• Saturday, 23 November 2024

Sejarah Gerakan Mengantar Anak Sekolah: Orang Tua Lebih Dekat, Guru Lebih Tahu

Sejarah Gerakan Mengantar Anak Sekolah: Orang Tua Lebih Dekat, Guru Lebih Tahu
Para orang tua mulai membudayakan gerakan mengantar anak hari pertama sekolah | ANTARANEWS

SEAToday.com, Jakarta - Penyataan aktor sekaligus musisi Onadio Leonardo yang enggan mengantar anaknya sekolah memancing reaksi. Onad percaya jika urusan mengantar anak adalah tugas ibu. Kecaman pun datang. Ada yang menghubungkan ke arah patriarki.

Ada juga yang menghubungkan Indonesia yang fatherless – tumbuh tanpa kehadiran ayah. Masalah itu sebenarnya sudah coba dijawab Menteri Pendidikan dan Kebudayaan era 2014-2016, Anies Baswedan. Ia mencanangkan gerakan mengantar anak hari pertama sekolah. Begini ceritanya.

Peran seorang ayah tak melulu dipandang sebagai penyedia material belaka. Seorang ayah harus andil dalam urusan pengasuhan dan pendidikan anak. Orang tua dari para tokoh bangsa era penjajahan Belanda jadi contoh. Kita bisa lihat bagaimana Raden Soekemi Sosrodihardjo mendidik anaknya Kusno.

Sosro membuka lebar-lebar ruang anaknya untuk bersekolah terbaik – bila perlu sekolah Eropa. Suatu ‘barang mahal’ di masanya. Sosro aktif membekali anaknya akses untuk membaca lebih banyak buku. ia juga memperjuangkan anaknya supaya meraih pendidikan terbaik.

Sosro memasukan anaknya ke tempat ia bekerja sebagai mantri guru di Inlandsche School, Europeesche Lagere School (ELS), Hoogere Burgerschool (HBS), dan puncaknya, Technische Hogeschool Bandung (sekarang: Institute Teknik Bandung). 

Kelak anak itu tumbuh dengan nyali dan keberanian yang besar. Si kecil Kusno itu lalu dikenal dengan nama baru sebagai Soekarno. Seorang bapak bangsa yang juga Presiden Pertama Indonesia.

“Kakakku dan saya sendiri dengan susah payah diterima di ELS. setelah berkali-kali mengajukan permohonan epada residen Surabaya, sehingga terlambat masuk sekolah. Jalan serupa ditempuh oleh bapak Sosro dan akhirnya berhasil juga. Juni 1911, Sukarno diterima di ELS Mojokerto dan ditempatkan di kelas IlI, padahal di sekolahnya sendiri dia sudah naik ke kelas IV. Alasannya bahasa Belandanya kurang lancar,” ungkap teman Bung Karno semasa sekolah, Herman Kartowisastro dalam buku Kisah Istimewa Bung Karno (2010).

Gerakan Mengantar Anak

Orang tua –utamanya ayah memiliki pengaruh penting dalam pendidikan anak. Ayahnya Soekarno, Sostro sudah menunjukkannya. Dukungan bukan cuma urusan membiayai sekolah. Orang tua harus mampu memberikan bekal ilmu dan mengetahui bakat dan minat anaknya.

Belakangan keterlibatan orang tua –utamanya ayah bersentuhan langsung dengan pendidikan anak mulai jarnag. Mereka menganggap segala kewajiban selesai kala anak bisa bersekolah. Mereka tak lagi paham dengan perkembangan anak sekolah. Jika menemukan sedikit saja masalah, solusi instan les-les bertubi-tubi pun diikutkan.

Anies Baswedan memahami fenomena yang terjadi. Mendikbud era 2014-2016 itu mulai melihat betapa pentingnya peran orang tua dalam tumbuh kembang anak. Anies melihat sekolah dan orang tua itu harus satu kesatuan.

Kemitraannya harus kuat. Ia menggelorakan gerakan mengantar anak hari pertama sekolah pada 2015.

“Sadarilah pentingnya hari pertama bagi anak, maka jangan sia-siakan tapi antarkan anak ke sekolah,” tutur Anies dalam akun Twitter/X @aniesbaswesan, 25 juli 2015.

Bentuk paling sederhana dari aktivitas mendukung tumbuh kembang anak adalah mengantar anak hari pertama sekolah. Alias, orang tua tak perlu setiap hari antar anak sekolah. Barang siapa yang mengantar anak hari pertama bisa jadi pengalaman istimewa.

Kegiatan itu jadi milestone penting yang bermakna dan berdampak. Pengalaman mengantar anak yang dapat menambah kepercayaan diri mereka menempuh pendidikan. Keuntungan lainnya gerakan mengantar anak ke sekolah jadi cara orang tua dan pihak sekolah untuk saling membangun komunikasi.

Orang tua-guru jadi memiliki koneksi sehingga tumbuh kembang anak dapat dibagikan –misal informasi seputar kepribadian. Ia berharap kepada institusi yang ada di tanah air dapat memberikan ruang bagi orang tua untuk mengantar anak sebelum pergi bekerja.

Jadi Gerakan Nasional

Keinginan supaya mengantar anak sekolah hari pertama jadi gerakan nasional muncul. Anies mulai mencoba berdiskusi kepada rekannya sesama menteri. Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN-RB), Yuddy Chrisnandi termasuk di dalamnya.

Yuddy Chrisnandi, menganjurkan kepada seluruh Aparatur Sipil Negara (ASN), Pegawai Negeri Sipil (PNS), dan aparatur pemerintah lainnya untuk mendukung gerakan anak sekolah hari pertama pada tahun ajaran 2015-2016.

“Masa depan Indonesia terletak pada budi pekerti anak. Untuk itu ASN sebagai pemimpin di tengah-tengah masyarakat harus menjadi contoh dan teladan dalam melahirkan dan mendesain anak Indonesia yang berbudi pekerti dan berkarakter kuat,” tutur Yuddy sebaimana ditulis laman Sektretariat Kabinet Republik Indonesia, 26 Juli 2015.

Gebrakan pada tahun 2015 belum begitu masif. Anies dan Yuddy mulai percaya diri dalam membuat gerakan mengantar anak hari pertama sekolah pada tahun ajaran mulai 2016-2017. Himbauan lewat surat edaran Kemendikbud pun keluarkan.

Surat Edaran bernomor 4 Tahun 2016 yang diteken 11 Juli 2016 itu berisi imbauan kepada pemimpin daerah untuk menyukseskan kampanye orang tua mengantar anak di hari pertama sekolah. Gubernur, Bupati, hingga lainnya.  

“Pada hari Senin tanggal 18 Juli 2016 mendatang, sebagian besar sekolah di Indonesia akan mengawali tahun pelajaran baru 2016-2017. Untuk mendorong tumbuhnya iklim pembelajaran yang lebih positif dan menyenangkan maka Kemendikbud memandang perlu diadakan kampanye Hari Pertama Sekolah yang mengajak orangtua mengantarkan anaknya di hari pertama,” isi surat edaran.

Surat edaran pun bersambut. Banyak instansi pemerintah memberikan kelonggaran jam masuk kantor. Tujuanya supaya para orang tua bisa berfokus mengantar anak hari pertama sekolah. Gerakan itu menjalar dengan cepat.

Para orang tua – utamanya ayah menyambut antusias kegiatan mengantar anak hari pertama sekolah. Bahkan, bukan cuma mereka yang notabene ASN saja. Mereka yang bekerja nonpemerintah juga tampak mengantar anak sekolah.

Program mengantar anak hari pertama sekolah disambut dengan antusias hingga saat ini. Orang tua—utamanya kaum ayah tak lagi pusing untuk mengantar anak sekolah tiap hari. Paling tidak mereka memiliki satu hari khusus: mengantar anak hari pertama sekolah.

Share
News Update
UN Condemns Security Council’s Failure to Pass Crucial Ceasefire Resolution

UN Condemns Security Council’s Failure to Pass Crucial Ceasefire Resolution

Erick Thohir Officially Inaugurates New Board for Indonesian Futs...

The formation of the new management for these two federations under PSSI aims to align all stakeholders related to football in Indonesia.

BAZNAS to Build Hospitals, Mosques, Schools in Gaza Recovery Prog...

The funds to be used are the donation funds that are still being held for the Palestinian people. According to him, the donation for Palestine titled “Membasuh Luka Palestina”

Ngurah Rai Airport Expands Access to Nusantara via Balikpapan wit...

General Manager of PT Angkasa Pura Indonesia I Gusti Ngurah Rai Airport Ahmad Syaugi Shahab in Denpasar, on Wednesday (11/20), said this route adds connection opportunities to the State Capital of the Archipelago.

Minister Yusril Clarifies: Mary Jane Veloso Transferred, Not Rele...

Yusril explained that the Indonesian government had received an official request from the Philippine government regarding the transfer of Mary Jane Veloso. The transfer can be carried out if the conditions set by the Ind...

Trending
LOCAL PALETTE
BEGINI CARANYA PERGI KE SUKU PEDALAMAN MENTAWAI - PART 1