• Saturday, 16 November 2024

Ritus Kematian dan Bisnis Pemakaman: Alasan Mengapa Lahan Kuburan Kian Mahal

Ritus Kematian dan Bisnis Pemakaman: Alasan Mengapa Lahan Kuburan Kian Mahal
Potret dua petugas menghitung jumlah makam di pemakaman khusus dengan protokol COVID-19 di TPU Bambu Apus, Jakarta Timur | ANTARA/ M Risyal Hidayat

SEAToday.com, Jakarta - Tiada kehidupan yang tak membutuhkan uang di era kekinian. Segala macam proses kehidupan – dari lahir hingga menuntut ilmu membutuhkan uang. Bahkan, mati pun uang punya kuasa. Kondisi itu karena lahan kuburan bukan sesuatu yang gratis.

Lahan kuburan tidaklah murah. Harganya mulai meningkat. Dasarnya tak rumit: urusan supply (penawaran) dan demand (permintaan). Ketersediaan lahan sedikit, harga lahan kuburan jadi mahal. Namun, itu bukan satu-satunya alasan. Begini ceritanya.

Keresahan terkait lahan kuburan yang kian terbatas mulai muncul di era kekinian. Masalah itu sebenarnya bukan barang baru. Pertambahan penduduk yang kian masif jadi muaranya.

Pemikiran itu membawa masalah baru: ketersediaan lahan kuburan. Ali Sadikin pernah meramalkan bahwa masalah ketersediaan lahan kuburan akan jadi masalah di masa depan. Gubernur DKI Jakarta era 1966-1977 itu awalnya tak mendapatkan tanggapan yang serius.

Ali sempat diremehkan. Kritiknya dianggap nyeleneh. Apalagi, kala Ali mencoba melemparkan ide kontroversial pemakaman dengan cara jenazah berdiri. Ide itu ditolak di mana-mana. Alim Ulama tetap pada pandangan menguburkan orang tak boleh sembarang.

Ada tata caranya secara agama. Ide itu jelas tak pernah terealisasi. Namun, Ali seraya berhasil membawa masalah krisis lahan kuburan di masa yang akan datang jadi serius. Lahan kuburan sudah jadi masalah krusial di Ibu Kota. Butuh duit besar pula.

“Sistem masyarakat dalam kota besar tidak bermurah hati pada mereka yang mengharapkan belas kasihan, baik dari orang lain maupun dari bekerjanya sistem metropolis dalam arti luas. Naik bus harus bayar, makan di warung mesti bayar, nonton bioskop tidak bisa ngintip, mau tidur tidak bisa sembarang numpang. Sampai mau mati pun orang tidak bisa sembarang menggali kubur,” ujar Ali Sadikin ditulis Ramadhan K.H. dalam buku Bang Ali: Demi Jakarta 1966-1977 (1993).

Kuburan Mahal

Ali Sadikin boleh saja mengungkap urusan lahan kuburan sulit di masa depan sedari 1970-an. Namun, pandangannya mulai terbukti kebenarannya di era kekinian. Pembangunan muncul di mana-mana. Kondisi itu membuat lahan kuburan kian sempit.

Tren pembukaan lahan kuburan memang terjadi di berbagai wilayah Jakarta. Masalahnya angka kematian tak bisa diredam. Mereka yang memilih keluarganya untuk dikremasi hanya sedikit. Mau tak mau lahan kuburan jadi cepat penuh. Apalagi pada era pandemi Covid-19.

“Pada 2015 angka kematian di Jakarta tercatat sekitar 49.700 orang. Dengan jumlah kurang lebih mirip, angka kematian penduduk Jakarta tahun 2018 sekitar 47.982. Angka kematian melonjak menjadi 60.955 orang pada 2019, 74.310 orang pada 2020, dan 111.088 pada 2021.Kenaikan jumlah yang signifikan ini menyimpan problem di tengah ketersediaan lahan makam yang semakin sempit,” ujar Vincentius Gitiyarko dalam tulisannya di Harian Kompas berjudul Lahan Makam Jakarta, Makin Sempit dan Jadi Rebutan, 12 Juni 2023.

Pada dasarnya lahan kuburan di DKI bisa dimiliki siapa saja. Harganya terjangkau. Izin penggunaan tanah makam dibagi dalam empat klasifikasi yang dibayar tiap tiga tahun. Biaya yang dikeluarkan bervariasi Rp 100.000 per makam di blok AAI, Rp 80.000 (blok AAII), Rp 60.000 (blok AI), dan Rp 40.000 (blok AII).

