Bahas Palestina, Jusuf Kalla Temui Pimpinan Hamas di Qatar

Bahas Palestina, Jusuf Kalla Temui Pimpinan Hamas di Qatar
Jusuf Kalla bertemu pimpinan Hamas membahas kondisi Palestina (Foto: ANTARA/HO-Tim media JK)

SEAToday.com, Doha – Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 Republik Indonesia (RI), Jusuf Kalla atau JK bertemu dengan pemimpin tertinggi Hamas Ismail Haniye di Doha, Qatar pada Jumat Sore (12/7) waktu Qatar.

Dalam pertemuan dengan Ismail, JK didampingi oleh Duta Besar RI untuk Qatar Ridwan Hassan dan mantan Menteri Hukum dan HAM Hamid Awaludin. Tentu saja banyak pembahasan yang didiskusikan JK dan Ismail termasuk kondisi terkini di Gaza, Palestina.

Dalam keterangan yang diterima media, pertamuan JK dan Ismail berlangsung sekitar 2 jam. JK mendengar langsung dari Ismail bagaimana serangan-serangan yang dilakukan militer Israel dan menyebabkan terjadinya kekerasan di Gaza. JK berharap perseteruan Hamas dengan militer Israel bisa diselesaikan dengan damai.

JK yang menjabat sebagai Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) berpesan kepada Ismail agar melakukan rekonsiliasi dengan kelompok Fatah agar bersatu. Termasuk JK bertanya kepada Ismail soal peluang gencatan senjata di Gaza yang sudah direkomendasikan banyak negara agar tak banyak korban jiwa berjatuhan.

Memang saran yang diberikan JK sangat penting untuk membahas perdamaian di Gaza. Apalagi pada bulan Mei 2024 lalu sebenarnya Hamas meminta JK untuk menjadi mediator konflik di Gaza dengan militer Israel.

Mengingat jumlah korban jiwa yang meninggal semenjak invansi Israel di Palestina pada Oktober 2023 lalu mencapai lebih dari 38.193 orang dan banyak yang mengungsi untuk mencari ketenangan dari kejaran tentara Israel.

JK dikenal sebagai sosok yang kerap menjadi penengah banyak konflik yang terjadi di Indonesia. Sebut saja konflik di Aceh, dimana JK menjadi mediator perdamaian pihak Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dengan pemerintah Indonesia dalam perjanjian di Helsinki, Finlandia pada tahun 2005.

JK juga berhasil mendinginkan suasana kerusuhan antar suku di Lampung, konflik perang saudara di Ambon, konflik di Poso, hingga berhasil masuk ke Myanmar lewat bantuan PMI saat peperangan terjadi di sana. Atas keberhasilannya menjadi juru damai membuat pria asal Sulawesi Selatan ini mendapat penghargaan dari Malaysia, Jepang, dan Indonesia.