• Friday, 27 December 2024

Johny Indo dan Robin Hood: Kisah Kelam Otak Geng Perampok Legendaris Pachinko

Johny Indo dan Robin Hood: Kisah Kelam Otak Geng Perampok Legendaris Pachinko
mathias muchus (kiri) dan Johny Indo (kanan) kala bermain film Johny Indo: Kisah Nyata Seorang Narapidana (1987) yang memuat kisah kelamnya jadi otak geng perampok Pachinko | Buku Johny Indo: Tobat dan Harapan

SEAToday.com, Jakarta - Tiada yang tak mengenal cerita rakyat Inggris, Robin Hood. Dulu kala Robin Hood digambarkan sebagai bangsawan yang peka kepada penderitaan kaum miskin. Tokoh fenomenal itu menganggap pemerintah—kerajaan tak perduli nasib rakyat miskin.

Robin Hood berang dan memilih jalannya sendiri. Ia rela menggarong harta tuan kaya raya dan membaginya ke rakyat miskin. Kisahnya memang diyakini fiksi. Namun, Bukan berarti sosok menyerupai Robin Hood tak berwujud di dunia nyata. Robin Hood itu ada. Johny Indo, namanya. Begini ceritanya.

Tampang rupawan kerap dianggap rumus hidup sukses dan kaya raya. Barang siapa yang memiliki wajah rupawan, niscaya jalannya menuju kesuksesan akan mudah. Pandangan itu mulanya diamini oleh Yohanes Herbertus Eijkenboom atau yang lebih dikenal sebagai Johny Indo.

Pria kelahiran Garut, 6 November 1948 punya berkah wajah rupawan. Wajah itu warisan dari ayahnya tentara Belanda yang membelot lalu membela Indonesia dalam Perang Revolusi 1945-1949. Wajah rupawan Johny membawanya hidup lurus.

Ia mampu menembus ganasnya industri hiburan Indonesia. Kesempatan jadi aktor dan model iklan berdatangan. Namun, tuntutan kehidupan membutakan segalanya. Kala itu ia harus menghidupi seorang istri dengan empat anaknya. Belum lagi Johny punya beberapa kekasih gelap.

Johny berpikir panjang. Ia sampai pada batas pemikiran hingga terpilihlah jalan masuk dunia shadow jadi rampok. Suatu dunia yang kemudian membuatnya dikenal sebagai Robin Hood yang membantu sesama.

“Pada intinya begini saya enggak ingin lihat orang miskin banyak di jalan. Saya mau jadi semacam Robin Hood. (terinspriasi) karena nonton film Robin Hood, Si Pitung, terus liat legenda orang zaman dulu yang membela rakyat,” ujar Johny Indo kala diwawancara via youtube On The Spot Trans 7, 29 November 2017.

Ilmu Maling

Khalayak umum sudah tentu akrab dengan kata bijak jangan menilai buku dari kover depannya. Begitulah pelajaran penting mengajari kita terkait sosok Johny Indo. Tiada yang menyangka Johny yang mulai menaiki anak tangga dunia hiburan adalah otak dari geng perampok berbahaya, Pasukan China Kota (Pachinko) era Orde Baru, 1970-an hingga 1980-an.

Saban hari ia menghabiskan waktunya sebagai aktor dan model. Aktivitas itu dijalani dengan suka cita. Kebetulan dunia hiburan cocok baginya. Johny diterima sebagai anak baik-baik. 

Johny dianggap lurus saja, tidak neko-neko. Tidak pula keras dan cepat marah. Malahan dari berbagai penuturan sikapnya justru rada kebancian-bancian. Konon, ia sengaja membentuk citra itu demi menyembunyikan watak aslinya.

Intinya tiada yang percaya Johny pernah menjadi otak dari berbagai perampokan toko emas di Jakarta. Ia mulanya punya beberapa anak buah saja -- hingga kemudian mencapai 12 orang.

Johny dipandang sebagai pemimpin Pachinko yang cerdas nan brilian. Kecerdasan itu dibuktikan dari perampokan toko emas pertamanya di Kebon Kacang pada September 1977. Johny tak mau perampokan pertamanya asal-asalan. Johny menyusun rencana matang-matang. Ia mendalami ilmu maling itu lewat buku-buku.

“Johny Indo juga gemar membaca buku-buku yang bertema politik, perang, spionase, cowboy, silat China dan sejarah. Semua buku tersebut telah menjadi guru yang baik untuknya dalam menimba ilmu merampok,” ujar Willy A. Hangguman dalam buku Johny Indo: Tobat dan Harapan (1990).

Rencananya dimulai dengan mencuri mobil yang biasa jadi taksi gelap. Supirnya dibuang di Bogor. Mereka pun beraksi. Johny pun beraksi dengan dua pistol andalannya, Smith & Wesson kaliber 32 dan Colt kaliber 45. Pistol pun diletuskan ke udara.

