• Sunday, 22 December 2024

Kusni Kasdut dan Lukisannya: Satu-Satunya Karya Seni Penjahat di Gereja Katedral Jakarta

Kusni Kasdut dan Lukisannya: Satu-Satunya Karya Seni Penjahat di Gereja Katedral Jakarta
Penjahat legendaris, Kusni Kasdut saat ditangkap aparat keamanan | Weekend at Museum

SEAToday.com, Jakarta - Seorang penjahat tak selamanya dicap sebagai sampah masyarakat. Kadang kala seorang penjahat punya pesona macam karakter Rahwana dalam epos Ramayana. Satu sisi rahwana digambarkan sebagai penjahat. Sisi lainnya ia dihormati sebagai pemimpin yang bijaksana.

Dulu kala Kusni Kasdut pun begitu. Satu sisi Kusni dikenal penjahat. Sisi lainnya ia pernah jadi pejuang kemerdekaan. Bahkan, salah satu Gereja Katedral Jakarta sampai memajang lukisan karya Kusni. Jadilah lukisan katedral ala Kusni sebagai satu-satunya karya seni milik penjahat di rumah Tuhan. Begini ceritanya.

Kusni Kasdut tak begitu saja muncul sebagai penjahat legendaris nan sadis. Fragmen kehidupannya pernah dikenal sebagai orang baik. Kusni pernah menggoreskan kisah heroiknya berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia pada Perang Revolusi (1945-1949).

Ia getol mencari dana revolusi sebagai anggota Laskar Teratai di Jawa Timur dengan merampok rumah orang kaya. Hasil rampokannya tak saja digunakan untuk mendanai perang. Sisanya Kusni seraya Robin Hood. Ia membagikan pula hasil rampokannya kepada rakyat miskin.

Perjuangan Kusni dan pejuang lainnya sukses besar. Negeri Kincir Belanda akhirnya mengakui kedaultan Indonesia pada 1949. Narasi Indonesia sebagai bangsa merdeka terus berlanjut. Namun, Kusni bak kesulitan memaknai kata merdeka.

Pemerintah Indonesia tak lagi membutuhkan jasanya. Kusni bingung hingga akhirnya terjerus dalam dunia hitam.

“Sangat sulit bagi pemerintah Indonesia yang baru menata kehidupan bernegara untuk berbuat layak pada veteran perang dan berjasa. Kehidupan ekonomi yang morat-marit membuat Kusni memilih jalan pintas untuk bertahan hidup. Maka tampillah Kusni sebagai penjahat paling legendaris di Indonesia,” ungkap Petrik Matanasi dalam buku Para Jagoan: Dari Ken Arok hingga Kusni Kasdut (2011).

Terjebak Dunia Hitam

Dunia hitam memang mengiurkan. Dunia itu kerap dianggap sebuah jalan pintas. Obat dari urusan kekecewaan dan ekonomi. Kusni pun mengamininya. Kusni yang telah merana dikecewakan negara memilih terjun ke dunia hitam supaya dapur terus ngebul.

Kusni tak mampu mengandalkan cara-cara halal. Cara itu sudah coba diupayakan. Ia mendatangi rekan-rekannya veteran perang. Tiada yang mampu memberikan pekerjaan ke Kusni. Jika ada, maka pekerjaan yang diberikan hanya bentuk janji saja.

Belakangan kusni mulai masuk dunia kejahatan. Bedanya Kusni tak pernah menyakiti rakyat kecil. Ia selalu menjadikan orang kaya raya sebagai targetnya. Suatu target kejahatan yang paling diingat adalah Ali Badjenet pada 1950-an.

Saudagar keturunan Arab itu dikenal kaya raya. Kusni dan gerombolannya bermasuk menculik. Syukur-syukur mereka bisa mendapatkan uang tebusan besar dari keluarganya. Nasibnya pun berkata lain. Ali memang berhasil diculik. Namun, Ali tak mau tunduk. Ia mencoba melawan dan membuatkan kena tembakan dan tewas.

Berita pembunuhan itu menggelegar ke mana-mana. Polisi segera menangkap Kusni dan gerombolannya. Kusni di hukum mati, kemudian dalam langkah hukum tingkat lanjut berubah jadi seumur hidup.

Petualangan kejahatannya terus berlanjut karena kemampuan Kusni kabur dari penjara. Orang-orang kaya kembali jadi target. Kusni tak lupa pula menyisihkan ‘rejekinya’ kepada rakyat miskin yang notabene harusnya jadi tanggung jawab negara. Perampokan besar Kusni pun terdengar pada 1963.

