• Minggu, 22 September 2024

Fatmawati Soekarno Perkenalkan Salam Lintas Agama Demi Persatuan Bangsa

Fatmawati Soekarno Perkenalkan Salam Lintas Agama Demi Persatuan Bangsa
Ibu Negara, Fatmawati Soekarno saat menghadari Perayaan Hari Ibu di Istana Merdeka pada 1960 | Perpustakaan Nasional

SEAToday.com, Jakarta - Majelis Ulama Indonesia (MUI) mulai melarang penggunaan salam lintas agama dalam tiap pidato. Salam itu dianggap MUI sudah melenceng dari makna toleransi. Larangan salam lintas agama dilakukan untuk menjaga kemurnian dan akidah umat Islam.

Banyak yang menyayangkan keputusan MUI. Banyak pula yang mendukungnya. Namun, jauh sebelum itu, salam lintas agama bukan hal yang baru. Istri dari Soekarno, Fatmawati sudah lama menggunakan narasi salam lintas agama. Bahkan, ia digadang-gadang sebagai pelopor salam lintas agama. Begini ceritanya.

Kedekatan Fatmawati dengan Islam tak perlu diragukan. Wanita kelahiran Bengkulu, 5 Februari 1923 itu memiliki orang tua yang notabene tokoh organisasi Muhammadiyah cabang Bengkulu. Ayahnya Hassan Din dan Ibunya Siti Khadijah. Keduanya membekali Fatmawati bekal agama yang mempuni.

Urusan mengaji pun Fatmawati dipercayakan kepada guru yang tepat. Mulanya Fatmawati belajar membaca Al Quran dari datuknya. Bacaannya itu diawali dari membawa Juz Amma dan perlahan beranjak ke Al Quran.

Pelajaran membaca Al Quran pun dilanjutkan Fatmawati kepada seorang guru ngaji dengan 15 anak lainnya. Keterampilan baca Al Quran Fatmawati meningkat. Bahkan, Fatmawati mencoba menantang diirnya untuk membaca Al Quran dengan logat Mesir.

Ilmu itu didapat Fatmawati dari tetangganya  yang jago membaca Al Quran dengan indah. Fatmawati belajar dan berhasil. Keterampilan itu membuat bangga orang tua Fatmawati. Wanita yang akrab disapa Tema itu sering diajak untuk memperlihatkan keterampilannya membaca Al Quran di muka umum.

“Selama dua tahun menjadi murid Muhammadiyah, tiga kali aku mengikuti ibuku ke konferensi Muhammadiyah dan turut-serta memeriahkan konferensi dengan berpentas di atas panggung. Aku biasanya mendapat tugas untuk menyanyi dan membaca ayat suci Al Quran,” ungkap Fatmawati dalam buku Catatan Kecil Bersama Bung Karno (2016).

Belajar dari Bung Karno

Bekal pelajaran agama yang dimiliki Fatmawati melimpah. Namun, ia tak jemawa. Ia tak menganggap pula ilmu yang dimilikinya lebih banyak dibanding orang lain. Pandangan itu terlihat kala ia menikah dengan Soekarno.

Fatmawati kerap hadir kala Bung Karno yang seorang tokoh nasional berkeliling, berjumpa rakyat, dan berpidato di muka umum. Fatmawati lalu jadi saksi serangkaian peristiwa penting bagi bangsa Indonesia. Ia menyaksikan suaminya menggelorakan Pancasila pertama kali.

Ia juga jadi saksi proklamasi kemerdekaan Indonesia. Fatmawati pun ikut menyumbang tenaga dalam menjahit bendera Sang Saka Merah-Putih.

“Bendera yang akan dikibarkan saat Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. ialah bendera yang dijahit oleh tangan Nyonya Fatmawati Soekarno. Bentuk dan ukuran bendera itu tidak standar karena kainnya berukuran tidak sempurna,” ungkap Marwati Djoened Poesponegoro dan kawan-kawan dalam buku Sejarah Nasional Indonesia Jilid VI (2008).

Kepekaan Fatmawati melihat kehidupan rakyat Indonesia makin terasah. Ia melihat sendiri bagaimana beragamnya suku bangsa di Indonesia. Suku beragam, begitu pula dengan agamanya. Bung Karno pun terus menanamkan kepadanya bahwa kekuatan Indonesia adalah keberagaman.

Fatmawati pun belajar banyak hal dari gaya berpidato Bung Karno. Ia mencoba menyerap sari-sari dari tiap poin yang diungkap suaminya kepada rakyat Indonesia. Pelajaran itu diambil dan diaplikasikan nantinya kala Fatmawati berjumpa dengan rakyat Indonesia.

Salam Lintas Agama

Fatmawati kerap mendampingi Bung Karno menghadiri agenda kenegaraan ke daerah. Bung Karno pun kadang kala turut memberikan Fatmawati ruang untuk maju dan berbicara ke mimbar. Pengalaman pertama Fatmawati hadir di atas mimbar berlangsung di Cirebon pada 1947.  