Penjaga toko panik dan semua emas disikatnya. Mereka sengaja kabur ke Kebayoran Baru yang notabene tempat orang kaya dan jenderal-jendral militer tinggal. Tujuannya untuk memberikan Shock Therapy kepada yang mengejar, seakaan-akan aksi rampok dilakukan anak-anak dari keluarga jenderal.

Johny lalu menurunkan tiga orang komplotannya di tengah jalan. Ia lalu melaju dan memarkirkan kendaraannya di Kebayoran Baru. Johny pulang dengan bus kota ke rumahnya. Emas rampokan berjumlah dua kg dileburkan, kemudian dibagi rata.

Penjahat Paling Dicari

Mulanya Johny menganggap merampok punya resiko tinggi. Namun, berbekal ilmu maling risiko tertangkap berhasil diminimalisir. Jejak Johny dan gerombolan perampok Pachinko tak mampu diendus aparat keamanan dalam waktu yang lama.

Emas yang hasil dilebur kemudian dibawa ke penadah emas di seantero Jakarta. Uang mereka kian bertambah. Khusus Johny uang itu tak hanya digunakan untuk kebutuhan keluarga dan foya-foya saja. ia selalu memberikan porsi besar untuk orang miskin yang membutuhkan. Awal mula ia disebut Robin Hood.

Keinginan merampok kembali muncul dari kawanan Johny. Mereka merasa uang hasil rampok mulai menipis. Johny merencanakannya dengan matang. Ia merekrut anggota baru Perampokan kadang menggunakan motor. Kadang juga menggunakan mobil.

Johny juga kadang ikut, kadang memantau dari kejauhan. Johny sampai punya kode etik dalam merampok. Kelompok Pachinko tak boleh mengganggu wanita, merampok orang miskin, dan tidak boleh menyakiti atau membunuh target.

Barang siapa yang melanggar, siap-siap akan dihajar hingga babak belur oleh Johny. Aparat keamanan kelabakan. Mereka melaporkan komplotan Pachinko menggorong toko emas sebanyak tujuh kali – kemudian yang diakui hanya lima.

“Namun di pengadilan mereka hanya mengakui lima peristiwa. Yaitu toko emas di Gang Lontar, Tanah Abang, Sawah Besar, Jatinegara dan terakhir di Pasar Jangkrik. Semuanya, katanya, dilakukan sekitar awal 1978 sampai Maret 1979. Dari laporan para korban, polisi mencatat, ada sekitar 16 kg emas yang sudah digasak komplotan Johny,” tertulis dalam laporan majalah Tempo berjudul Johny Indo, 10 Tahun Kemudian, 29 Desember 1979.

Sepandai-pandainya tupai melompat akhirnya jatuh juga. Begitulah pribahasa yang menggambarkan akhir kisah dunia gelap Johny Indo. Ia berhasil ditangkap karena ada anggotanya kedapatan lebih dulu. Johny akhirnya divonis 10 tahun penjara pada 1979.

Ia sempat ditahan di Penjara super ketat, Nusakambangan. Ia mencoba menaklukkan Nusakambangan, bahkan sempat berhasil kabur beberapa hari pada 1982. Namun, polisi kembali menangkapnya. Johny pun pasrah dan menikmati kehidupannya di penjara.

Ia baru bebas pada 1987. Kebebasan itu membuat Johny kesohor. Berita tentang kebebasannya memenuhi media massa. Ketenaran Johny membawanya kembali menekuni dunia hiburan. Ia menjadi aktor lalu pendakwah. Suatu jalan hidup yang tak mungkin bisa dilakukan orang banyak, kecuali Johny Indo.

 

Share
News Update
Karawang Whoosh Station Set to Launch on December 24, 2024

Karawang Whoosh Station Set to Launch on December 24, 2024

Transjakarta Launches Open-Top Double-Decker Bus Tour, Let's Expl...

Transjakarta has unveiled its latest innovative offering, the Open Top Tour of Jakarta. This open-top double-decker bus service aligns with the city’s vision of becoming a global destination by enhancing its appeal as a...

91 Indonesians Successfully Evacuated from Syria, Safely Arrived...

The Ministry of Foreign Affairs has successfully evacuated 91 Indonesian citizens from Syria on December 20 and 21, 2024. The evacuation was divided into three flights.

Criminal Investigation Agency Question Cooperatives Minister Budi...

Budi Arie Setiadi, current Minister of Cooperatives, questioned by Kortastipidkor regarding undisclosed matters. Investigation linked to past scandals.

Light Rain Expected Across Most of Jakarta

The BMKG forecasts light rain for most areas of Jakarta and the Thousand Islands on Thursday, (12/19/2024).

Trending Topic