Pembayarannya kadang juga banyak masalah. Kadang pula pungli yang dilakukan bisa jadi lebih besar. Biaya pemakaman saja bisa mencapai jutaan rupiah. Jakarta kala dipimpin oleh Gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) pernah menemukan fakta bahwa lahan kuburan strategis dijualbelikan.

Makam itu rata-rata sengaja dijadikan kuburan palsu. Jenazah tak ada hanya nisan. Mereka staf yang nakal menjualnya kepada mereka yang berani bayak. Praktek busuk itu sempat ditumpas. Mereka yang dianggap bertanggung jawab dipecat pada 2016.

Kondisi itu tak hanya berlangsung di Jakarta, tapi di daerah luar Jakarta. Masalah yang dialami kurang lebih sama. pembangunan meningkat dan ketersediaan lahan menipis.

Alasan Pemakaman Mahal

Pemakaman mahal memang menjadi topik besar belakangan ini. Orang-orang pun menyakini tren tersebut karena sesuai dengan prinsip ekonomi supply dan demand. Permintaan lahan kuburan yang tinggi, sedang ketersediaannya sendikit.

Abrakadabra proses itu membuat harga lahan kuburan meningkat dan pemakaman swasta bertumbuh. Mau tak mau orang terpaksa membayar mahal demi menghadirkan ‘rumah’ peristirahatan terakhir bagi sanak keluarga yang meninggal dunia. Namun, tak sedikit pula ada faktor lain yang membuat orang berani membayar mahal.

Antopolog Universitas Negeri Makassar, Dimas Ario Sumilih punya pandangan lain melihat fenomena lahan kuburan mahal jadi mahal. Dimas tak menampik faktor supply dan demand. Namun, ia mencoba melihat lebih jauh kenapa kuburan mahal pada era kekinian.

Dimas melihat ritus hidup kematian di dunia timur punya arti besar. Orang-orang menganggap ada kehidupan lain setelah kematian. Kondisi itu membuat sanak famili yang ditinggalkan akan memberikan pengantaran yang besar dan sekaligus lahan kuburan dengan nisan terbaik.

“Zaman Klasik, jika yang meninggal adalah tokoh penting atau yg dihormati karena jasanya, kita mengenal istilah "didharmakan" yang umumnya dalam bentuk candi. Ini salah satu bentuk alasan mengapa konteks pemakaman menjadi penting. Seiring masuknya pengaruh Islam, pen-dharma-an ini bergeser dalam bentuk nisan,” ujar Dimas kala dihubungi SEAToday.com, 12 Oktober 2024.

Tradisi merayakan kematian yang spesial ditingkatkan dengan tumbuhnya strafikasi sosial. Kelas sosial yang tinggi akan merasa dirinya prestise. Orang yang berduit mencari lokasi pemakaman yang dikelola profesional -- swasta. Jika terpaksa di pemakaman umum mereka akan mencari lokasi strategis.

“Tren pemakaman pun akhirnya berkaitan dengan status pula. Hal ini menjadi peluang bagi ‘bisnis’ pemakaman, seolah saling mengisi antara permintaan dan penawaran,” ujar Dimas.

Permintaan yang tinggi itu pula membuat urusan pemakaman – lahan kuburan jadi serius. banyak pengusaha mulai melirik bisnis itu – memanfaatkan cara pandang orang timur terkait pentingnya prosesi penguburan.

Mereka menyediakan pemakaman yang dikelola secara profesional sehingga mereka yang berziarah tak perlu repot urusan dalam berkunjung. Pemakamannya pun eksklusif. Semuanya bersatu padu tergantung pada keberanian untuk membayar. Satu hal yang pasti lahan kuburan akan terus menipis di masa yang akan datang.

 

 

Share
News Update
Bali Airport: 90 Flights Canceled in a Day Due to Eruption

Bali Airport: 90 Flights Canceled in a Day Due to Eruption

US President-Elect Donald Trump Appoints Elon Musk to Lead Govern...

US president-elect Donald Trump has appointed SpaceX founder Elon Musk (@elonmusk) to lead the Government Efficiency Department.

President Prabowo Meets President Joe Biden to Mark 75th Annivers...

Indonesian President Prabowo Subianto held a bilateral meeting with US President Joe Biden at the White House in Washington DC on Tuesday (11/12).

Prabowo Meets Biden at The White House to Discuss Indonesia-US Di...

During the meeting, President Prabowo was warmly received by President Biden, and the two leaders discussed the strong diplomatic ties between Indonesia and the U.S.

Multiple Accidents on Cipularang Toll Road KM 92 Damaging Numerou...

The collision occurred as the KM 92 area was hit by heavy rain and lightning, which likely contributed to poor visibility and slippery road conditions.

Trending