Bung Karno dan Pendidikan: Alasan Penjajah Belanda Takut Singa Podium Jadi Guru
SEAToday.com, Jakarta - Presiden Prabowo Subianto mengungkapkan kekagumannya pada sosok guru di puncak peringatan Hari Guru Nasional pada 28 November 2024. Prabowo mengungkap bahwa guru adalah pilar utama pembangunan bangsa. Bahkan, guru adalah kunci kebangkitan Indonesia jadi bangsa besar.
Negara yang berhasil adalah negara dengan pendidikan yang mempuni. Kondisi itu sebenarnya sudah diperlihatkan Soekarno di era perjuangan meraih kemerdekaan. Singa Podium sampai turun tangan jadi guru. Begini ceritanya.
Kehidupan Bung Karno tak selamanya mulus-mulus saja. Ia berkali-kali diuji dalam kehidupan. Ia pernah dihadapkan dengan kesusahan yang amat besar. ia dihadapkan fakta bahwa selepas tamat kuliah ia bergulat dengan pikiran bagaimana ia akan menghidupi keluarga kecilnya.
Selama ini ia hidup dengan ketekunan istrinya, Inggit Garnasih mencari uang. Bung Karno berpikir keras. Urusan pekerjaan sebenarnya tak sulit didapat. Namun, karena Bung Karno ogah bekerja sama dengan pemerintah kolonial Belanda jadi masalah utamanya..
Dosennya berkali-kali menawarkan Bung Karno pekerjaan sebagai arsitek yang berafiliasi dengan pemerintah. Bung Karno menolak. Alasannya selalu sama. Bung Karno sudah memilih takdirnya untuk memerdekakan bangsa Indonesia.
Pantang bekerja sama dengan pemerintah kolonial yang jadi musuhnya. Kekosongan peran tulang punggung keluarga sementara waktu diambil alih oleh Inggit Garnasih – ia menjual bedak, rokok dan lainnya.
“Aku sudah tahu bahwa Kusno mahasiswa. Aku merasa berkewajiban mengemongnya supaya ia cepat berkesampaian mendapatkan gelarnya. Itulah tugasnya yang utama datang ke Bandung. Ia mesti jadi insinyur! Namun, dalam waktu perkenalanku yang tidak panjang, aku sudah bisa menangkap cita-citanya yang sebenarnya. Ia tidak akan mengutamakan mengumpulkan harta kekayaan. Ini berarti aku harus bekerja keras, terutama sewaktu Kusno masih sekolah,” ucap Inggit Garnasih dalam buku Soekarno: Kuantar ke Gerbang (2014).
Tawaran Penting
Bung Karno tak serta merta berpasrah diri. Ia ingin sekali membantu istrinya bekerja. Ia tak tega membiarkan istrinya melulu jadi tulang punggung keluarga. Bung Karno pun tetap mengusahakan mencari pekerjaan.
Belakangan rezeki justru menghampiri Bung Karno. Juru selamat itu bernama Ernest Douwes Dekker. Pria yang akrab disapa DD itu merupakan mentor politik Bung Karno. Kebetulan pejuang kemerdekaan itu membutuhkan guru di sekolah yang baru dibangunnya: Ksatrian Instituut.
Sekolah untuk kaum bumiputra itu adalah jalan ‘jihad’ DD memerdekakan bangsa Indonesia, sekalipun ia seorang indo. Ia ingin kaum bumiputra dipersenjatai pengetahuan yang mempuni terkait cita-cita kemerdekaan. Ia menganggap guru yang tepat bisa jadi jawaban.
Satu nama penting muncul dalam ingatan DD: Bung Karno. Bung Karno pun ditawarinya menjadi guru sejarah dan ilmu pasti. DD percaya Bung Karno bisa jadi guru yang tepat urusan memenangkan jiwa bangsa merdeka. Tawaran itu dianggap Bung Karno menggiurkan. Masalah utamanya Bung Karno tak punya pengalaman mengajar.
Tiada yang pernah mengajarkannya jadi seorang pendidik. Masalah keduanya Bung Karno seorang yang tak terlalu hebat kala berurusan dengan ilmu pasti. Urusan sejarah ia tak punya masalah.
Bung Karno bisa dengan cepat dikuasainya. Semua kekurangan itu lalu coba dikemas Bung Karno dengan menghasilkan kata setuju jadi guru di Ksatrian Instituut.
