• Monday, 18 November 2024

Akar Tradisi Mepamit: Bukan Ritual Pindah Agama Orang Bali

Akar Tradisi Mepamit: Bukan Ritual Pindah Agama Orang Bali
potret yang diyakini sebagai pengantin wanita tempo dulu yang akan melakukan prosesi adat Bali | Wereldmuseum Amsterdam

SEAToday.com, Jakarta-Rencana pernikahan pasangan selebritis Rizky Febian dan Ni Luh Ketut Mahalini Ayu Raharja sempat heboh. Kehebohan itu karena keduanya melangsungkan ritual mepamit di kediaman Mahalini di Bali. Prosesi adat Bali itu diyakini seraya bentuk perjuangan wanita Bali memperjuangkan cintanya.

Seorang wanita rela izin pamit kepada orang tua dan leluhurnya untuk berkeluarga. Namun, belakangan konteks mepamit justru dipersempit jadi prosesi minta izin pindah keyakinan dari Hindu Bali ke Islam. Apakah benar seperti itu?

Indonesia boleh saja beragam urusan suku bangsa, agama, adat, dan budaya. Keragaman itu justru dikenal sebagai bentuk perekat persatuan. Keragaman adalah kekuatan utama Indonesia dikenal sebagai bangsa besar. 

Pandangan itu terlihat dalam cara leluhur-leluhur bangsa menanamkan sugesti kebaikan dalam tiap ritus kehidupan, dari kelahiran, pernikahan, hingga kematian. Contohnya ada di mana-mana. Orang-orang pun dapat melihatnya dalam kehidupan masyarakat Bali sejak dulu kala.

Leluhur-leluhur orang Bali terbilang genius dalam menyelipkan sugesti-sugesti kuat dalam tiap ritus hidup. Orang bali sudah diperlakukan secara istimewa. Keistimewaan itu hadir sejak dari dalam kandungan, atau saat fertilasi.

Suatu proses pembuahan saat sel telur dan sel sperma bertemu dan membentuk embrio. Kehadiran mereka sudah dirayakan secara spiritual.

“Ritus kehidupan orang Bali biasanya bertepatan dengan peristiwa kelahiran, potong gigi, pubertas, perkawinan — yang dapat disimpulkan bahwa setiap ritus adalah satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan. Ini hanya nyata sekali. Tujuan dasar dari semua ritual adalah untuk memurnikan dan menyediakan bagi individu dengan energi rohani yang sesuai untuk hidup dengan damai,” ungkap Fred B. Eiseman dalam buku Bali: Sekala & Niskala: Essays on Religion, Ritual, and Art (2012).

 Ritus-ritus hidup itu dirayakan seraya memberikan kekuatan kepada manusia Bali untuk menjadi pribadi yang berguna dan pelestari budayanya. Bekal spiritual itu tak dapat jadi nomor dua atau tiga. Bekal itu harus jadi yang utama. Tujuannya supaya tiada lagi penyelasan dalam hidup ketika meninggalkan dunia.

Makna Tradisi Mepamit

Orang Bali pun memuliakan seluruh ritus hidupnya. Ambil contoh perkawinan. Prosesi perkawinan di Bali memiliki banyak ritual. Kedua pasangan yang telah jatuh cinta diperkenankan menggelarkan ritual-rutal adat sebagai langkah mereka memuliakan tradisi dan melengkapi ranah spiritual.

Ritual yang dilakukan beragam. Namun, mepamit jadi salah satu ritual yang paling diingat. Prosesi mepamit dikenal luas sebagai bentuk upacara pamitan dari wanita Bali kepada orang tua dan leluhurnya karena akan menikah dan mengikuti keluarga pihak laki-laki.

Mepamit digelar di kediaman calon mempelai wanita. Biasanya prosesi itu dimulai dengan pembukaan dan sambutan dari juru bicara keluarga dan tokoh adat. Mereka pun diharuskan menyiapkan pernak-pernik seperti dupa hingga kembang. Prosesi terakhir nantinya diakhiri dengan memanjatkan doa di parahiyangan – pura.

Budayawan Bali, Mangku Alit Sidhi Mantra mengungkap tradisi itu tak sesederhana seremonial pamitan biasa. Pamitan kepada keluarga, apalagi leluhur dianggap fase terberat. Pengorbanan itu dianggap sebagai bentuk wujud keikhlasan dan keberanian wanita Bali.

