• Sunday, 19 May 2024

Bukan Gelombang Panas, BMKG Ungkap Penyebab Kondisi Gerah di Indonesia

Bukan Gelombang Panas, BMKG Ungkap Penyebab Kondisi Gerah di Indonesia
Ilustrasi suhu panas. (dok. BMKG)

SEAToday.com, Jakarta-Kondisi gerah yang melanda Indonesia beberapa waktu ini ditegaskan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) bukanlah akibat gelombang panas atau heatwave. Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyebut bahwa berdasarkan karakteristik dan indikator statistik pengamatan suhu yang dilakukan pihaknya, fenomena cuaca panas ini tidak dapat dikategorikan sebagai gelombang panas.

"Memang betul, saat ini gelombang panas sedang melanda berbagai negara Asia, seperti Thailand dengan suhu maksimum mencapai 52 derajat Celcius. Kamboja, dengan suhu udara mencapai level tertinggi dalam 170 tahun terakhir, yaitu 43 derajat Celcius pada minggu ini. Namun, khusus di Indonesia yang terjadi bukanlah gelombang panas, melainkan suhu panas seperti pada umumnya," kata Dwikorita, Senin, 6 Mei 2024, dikutip dari siaran pers BMKG.

Ia menjelaskan bahwa kondisi maritim di sekitar Indonesia dengan laut yang hangat dan topografi pegunungan mengakibatkan naiknya gerakan udara. Kondisi ini dimungkinkan terjadinya penyanggaan atau buffer kenaikan temperatur secara ekstrem dengan terjadi banyak hujan yang mendinginkan permukaan secara periodik.

Hal tersebut yang menyebabkan tidak terjadinya gelombang panas di wilayah Kepulauan Indonesia. Dikatakan Dwikorita bahwa suhu panas yang terjadi akibat dari pemanasan permukaan sebagai dampak dari mulai berkurangnya pembentukan awan dan berkurangnya curah hujan.

Sama halnya dengan kondisi "gerah" yang dirasakan masyarakat Indonesia akhir-akhir ini, dikatakannya, hal tersebut juga sesuatu yang umum terjadi pada periode peralihan musim hujan ke musim kemarau sebagai kombinasi dampak pemanasan permukaan dan kelembapan yang masih relatif tinggi pada periode peralihan ini.

"Periode peralihan ini umumnya dicirikan dengan kondisi pagi hari yang cerah, siang hari yang terik dengan pertumbuhan awan yang pesat diiringi peningkatan suhu udara, kemudian terjadi hujan pada siang menjelang sore hari atau sore menjelang malam hari," katanya.

Sedangkan pada malam hari, kondisi gerah serupa juga dapat terasa jika langit masih tertutup awan dengan suhu udara serta kelembapan udara yang relatif tinggi. Selanjutnya, udara berangsur-angsur dirasakan mendingin kembali jika hujan sudah mulai turun.

Deputi Bidang Klimatologi Ardhasena Sopaheluwakan menyebut bahwa suhu udara maksimum tertinggi di Indonesia selama sepekan terakhir tercatat terjadi di Palu 37,8 derajat Celcius pada 23 April lalu. Suhu udara maksimum di atas 36,5 derajat Celcius juga tercatat di beberapa wilayah lain, yaitu pada 21 April di Medan, Sumatera utara yang mencapai 37,0 derajat Celcius dan di Saumlaki, Maluku mencapai suhu maksimum sebesar 37,8 derajat Celcius, serta pada 23 April di Palu, Sulawesi Tengah mencapai 36,8 derajat Celcius.

Ardhasena mengatakan, berdasarkan hasil pantauan jaringan pengamatan BMKG hingga awal Mei 2024 menunjukkan bahwa baru sebanyak 8 persen wilayah Indonesia (56 Zona Musim atau ZOM) telah memasuki musim kemarau. Wilayah yang telah memasuki periode musim kemarau tersebut meliputi sebagian Aceh, sebagian Sumatera Utara, Riau bagian utara, sekitar Pangandaran Jawa Barat, sebagian Sulawesi Tengah dan sebagian Maluku Utara.

Pada periode hingga satu bulan ke depan, terdapat beberapa wilayah yang akan memasuki musim kemarau seperti sebagian Nusa Tenggara, sebagian Pulau Jawa, sebagian Pulau Sumatera, sebagian Sulawesi Selatan, sebagian Maluku, serta Papua bagian timur dan selatan.

"Meskipun demikian, sekitar 76 persen wilayah Indonesia lainnya (530 ZOM) masih berada pada periode musim hujan," imbuhnya.

Sementara, Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim Fachri Radjab menjelaskan bahwa gelombang panas banyak melanda sejumlah negara di Asia. Dari Vietnam juga dilaporkan bahwa suhu maksimum di beberapa bagian utara dan tengah mencapai angka 44 derajat Celcius dan di Filipina, fenomena gelombang panas menyebabkan pemerintah meliburkan sekolah-sekolah.

Fachri menyebut, serangkaian gelombang panas ini diduga disebabkan oleh tiga faktor. Pertama, gerakan semu matahari pada akhir April dan awal Mei ini berada di atas lintang 10 derajat Lintang Utarayang bertepatan dengan wilayah-wilayah Asia Tenggara daratan. Hal ini menyebabkan penyinaran matahari sangat terik dan memberikan background kondisi yang panas.

Faktor kedua, lanjut dia, adalah anomali iklim El Nino 2023/2024. Analisis data historis menunjukkan bahwa saat terjadi El Nino, wilayah Asia Tenggara daratan akan mengalami anomali suhu hingga mencapai 2 derajat di atas normal pada periode Maret-April-Mei.

Faktor ketiga, yaitu pengaruh pemanasan global, yang menyebabkan suhu terus meningkat dari tahun ke tahun. Kombinasi ketiga faktor tersebut menyebabkan suhu udara pada April-Mei ini menjadi sangat ekstrem di wilayah Asia Tenggara.

"Mudah-mudahan situasi tersebut tidak terjadi di Indonesia," katanya.

Share
Trending
Popular Post

Explosion Occurs in Bekasi Field Artillery Battalion Ammunition W...

Explosion Occurs in Bekasi Field Artillery Battalion Ammunition Warehouse

Japan Firms Walked Out of The Singapore-Malaysia High Speed Railw...

On Thursday (11/1), Japanese firms decided to opt out of the Malaysia-Singapore High-Speed railway project, amid the deadline for requests on January 15.

Jakarta Provincial Minimum Wage 2024 Set to IDR5.06 M

The Jakarta Provincial Government has set the Provincial Minimum Wage (UMP) for 2024 at Rp5,067,381

Bank Indonesia Revokes 3 Indonesian Coins

Bank Indonesia (BI) has revoked and withdrawn three types of rupiah bills from circulation, starting December 1, 2023.

31 Injured and 5 Sub-districts in Sumedang-Bandung Regency Affect...

At least 31 people were injured and five sub-districts were affected by a tornado that struck Sumedang-Bandung Regency, West Java, on Wednesday (2/21)

Infographic