Kusni dan gerombolannya menargetkan Museum Nasional. Kusni pun berhasil mengambil emas hingga permata. Namun, nahas peristiwa perampokan pun memenuhi seluruh halaman muka di media massa nasonal. Kusni berhasil ditangkap karena polisi dapat menelusuri penjualan barang rampokan.

“Kawan saya, wartawan, mau menjual barang hasil operasi tersebut asal dipecah-pecah dulu. Memang memang besar, saya setuju. Dasar sial, dengan cara inipun ketahuan. Kawan saya ditangkap dan saya tak lolos,” ujar Kusni dalam laporan majalah Tempo berjudul Dijual: Mebel Buatan Kusni Kasdut, 8 Januari 1977.

Kusni pun mendekam ke penjara dengan rangkaian kejahatan yang baru: perampokan museum dan pembunuhan polisi. Ia sempat kabur beberapa kali dari penjara. Namun, polisi selalu berhasil menangkapnya.

Penjara dan Lukisan

Kusni adalah tipe orang menyenangkan di dalam penjara. Tiada yang tak menyukai sosoknya di penjara. Pada saat Kusni berada di LP Cipinang, misalnya. Kusni mampu menarik hati siapa saja mengenalnya termasuk uskup Katolik.

Perkenal Kusni dan para uskup Katolik membuatnya merasa tenang menjalani sisa kehidupan. Puncaknya Kusni memutuskan untuk masuk Katolik. Ia lalu dibaptis dengan nama baru Ignatius Kusni Kasdut. Kusni lalu larut dalam aktivitas keagamaan dan bekesenian di dalam penjara.

Ia yang pernah menempuh sekolah teknik mulai mengembangkan bakatnya. Ia nyatanya terampil dalam membuat meubel dan tas. Pekerjaan itu dilakukan oleh Kusni dan kawan-kawannya yang berjumlah lima orang.

Ragam perabotan dihasilkan. Ada yang berasal dari bambu. Ada pula yang dari kayu. Tak jarang pula seorang uskup, kawan baiknya datang dan membeli hasil karya dari Kusni. Istimewanya lagi Kusni turut mengisi waktu luang dengan melukis.

Metode melukisnya unik. Kusni membuat lukisan dengan metode gedebok pisang. Lukisannya yang paling dikenal adalah menggambar dengan rinci arsitektur Gereja Katedral Jakarta. Lukisan itu akhirnya dihadiahkan oleh Kusni kepada Gereja Katedral Jakarta dan diterima bahkan dipajang hingga hari ini.

“Dipamerkan juga sebuah lukisan kecil dari katedral dan sebuah gambar katerdral dengan metode gedebok pisang berukuran besar, hasil karya Kusni Kasudt yang dibaptis dalam penjara Cipinang bulan Desember 1968 dan dieksekusi beberapa tahun kemudian,” tegas R. Kurris dalam buku Sejarah Seputar Katedral Jakarta (1992).

Hadiah itu begitu berarti bagi Gereja Katedral Jakarta. Koleksi dari Kusni Kasdut itu jadi satu-satunya karya seni milik penjahat yang dipajang di salah satu gereja termegah di Jakarta. Lukisan Kusni jadi istimewa karena siapa saja yang masuk ke Museum Gereja Katedral Jakarta dapat melihatnya.

Lukisan itu lalu jadi bukti bahwa tiada yang tak mungkin untuk suatu pertobatan. Kusni saja telah tobat. Sekalipun ia kemudian di eksekusi mati oleh pemerintah pada 1980. Kusni memang telah tiada. Namun, kisahnya dari pejuang kemerdekaan ke penjahat legendaris tetap abadi.

Share
News Update
91 Indonesians Successfully Evacuated from Syria, Safely Arrived in Indonesia

91 Indonesians Successfully Evacuated from Syria, Safely Arrived in Indonesia

Criminal Investigation Agency Question Cooperatives Minister Budi...

Budi Arie Setiadi, current Minister of Cooperatives, questioned by Kortastipidkor regarding undisclosed matters. Investigation linked to past scandals.

Light Rain Expected Across Most of Jakarta

The BMKG forecasts light rain for most areas of Jakarta and the Thousand Islands on Thursday, (12/19/2024).

OIKN Targets Legislative, Judicial Buildings to be Completed in...

The Nusantara Authority (OIKN) is targeting the construction of legislative and judicial infrastructure to be completed by 2028.

The Ministry of Foreign Affairs Confirms No Indonesian Citizens A...

The Indonesian Ministry of Foreign Affairs has confirmed that no Indonesian citizens (WNI) were victims of the 7.3-magnitude earthquake that struck Vanuatu on Tuesday, December 17, 2024

Trending Topic