• Friday, 18 October 2024

Kisah Tragis Warga Palestina yang Mengungsi dari Rafah ke Daerah Kumuh, Tak Mampu Beli Makan

Kisah Tragis Warga Palestina yang Mengungsi dari Rafah ke Daerah Kumuh, Tak Mampu Beli Makan
Warga Palestina terlihat di lokasi serangan udara Israel di sebuah kamp pengungsi dekat Kota Rafah, Jalur Gaza selatan, pada 27 Mei 2024. ANTARA/Xinhua-Rizek Abdeljawad/pri.

SEAToday.com, Rafah – Salah satu warga Palestina bernama Ahmed Arfan terpaksa meninggalkan kota Rafah di wilayah Gaza. Kondisi itu terjadi karena Rafah tak lagi jadi tempat yang aman untuk mengungsi dari serangan militer Israel.

Ahmed bersama enam orang anggota keluarganya mengungsi ke tempat baru di Khan Younis di Gaza bagian selatan. Ahmed tinggal di sebuah tenda sederhana. Karena tenda yang ia miliki hanya satu di tempat pengungsian membuat beberapa anggota keluarga yang lain terpaksa dititipkan ke tenda lainnya.

“Saya beberapa hari tidur di tempat terbuka,” katanya dilansir Antara. Lokasi tempat pengungsian yang baru berada di dekat tempat pembuangan sampah. Namun Ahmed tak memiliki pilihan lain untuk tetap berada di sana meski selalu mencium aroma busuk dari sampah-sampah.

“Kami menderita karena bau sampah. Nyamuk dan serangga mengganggu pada siang dan malam. Kami tidak memiliki pilihan karena banyak pengungsi disini dan tidak ada tempat lain bagi kami,” tambah Ahmed.

Sejak tanggal 7 Mei 2024 militer Israel memperluas operasinya dengan menyerang kawasan Rafah. Di Rafah terdapat sekitar 1,5 juta warga Palestina yang mengungsi. Rafah yang dianggap sebagai tempat aman karena ada kebutuhan hidup dan hunian berubah menjadi neraka. “Kami tidak menemukan apa-apa, penderitaan kami berlipat ganda,” seru Ahmed.

Mengungsi di kawasan yang kurang nyaman membuat Ahmed kini kesulitan dalam memenuhi kebutuhan air dan makanan untuk keluarganya. Sebab harga-harga makanan sangat mahal sementara banyak pengungsi yang tak punya cukup uang.

Selain Ahmed, ada seorang warga Palestina lainnya yang mengungsi dari Rafah ke tempat lain di kawasan Deir al-Balah, Gaza Tengah. Wanita itu bernama Munira al-Sayed. Ia bersama anak-anaknya tidur di tenda milik kerabat. Suami Munira sudah meninggal karena serangan Israel.

Munira dan anak-anaknya juga kelaparan karena tak punya uang untuk membeli makanan. Dalam sehari ia hanya bisa makan satu kali sehari. Kondisi ini mempengaruhi kesehatan keluarganya.

Banyak sekali keluarga di Palestina yang hidup dalam ketidakpastian di tengah teror kejam Israel. Selain kelaparan para pengungsi juga merasakan kelangkaan air.

 

 

Share
News Update
11 Females Figures List to Join Prabowo's Cabinet

11 Females Figures List to Join Prabowo's Cabinet

UN: Israel Denies 85 Pct. Aid Movement to Northern Gaza

The UN warned that conditions in Northern Gaza had reached “catastrophic” as the Israeli military is “severely compromising people’s access to means of survival”, Tuesday (10/15).

UNICEF: Israeli Attack on Gaza Hospital's Refugee Camps Shocks th...

The United Nations Children's Fund (UNICEF) condemns Israel's attack on refugee tents on the grounds of the Al Aqsa Martyrs Hospital in the Gaza Strip on Sunday (10/13), as a world-shaking tragedy.

KSP Moeldoko Praises President Jokowi’s Achievements During 10 Ye...

Indonesian Presidential Chief of Staff (KSP) General (Ret.) Moeldoko praised the achievements of President Joko “Jokowi” Widodo.

WHO: 72 Patients, Medical Staff Killed in Israeli Attack in Leban...

The World Health Organization (WHO) on Wednesday (10/16) released a statement saying that 72 medical workers and patients have been killed and 43 others injured by Israeli attacks in Lebanon.

Trending