Rp5,067,381. Jakarta Acting G...

Bank Indonesia Revokes 3 Indonesian Coins

SEAToday.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) has revoked and withdrawn three types of rupiah bills from circulation, starting December 1, 2023. The withdrawn money includes metal rupiah notes...

31 Injured and 5 Sub-districts in Sumedang-Bandung Regency Affect...

SEAToday.com, Jatinangor-At least 31 people were injured and five sub-districts were affected by a tornado that struck Sumedang-Bandung Regency, West Java, on Wednesday (2/21). The incident occurred i...

Infographic