Boleh jadi Fatmawati kaget saat namanya sebagai Ibu Negara disebut. Ia pun mulai melangkahkan kakinya menuju podium. Fatmawati mencoba membaca situasi. Suaminya sudah kebagian membakar semangat rakyat dengan pidato yang berapi-api.

Ia pun memilih untuk membaca ayat-ayat dari Al Quran. Pembacaan ayat suci dilakukan supaya perjuangan yang dicita-citakan rakyat Indonesia dapat berhasil dan mendapatkan berkah dari Sang Pencipta.

Suara Fatmawati yang bak melagukan ayat suci Al Quran terdengar merdu. Kehadirannya di mimbar lalu disambut dengan riuh tepuk tangan. Bung Karno pun mengaku bangga atas bakat istrinya membawa ayat suci Al Quran.

Pengalaman pertama itu membuat Fatmawati kian terbiasa muncul berpidato dalam ragam hajatan. Gaya berpidato Fatmawati lama-lama mulai memunculkan sebuah ciri khas. Ciri khas yang paling menonjol dari Fatmawati adalah gayanya memberikan salam lintas agama.

Kala itu Fatmawati dikenal mempopulerkan tradisi bersalam tiga. Ucapan khas itu diawali dengan Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh, syalom, haleluya. Salam itu kian sering diucapkan Fatmawati.

Tujuannya tak lain sebagai bentuk menghargai keberagaman Indonesia. Fatmawati menyadari benar posisinya sebagai Ibu Negara yang memiliki rakyat multikultural.

“Sapaan yang mengalir dari kalbu ini mulanya tidak banyak diikuti oleh orang lain, sehingga makin terasa khas pada waktu Bu Fat yang mengucapkan. Fatmawati berkata: Ibu meliat masyarakat kita ini kan masyarakat majemuk, baik diliat dari keberagaman sukunya maupun dari agama yang mereka anut. Kemajemukan yang merupakan kekayaan yang dianugerahkan Tuhan itu haruslah kita hormati dan kita syukuri. Itu kalau menurut ibu, salah satu caranya, ya mengucapkan tiga jenis salam itu,” ungkap Fatmawati ditulis Kadjat Adra’i dalam buku Suka Duka Fatmawati Sukarno (2008).

Belakangan salam lintas agama mulai berkembang. Perkembangan itu jadi bukti bahwa Fatmawati seorang visioner. Ia tak saja berhasil mewujudkan frasa Bhinneka Tunggal Ika (Berbeda-beda tapi satu jua) dalam salamnya, tapi Fatmawati juga menunjukkan jika beragama tak boleh fanatik berlebihan.  

 

Share
Berita Terkini
14 Perjalanan Whoosh Dibatalkan Akibat Gempa di Kabupaten Bandung

14 Perjalanan Whoosh Dibatalkan Akibat Gempa di Kabupaten Bandung

262 Orang Meninggal Akibat Topan Yagi di Vietnam

Media Vietnam melaporkan 29 orang tewas dalam 24 jam terakhir akibat topan Yagi, menambah total korban tewas akibat topan tersebut di Vietnam menjadi 262 orang.

Australia akan Batasi Akses Anak ke Sosial Media

Pemerintah Australia, Selasa (10/9) menyatakan jika tahun ini akan mengesahkan undang-undang tentang usia minimum bagi anak-anak untuk mengakses media sosial.

64 Meninggal, Ratusan Terluka akibat Topan Super Yagi Melanda Vie...

Jumlah korban meninggal di Vietnam meningkat menjadi sedikitnya 64 orang, Senin (9/9), sementara ratusan orang lainnya terluka akibat topan super Yagi yang melanda dan menyebabkan banjir serta tanah longsor.

Peneliti BRIN Publikasikan Spesies Baru Endemik Indonesia Anggrek...

Peneliti Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mempublikasikan temuan tanaman anggrek spesies baru dari pulau Sulawesi yang dikenal masyarakat sebagai Anggrek Kuku Macan.

Trending Topic
Trending Topic
Trending
Trending
Popular Post

Sekolah Dasar Muhammadiyah di Sidoarjo Menerapkan Waktu Tidur Sia...

SD Muhammadiyah 4 Zamzam di Sidoarjo, Jawa Timur, menjadikan tidur siang sebagai salah satu pelajaran yang wajib diikuti siswa.

Peltu (Purn) Tatang Koswara Penembak Jitu Indonesia yang Diakui...

Tatang Koswara, lahir di Cibaduyut pada 12 Desember 1946 adalah salah satu penembak jitu (sniper) Indonesia yang diakui dunia.

Ghisca Debora Berniat Meraup Untung Rp250 Ribu per Tiket dari Pen...

Ghisca Debora Aritonang, tersangka penipuan tiket Coldplay, meraup keuntungan sebesar Rp250.000 per tiket.

Ketua KPK Firli Bahuri Ditetapkan sebagai Tersangka

Polda Metro Jaya menetapkan Ketua KPK Firli Bahuri sebagai tersangka dalam kasus dugaan pemerasan terhadap mantan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo.