• Friday, 20 December 2024

Kisah Tragis Warga Palestina yang Mengungsi dari Rafah ke Daerah Kumuh, Tak Mampu Beli Makan

Kisah Tragis Warga Palestina yang Mengungsi dari Rafah ke Daerah Kumuh, Tak Mampu Beli Makan
Warga Palestina terlihat di lokasi serangan udara Israel di sebuah kamp pengungsi dekat Kota Rafah, Jalur Gaza selatan, pada 27 Mei 2024. ANTARA/Xinhua-Rizek Abdeljawad/pri.

SEAToday.com, Rafah – Salah satu warga Palestina bernama Ahmed Arfan terpaksa meninggalkan kota Rafah di wilayah Gaza. Kondisi itu terjadi karena Rafah tak lagi jadi tempat yang aman untuk mengungsi dari serangan militer Israel.

Ahmed bersama enam orang anggota keluarganya mengungsi ke tempat baru di Khan Younis di Gaza bagian selatan. Ahmed tinggal di sebuah tenda sederhana. Karena tenda yang ia miliki hanya satu di tempat pengungsian membuat beberapa anggota keluarga yang lain terpaksa dititipkan ke tenda lainnya.

“Saya beberapa hari tidur di tempat terbuka,” katanya dilansir Antara. Lokasi tempat pengungsian yang baru berada di dekat tempat pembuangan sampah. Namun Ahmed tak memiliki pilihan lain untuk tetap berada di sana meski selalu mencium aroma busuk dari sampah-sampah.

“Kami menderita karena bau sampah. Nyamuk dan serangga mengganggu pada siang dan malam. Kami tidak memiliki pilihan karena banyak pengungsi disini dan tidak ada tempat lain bagi kami,” tambah Ahmed.

Sejak tanggal 7 Mei 2024 militer Israel memperluas operasinya dengan menyerang kawasan Rafah. Di Rafah terdapat sekitar 1,5 juta warga Palestina yang mengungsi. Rafah yang dianggap sebagai tempat aman karena ada kebutuhan hidup dan hunian berubah menjadi neraka. “Kami tidak menemukan apa-apa, penderitaan kami berlipat ganda,” seru Ahmed.

Mengungsi di kawasan yang kurang nyaman membuat Ahmed kini kesulitan dalam memenuhi kebutuhan air dan makanan untuk keluarganya. Sebab harga-harga makanan sangat mahal sementara banyak pengungsi yang tak punya cukup uang.

Selain Ahmed, ada seorang warga Palestina lainnya yang mengungsi dari Rafah ke tempat lain di kawasan Deir al-Balah, Gaza Tengah. Wanita itu bernama Munira al-Sayed. Ia bersama anak-anaknya tidur di tenda milik kerabat. Suami Munira sudah meninggal karena serangan Israel.

Munira dan anak-anaknya juga kelaparan karena tak punya uang untuk membeli makanan. Dalam sehari ia hanya bisa makan satu kali sehari. Kondisi ini mempengaruhi kesehatan keluarganya.

Banyak sekali keluarga di Palestina yang hidup dalam ketidakpastian di tengah teror kejam Israel. Selain kelaparan para pengungsi juga merasakan kelangkaan air.

 

 

Share
News Update
Criminal Investigation Agency Question Cooperatives Minister Budi Arie Setiadi

Criminal Investigation Agency Question Cooperatives Minister Budi Arie Setiadi

Light Rain Expected Across Most of Jakarta

The BMKG forecasts light rain for most areas of Jakarta and the Thousand Islands on Thursday, (12/19/2024).

OIKN Targets Legislative, Judicial Buildings to be Completed in...

The Nusantara Authority (OIKN) is targeting the construction of legislative and judicial infrastructure to be completed by 2028.

The Ministry of Foreign Affairs Confirms No Indonesian Citizens A...

The Indonesian Ministry of Foreign Affairs has confirmed that no Indonesian citizens (WNI) were victims of the 7.3-magnitude earthquake that struck Vanuatu on Tuesday, December 17, 2024

Bogor Police to Implement Car-Free Night in Puncak to Ease New Ye...

Bogor Police implement Car-Free Night in Puncak for New Year's Eve from 6 PM to 2.30 AM, with traffic diversions, odd-even rule, and a one-way system.

Trending Topic