“Sekolah berlangsung pada hari senin sampai sabtu. Sekolah dimulai (seperti yang umum di daerah tropis) dari pukul 7. 00 sampai 13. 30. Waktu pelajaran berlangsung 45 menit, dengan istirahat 15 menit per hari,” ujar Paul van der Veur dalam buku The Lion and the Gadfly: Dutch Colonialism and the Spirit of E.F.E. Douwes Dekker (2021).
Mengajar bak tantangan besar baginya. Ia boleh saja lihai memengaruhi rakyat dengan aksi orasinya. Namun, upaya menancap pengetahuan kepada anak sekolah supaya berdiam di dalam sanubarinya jadi soal lain yang harus ditaklukkan.
Bung Karno Jadi Guru
Bung Karno bukan tipe orang yang mudah menyerah. Ia mencoba menaklukkan segala tantangan. Tiada petunjuk cara mengajar pun tak masalah. Ia punya gayanya mengajar sendiri – suatu gaya yang jauh dari metode resmi pada zamannya.
Ia mengajar di kelas yang berisi 30 orang anak. Kala pelajaran ilmu pasti Bung Karno memang kerap kesulitan. Namun, tidak dengan ilmu sejarah. Ia mampu menghidupkan suasana kelas kala pelajaran sejarah. Gaya khas Bung Karno bercerita sejarah jadi hal yang paling menarik anak sekolah belajar.
Ia tak terpaku kepada ingatan belaka. ingatan terkait nama, tempat, atau tahun. Ia menganggap hal itu akan membuat sejarah jadi kurang menyenangkan. Ia bersandar kepada penggalan makna dari suatu sejarah terjadi.
Penggalian makna itu diceritakan dengan gaya yang memikat. Bung Karno mampu membuat ruangan kelas bak panggung pertunjukan. Ia kadang bereteriak. Kadang pula memukul meja untuk mendapatkan suasana mendalam terkait sejarah.
“Kalau seharusnya aku memperlakukan murid‐muridku sebagai anak‐anak yang masih kecil, yang kemampuannya dalam mata pelajaran ini terpusat pada mengingat fakta‐fakta, maka aku berfalsafah dengan mereka. Aku memberikan alasan mengapa ini dan itu terjadi. Aku memperlihatkan peristiwa‐ peristiwa sejarah secara sandiwara. Aku tidak memberikan pengetahuan secara dingin dan kronologis. Ooo tidak, Sukarno tidak memberikan hal semacam itu,” ungkap Bung Karno ditulis Cindy Adams dalam buku Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia (2014).
Gaya mengajar Bung Karno memang memikat anak sekolah. Namun, tak cukup memikat dewan pengawas sekolah dari pemerintah kolonial Belanda. Mereka yang diutus pemerintah kolonial menyaksikan sendiri – ikut-- dalam kelas Bung Karno bekerja sebagai guru.
Mereka terkejut dengan gaya mengajar Bung Karno. Suasana kelas memang hidup. Namun, benih-benih api perlawanan juga hadir. Mereka takut jika Bung Karno terus jadi guru. Ketakutan itu karena gelora perlawanan kepada Belanda kian besar.
Mudah saja menebak karier Bung Karno sebagai pendidik: dipecat. Raden Sukarno, tuan bukan guru, tuan seorang pembicara, katanya. Karier singkat itu justru membekas di sanubari mereka yang pernah diajar Bung Karno – mereka pernah diajarkan langsung proklamator kemerdekaan Indonesia.
Recommended Article
News Update
Criminal Investigation Agency Question Cooperatives Minister Budi...
Budi Arie Setiadi, current Minister of Cooperatives, questioned by Kortastipidkor regarding undisclosed matters. Investigation linked to past scandals.
Light Rain Expected Across Most of Jakarta
The BMKG forecasts light rain for most areas of Jakarta and the Thousand Islands on Thursday, (12/19/2024).
OIKN Targets Legislative, Judicial Buildings to be Completed in...
The Nusantara Authority (OIKN) is targeting the construction of legislative and judicial infrastructure to be completed by 2028.
The Ministry of Foreign Affairs Confirms No Indonesian Citizens A...
The Indonesian Ministry of Foreign Affairs has confirmed that no Indonesian citizens (WNI) were victims of the 7.3-magnitude earthquake that struck Vanuatu on Tuesday, December 17, 2024
Popular Post
SOEs Ministry Tries Out Four Days in Workweek System
The State-Owned Enterprises (SOEs) Ministry is testing the implementation of a four-day workweek. This was shared on Instagram @lifeatkbumn on Saturday (6/8).
TransJakarta Extends Operational Hours of Soekarno-Hatta Airport...
TransJakarta extended its service time until midnight for the corridor with destination to the Soekarno-Hatta International Airport, starting Wednesday (6/19).