• Friday, 22 November 2024

Sisi Lain Johny Indo: Kisah Kaburnya Penjahat Kelas Kakap dari Nusakambangan

Sisi Lain Johny Indo: Kisah Kaburnya Penjahat Kelas Kakap dari Nusakambangan
mathias muchus (kiri) dan Johny Indo (kanan) kala bermain film Johny Indo: Kisah Nyata Seorang Narapidana (1987) yang memuat kisah kelamnya jadi otak geng perampok Pachinko | Buku Johny Indo: Tobat dan Harapan

SEAToday.com, Jakarta - Kabar gembong narkoba, Murtala Ilyas dan tujuh tahanan lainnya melarikan diri dari rumah tahanan (Rutan) Kelas I Salemba, Jakarta, menghebohkan seisi Nusantara pada 12 November 2024. Mereka kabur dengan cara membobol teralis dan lari lewat gorong-gorong.

Kasus kabur dari penjara memang kerap jadi perhatian. Barang siapa yang berhasil kabur, pasti dapat atensi pemberitaan media massa yang tinggi. Itulah yang terjadi pada penjahat kelas kakap era 1970-an dan 1980-an: Johny Indo. Ia malah berhasil kabur dari Penjara Nusakambangan dan membuat heboh. Begini ceritanya.

Kisah penjahat kelas kakap tak pernah luput dari perhatian banyak orang. Kisah Johny Indo, apalagi. Seorang yang memiliki wajah rupawan dengan pekerjaan mentereng: model dan pemain film. Pekerjaan yang menjadi impian banyak orang nyatanya tak membuat Johny berpuas diri.

Ia justru terjebak ke dunia shadow. Ia memimpin geng perampok paling dicari di era 1970-an hingga 1980-an, Pasukan China Kota (Pachinko). Andilnya sebagai ketua geng perampok punya alasan. Johny adalah sosok yang berani dan cerdas.

Kecerdasan itu terliat dari pengetahuan dan keberaniannya melaksanakan aksi rampok. Ia memikirkan segala macam elemen dalam upaya perampokan, dari persiapan hingga hasil rampok dibagi-bagi. Hasilnya gemilang. Ia mampu merampok berbagai toko emas di Jakarta dari 1977-1978.

Hasil rampokannya memang besar. Namun, Johny tak hanya menikmati untuk kebutuhannya sendiri. Uang hasil curian itu digunakannya untuk membantu kaum miskin. Tindakannya itu seakan-akan Johny menjelma jadi sosok Robin Hood baru.

“Namun di pengadilan mereka hanya mengakui lima peristiwa. Yaitu toko emas di Gang Lontar, Tanah Abang, Sawah Besar, Jatinegara dan terakhir di Pasar Jangkrik. Semuanya, katanya, dilakukan sekitar awal 1977 sampai Maret 1979. Dari laporan para korban, polisi mencatat, ada sekitar 16 kg emas yang sudah digasak komplotan Johny,” tertulis dalam laporan majalah Tempo berjudul Johny Indo, 10 Tahun Kemudian, 29 Desember 1979.

Johny Masuk Bui

Johny boleh saja bangga jadi pemimpin rampok yang cerdas. Namun, ia tak cukup cerdas supaya anggotanya tak bernyanyi ke mana-mana kala tertangkap. Rekannya itu membocorkan seluruh anggota geng termasuk ketua Johny pada 1979.  

Johny sempat kabur dalam beberapa waktu. Polisi kesulitan menemukan jejaknya. Namun, Johny akhirnya ditangkap. Penangkapan itu membuatnya harus menjalani sidang pengadilan karena kejahatannya.

Total Johny mendapat hukuman 14 tahun penjara pada 1979. Mulanya ia ditempatkan di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Cipinang. Johny bukan orang yang kesulitan beradaptasi di penjara. Ia mampu menunjukkan bahwa ia adalah penjahat besar.

Kondisi itu membuat pihak keamanan merasa perlu menempatkan Johny jauh dari Jakarta. Opsi menempatkan Johny di penjara Nusakambangan pun muncul. Suatu pilihan yang paling realistis untuk seorang penjahat kelas kakap.

“Sudah Sembilan setengah bulan Johny Indo menjalani hukuman di LP Cipinang. Kemudian datang berita, ia termasuk 50 narapidana yang akan dipindahkan ke LP Nusakambangan, Cilangkap, Jawa Tengah. Berita yang diterima dari petugas LP itu sempat membuatnya terkejut dan terpukul,” ujar Willy A. Hangguman dalam buku Johny Indo: Tobat dan Harapan (1990).

Johny bak diasingkan dari kehidupannya. Perpindahan itu membawa arti besar. Jaraknya kian jauh dari keluarga. Alias anak istrinya tak bisa berkunjung rutin. Namun, takdir tiada yang tahu. Satu-satunya hal yang bisa dilakukan Johny adalah menikmati waktunya untuk bertobat.

Kabur dari Nusakambangan

Rasa kesepian jadi momok menakutkan selama di Nusakambangan. Johny pun merasakannya. Nusakambangan sendiri memiliki Sembilan Lembaga Pemasyarakatan: Permisan, Batu, Karanganyer, Karang Tengah, Besi, Nirbaya, Kembang Kuning, Gliger, dan Limus Buntu.

