Kecaman Dunia pada Israel Usai Bombardir Kamp Pengungsi Rafah

Kecaman Dunia pada Israel Usai Bombardir Kamp Pengungsi Rafah
Source: instagram (leylahmed)

SEAToday.com, Jakarta-Israel telah menghadapi kecaman internasional usai membombardir kamp pengungsi Rafah. Bahkan beberapa sekutu terdekatnya, terutama Amerika Serikat, menyatakan kemarahannya atas kematian warga sipil.

Dilansir dari AFP, Israel bersikeras bahwa mereka mematuhi hukum internasional bahkan ketika mereka menghadapi pengawasan di pengadilan-pengadilan tertinggi dunia, salah satunya minggu lalu yang menuntut agar mereka menghentikan serangan di Rafah.

Israel menyebut pihaknya sedang menyelidiki kematian warga sipil setelah menyerang sebuah instalasi Hamas dan menewaskan dua senior. Serangan Minggu, 26 Mei 2024 malam, mendorong jumlah korban jiwa Palestina secara keseluruhan dalam perang di atas 36.000 orang, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.

Dalam pidatonya di depan parlemen Israel pada Senin, 27 Mei 2024, Netanyahu mengatakan, "Terlepas dari upaya terbaik kami untuk tidak menyakiti warga sipil yang tidak bersalah, tadi malam, ada kesalahan yang tragis. Kami sedang menyelidiki insiden tersebut dan akan mendapatkan kesimpulan karena ini adalah kebijakan kami."

Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan, sekitar separuh dari korban tewas adalah perempuan, anak-anak, dan orang tua. Pada Senin, anak-anak bertelanjang kaki mengais-ngais puing-puing yang menghitam ketika pencarian terus dilakukan.

Prancis, sekutu dekat Israel di Eropa, mengatakan bahwa mereka "marah" dengan kekerasan tersebut. "Operasi ini harus dihentikan. Tidak ada daerah yang aman di Rafah untuk warga sipil Palestina. Saya menyerukan penghormatan penuh terhadap hukum internasional dan gencatan senjata segera," tulis Presiden Emmanuel Macron di akun X miliknya.

Menteri Pertahanan Italia Guido Crosetto mengatakan pengeboman seperti yang terjadi di Rafah akan berdampak jangka panjang bagi Israel. "Israel dengan pilihan ini menyebarkan kebencian, mengakar kebencian yang akan melibatkan anak cucu mereka. Saya lebih memilih keputusan lain," katanya kepada saluran berita SKY TG24 Italia.

Qatar, mediator utama antara Israel dan Hamas dalam upaya untuk mengamankan gencatan senjata dan pembebasan sandera yang ditahan oleh Hamas, mengatakan bahwa serangan tersebut dapat "memperumit" perundingan.

Perundingan yang tampaknya akan dimulai kembali, telah goyah berkali-kali karena permintaan Hamas untuk gencatan senjata yang abadi dan penarikan pasukan Israel, yang secara terbuka ditolak oleh para pemimpin Israel.

Negara tetangga Mesir dan Yordania, yang telah berdamai dengan Israel beberapa dekade lalu, juga mengutuk serangan di Rafah. Kementerian Luar Negeri Mesir menggambarkan serangan terhadap Tel al-Sultan sebagai "pelanggaran baru dan terang-terangan terhadap aturan hukum internasional kemanusiaan." Kementerian Luar Negeri Yordania menyebutnya sebagai "kejahatan perang."

Pejabat hukum tertinggi militer Israel mengatakan bahwa pihak berwenang sedang memeriksa serangan tersebut dan bahwa militer menyesalkan hilangnya nyawa warga sipil. Penasihat Militer Mayjen Yifat Tomer-Yerushalmi mengatakan bahwa insiden semacam itu terjadi "dalam perang dengan cakupan dan intensitas seperti itu."