Kisah Tragis Warga Palestina yang Mengungsi dari Rafah ke Daerah Kumuh, Tak Mampu Beli Makan
SEAToday.com, Rafah – Salah satu warga Palestina bernama Ahmed Arfan terpaksa meninggalkan kota Rafah di wilayah Gaza. Kondisi itu terjadi karena Rafah tak lagi jadi tempat yang aman untuk mengungsi dari serangan militer Israel.
Ahmed bersama enam orang anggota keluarganya mengungsi ke tempat baru di Khan Younis di Gaza bagian selatan. Ahmed tinggal di sebuah tenda sederhana. Karena tenda yang ia miliki hanya satu di tempat pengungsian membuat beberapa anggota keluarga yang lain terpaksa dititipkan ke tenda lainnya.
“Saya beberapa hari tidur di tempat terbuka,” katanya dilansir Antara. Lokasi tempat pengungsian yang baru berada di dekat tempat pembuangan sampah. Namun Ahmed tak memiliki pilihan lain untuk tetap berada di sana meski selalu mencium aroma busuk dari sampah-sampah.
“Kami menderita karena bau sampah. Nyamuk dan serangga mengganggu pada siang dan malam. Kami tidak memiliki pilihan karena banyak pengungsi disini dan tidak ada tempat lain bagi kami,” tambah Ahmed.
Sejak tanggal 7 Mei 2024 militer Israel memperluas operasinya dengan menyerang kawasan Rafah. Di Rafah terdapat sekitar 1,5 juta warga Palestina yang mengungsi. Rafah yang dianggap sebagai tempat aman karena ada kebutuhan hidup dan hunian berubah menjadi neraka. “Kami tidak menemukan apa-apa, penderitaan kami berlipat ganda,” seru Ahmed.
Mengungsi di kawasan yang kurang nyaman membuat Ahmed kini kesulitan dalam memenuhi kebutuhan air dan makanan untuk keluarganya. Sebab harga-harga makanan sangat mahal sementara banyak pengungsi yang tak punya cukup uang.
Selain Ahmed, ada seorang warga Palestina lainnya yang mengungsi dari Rafah ke tempat lain di kawasan Deir al-Balah, Gaza Tengah. Wanita itu bernama Munira al-Sayed. Ia bersama anak-anaknya tidur di tenda milik kerabat. Suami Munira sudah meninggal karena serangan Israel.
Munira dan anak-anaknya juga kelaparan karena tak punya uang untuk membeli makanan. Dalam sehari ia hanya bisa makan satu kali sehari. Kondisi ini mempengaruhi kesehatan keluarganya.
Banyak sekali keluarga di Palestina yang hidup dalam ketidakpastian di tengah teror kejam Israel. Selain kelaparan para pengungsi juga merasakan kelangkaan air.
Recommended Article
News Update
China Calls for Accelerated Construction of China-Thailand Railwa...
Chinese President Xi Jinping emphasized the importance of accelerating the construction of the China-Thailand Railway and expanding cooperation in innovative fields such as new energy, the digital economy, and artificial...
President Prabowo Highlights Indonesia's Renewable Energy Commitm...
President Prabowo also explained that Indonesia has great potential in developing green energy, including geothermal, hydro, solar power, and bioenergy.
Jakarta Residents Must Sort Waste to Avoid Retribution Fees
The Jakarta Provincial Government (Pemprov) will require residents to sort their waste starting January 1, 2025, to be exempt from the cleaning service levy (RPB).
2 Tourism Villages in Indonesia Receive Best Tourism Villages 202...
Jatiluwih Tourism Village (Bali) and Wukirsari Tourism Village (Special Region of Yogyakarta) won the “Best Tourism Villages 2024” award from the United Nations World Tourism Organization
Trending
- # Daily Update
- # Regional
- # Nasional
- # Internasional
Popular Post
SOEs Ministry Tries Out Four Days in Workweek System
The State-Owned Enterprises (SOEs) Ministry is testing the implementation of a four-day workweek. This was shared on Instagram @lifeatkbumn on Saturday (6/8).
TransJakarta Extends Operational Hours of Soekarno-Hatta Airport...
TransJakarta extended its service time until midnight for the corridor with destination to the Soekarno-Hatta International Airport, starting Wednesday (6/19).