Total semuanya bisa menambung 700 orang narapidana. Johny sendiri ditempatkan di LP Permisan. Ia direncanakan menikmati kehidupan di LP Permisan salama sisa hukumannya. Mulanya Johny merasakan ketenangan. Anak-istri sesekali berkunjung, meski tak sering karena kendala jarak dan uang.

Ia biasa melakukan bimbangan rohani dengan pemuda agama. Sehari-hari ia kebagian tugas untuk menggosok batu cincin. Tugas itu dilakukan dengan suka cita. Memang banyak yang tak suka dengan Johny. Sebab, Johny bak bintang Nusakambangan.

Ada yang takut dengannya. Ada pula yang menjadi gerombolannya dalam penjara. Johny pun cepat dapat teman dan diperhitungkan. Belakangan ia mendengar ibunya sakit keras. Anak-istrinya kian jarang berkunjung. Hatinya bergejolak. Keinginan kabur sempat muncul.

Kesempatan itu lalu muncul dari kawan-kawannya sesama napi. Johny pun diajak untuk kabur dari Nusakambangan. Johny ikut dalam pelarian dengan cara melumpuhkan petugas penjara pada 16 Mei 1982. Aksi itu membuat senjata penjaga diambil oleh napi.

Bukan tanpa alasan tanggal 16 Mei dipilih. Mereka memilih tanggal itu karena ketua LP dan beberapa petugas beserta keluarganya sedang piknik ke Pangandaran. Artinya, LP Permisan hanya dijaga oleh empat petugas saja.

Johny termasuk dalam 34 narapidana yang melarikan diri. Ketiadaan rencana membuat napi berpencar-pencar. Johny pun begitu. Namun, Johny tampak lebih siap dibanding semuanya. Ia mampu bersembunyi dari kejaran polisi.

Hari demi hari dia coba bertahan. Ia mencoba mencari jalan keluar dari Nusakambangan. Satu persatu temannya ditinggalkan. Ia mencoba mencapai tujuannya untuk bebas. Gigitan nyamuk sudah biasa baginya. Ia makan apa saja di perjalanan demi menyambung hidup.

Johny sempat mengkhawatirkan napi lainnya. Namun, suara pistol yang bersaut-sautan membuatnya berpikir mereka telah tiada. Napi terakhir yang tersisa tinggal Johny dan seorang kawannya. Berhari-hari mereka mencari tempat persembunyian dan jalan kabur.

“Waktu itu, pelarian tersebut menjadi berita ramai, berhari-hari. Kasus itu menarik, karena melibatkan Johny, pemain film yang ganteng, yang kemudian menjadi perampok sebenarnya. Jangkung, berkulit bersih, agak kebanci-bancian, semula tak seorang pun menduga Johny berani melakukan kejahatan. Di Nusakambangan pesakitan satu ini pun bertingkah laku lembut, mengaku bertobat, dan memimpin pelarian,” pungkas Putu Setia dan Happy Sulistyadi dalam tulisannya di majalah Tempo berjudul Larinya Johny Indo, Pesan Sebuah.., 29 Agustus 1987.

Belakangan temannya kena tangkap warga. Johny lalu jadi satu-satunya yang bertahan. Namun, ia tak kuasa lagi melarikan diri karena dikepung polisi pada hari ke-12 pelarian. Johny menyerahkan diri dan kembali ke LP Permisan. Ia dikurung di sel khusus selama 10 bulan 11 hari sebagai hukuman.

Kisah pelariannya menyebar ke mana-mana. Orang-orang justru kembali tertarik dengan kisah Johny. Pria itu dianggap sosok yang genius karena mampu menaklukkan Nusakambangan yang notabene dianggap serupa Penjara Alcatraz di Amerika Serikat.

Puncaknya, kisah pelarian difilmkan dengan judul Johny Indo: Kisah Nyata Seorang Narapidana (1987). Johny pun ikut memerankan karakternya sendiri. Konon, Johny jadi satu-satunya penjahat yang memerankan dirinya sendiri dalam sebuah film. Aksinya lari dari Nusakambangan laris manis jadi tontonan.

  

 

Share
News Update
UN Condemns Security Council’s Failure to Pass Crucial Ceasefire Resolution

UN Condemns Security Council’s Failure to Pass Crucial Ceasefire Resolution

Erick Thohir Officially Inaugurates New Board for Indonesian Futs...

The formation of the new management for these two federations under PSSI aims to align all stakeholders related to football in Indonesia.

BAZNAS to Build Hospitals, Mosques, Schools in Gaza Recovery Prog...

The funds to be used are the donation funds that are still being held for the Palestinian people. According to him, the donation for Palestine titled “Membasuh Luka Palestina”

Ngurah Rai Airport Expands Access to Nusantara via Balikpapan wit...

General Manager of PT Angkasa Pura Indonesia I Gusti Ngurah Rai Airport Ahmad Syaugi Shahab in Denpasar, on Wednesday (11/20), said this route adds connection opportunities to the State Capital of the Archipelago.

Minister Yusril Clarifies: Mary Jane Veloso Transferred, Not Rele...

Yusril explained that the Indonesian government had received an official request from the Philippine government regarding the transfer of Mary Jane Veloso. The transfer can be carried out if the conditions set by the Ind...

Trending
LOCAL PALETTE
BEGINI CARANYA PERGI KE SUKU PEDALAMAN MENTAWAI - PART 1