“Ritual Mepamit juga mencirikan bagaimana bentuk daripada keikhlasan dan keberanian wanita-wanita Bali. Mereka tidak bakal takut meninggalkan sesuatu: keluaga, orang tua, bahkan –dalam beberapa kasus-- Tuhan mereka. Ini merupakan sebuah kebahagiaan cinta kasih yang mereka harus perjuangkan,” ungkap Mangku Alit kepada SEAToday.com, 23 Mei 2024.

Rasa keikhlasan juga dimiliki oleh orang tua calon pengantin wanita. Mereka harus rela melepaskan anak yang mereka sayangi untuk membangun rumah tangga bersama calon suaminya di masa depan. Ritual telah dilakukan dari generasi ke generasi. Bahkan, ritual mepamit juga dikenal bagi mereka yang bercerai.

Bukan Ritual Pindah Agama

Mepamit memang dikenal sebagai ritual memohon pamit kepada keluarga besar dan leluhur untuk membina biduk rumah tangga dengan seorang yang disayangi. Namun, bukan berarti tradisi itu dianggap sebagai wadah memberikan restu pindah agama dari Hindu Bali ke Islam.

Mangku Alit menganggap pandangan itu sebagai bentuk salah kaprah dalam melihat ritual mepamit. Ia mengungkap orang-orang harus membedakan dulu mana yang menjadi koridor agama dan mana ranah adat. Ritual mepamit pun masuk ke dalam ranah adat.

Pandangan itu hadir karena orang bali baru masuk ke ranah agama pada 1940-an. Segala sesuatu kala itu banyak dikaitkan dengan agama. Kondisi itu membawa kekaburan. Mana sesuatu yang ada, dan mana yang agama.

Kondisi itu membuahkan keseragaman bahwa sistem keyakinan dan kepercayaan di Bali adalah hindu Bali. Padahal, jauh sebelum itu orang Bali sudah mengenal istilah gama – sebuah keyakinan dan kepercayaan yang berbasis pada tradisi, budaya, dan adat. Mepamit pun hadir dari  proses itu.

“Mepamit adalah bentuk orang Bali benar-benar menciptakan sesuatu yang harmonis. Sekalipun pada akhirnya agama masuk, dan mulai masuk ke ranah itu. Lebih parah lagi, dipertegas mepamit jadi sebuah ritual untuk pindah agama. Hal itu jadi salah kaprah,” tegas Mangku Alit.

Mangku Alit menyebut barang siapa –wanita Bali-- yang ingin pindah agama ke kepercayaan lain justru tak perlu menggunakan tradisi mepamit. Pindah agama itu cukup dengan melakukan dalam ranah adminstrasi pemerintahan. Dan jika mepamit dilakukan justru akan menciderai adat Bali.

“Kalau kasus penyanyi (baca: Mahalini) itu seharusnya dia tak perlu melakukan mepamit. Harusnya ia melakukan saja dalam artian ruang lingkup pindah agama secara administrasi – pemerintahan. Kalau mereka masuk dalam sistem keyakinan –gama Bali-- orang lain, wajib hukumnya mereka harus mengikuti aturan orang lain.”

Meski begitu, Mangku Alit menyebut orang Bali tak pernah memusingkan urusan pindah agama. Bagi orang Bali, jasmani seseorang boleh saja diikat oleh sebuah agama, tapi rohani mereka tak dapat diikat oleh sebuah agama. Itu prinsip.

 

Share
News Update
Pertamina Shares Self-Sustaining Energy Village Success Stories at COP 29

Pertamina Shares Self-Sustaining Energy Village Success Stories at COP 29

China Calls for Accelerated Construction of China-Thailand Railwa...

Chinese President Xi Jinping emphasized the importance of accelerating the construction of the China-Thailand Railway and expanding cooperation in innovative fields such as new energy, the digital economy, and artificial...

President Prabowo Highlights Indonesia's Renewable Energy Commitm...

President Prabowo also explained that Indonesia has great potential in developing green energy, including geothermal, hydro, solar power, and bioenergy.

Jakarta Residents Must Sort Waste to Avoid Retribution Fees

The Jakarta Provincial Government (Pemprov) will require residents to sort their waste starting January 1, 2025, to be exempt from the cleaning service levy (RPB).

2 Tourism Villages in Indonesia Receive Best Tourism Villages 202...

Jatiluwih Tourism Village (Bali) and Wukirsari Tourism Village (Special Region of Yogyakarta) won the “Best Tourism Villages 2024” award from the United Nations World Tourism Organization

Trending
LOCAL PALETTE
BEGINI CARANYA PERGI KE SUKU PEDALAMAN MENTAWAI - PART 1