• Senin, 23 September 2024

Segala Macam Masalah Jakarta Jadi Lagu di Tangan Benyamin Sueb

Segala Macam Masalah Jakarta Jadi Lagu di Tangan Benyamin Sueb
Seniman Betawi, Benyamin Sueb dalam poster Film Benyamin Tukang Ngibul (1975) | Perpustakaan Nasional

SEAToday.com, Jakarta-Jakarta selalu dapat unggul dari kota-kota lainnya di Indonesia. Kota Metropolitan itu mampu unggul dalam bidang pembangunan dan transportasi. Masalahnya ada risiko di balik gemerlapnya perkembangan Jakarta.

Perkembangan itu turut meninggalkan masalah bagi orang Betawi seperti kemiskinan, pengusuran, macet, serta pungli. Namun, masalah-masalah itu justru bahan yang diolah Benyamin Sueb jadi mahakarya. Ia seraya berperan sebagai penyambung lidah orang Betawi untuk menyuarakan isu sosial ke pemangku kebijakan. Begini kisahnya.

Orang Betawi terkenal sebagai suku bangsa yang paham caranya menikmati hidup. Segala macam cobaan dalam hidup justru dipandang seperti komedi belaka. Mereka senang-senang saja dengan kehidupan, walau kemiskinan dan ketidakadilan jadi pengganggu.

Sikap itu terlihat jelas dalam sosok Benyamin Sueb. Pria kelahiran Utan Panjang, Kemayoran 5 Maret 1939 tak pernah memungsingkan diri terkait kehidupan. Ia memahami benar hakekatnya sebagai anak Betawi adalah bersenang-senang.

Pemahaman itu dilihat Ben dari lingkungannya di Kemayoran, dari lingkungan keluarga hingga lingkungan pertemanan. Proses menikmati hidup itu diperlihatkan Benyamin dengan kegemarannya bernyanyi.

Saban hari Ben kecil selalu menghibur tetangganya dengan bernyanyi. Ia sudah pandai menyanyikan banyak lagu, sampai-sampai ia mampu menirukan lagu-lagu dewasa. Suaranya yang cadel pun disukai banyak orang. Kadang kala aktivitas bernyanyi Ben mendapatkan apresiasi.

Ia sering diberikan uang hingga kue. Ben suka saja. Semenjak itu intensitasnya bernyanyi kian berkembang. Ben Jadi tak bisa melihat panggung kosong. Saban hari ada panggung kosong, apalagi hajatan Ben doyan naik ke panggung dan bernyanyi.

“Maka tidak heran bila ia selalu dipanggil pada acara-acara perayaan di lingkungan tetangganya. Kala itu ia telah berusia enam tahun, pada masa pendudukan NICA – Perang Revolusi 1945-1959. Di sekolah, ia dikenal sebagai murid pemberani, pintar, kocak, dan disiplin. Kegemaran benyanyi berlanjut di SD. Karena suaranya yang bagus dan sifat-sifat tersebut, ia memiliki banyak teman dan kerap kali diteraktir oleh mereka,” cerita terkait Benyamin disusun oleh Mathius Ali dan kawan-kawan dalam buku H. Benyamin S. Seniman Serba Bisa (1997).

Bakatnya bermusik pun didukung penuh keluarganya. Saudaranya bahkan mengajak Ben kecil untuk membentuk grup musik ‘Orkes Kaleng’ memanfaatkan barang bekas. Mereka memanfaatkan segala macam bahan bekas dari drum minyak sampai kotak obat untuk membuat mengiringi lagu.

Musik Gerbang Kesuksesan

Takdir orang tiada yang tahu. Begitu pula dengan Ben. Hobinya dalam bernyanyi mampu membawanya mengembangkan bakat dengan serius. Ben pun terbiasa bermain musik bersama teman-temannya yang kemudian hari jadi musisi besar Indonesia seperti Jack Lesmana dan Bill Saragih.

Ia manggung dari satu tempat ke tempat lainnya. Lagu-lagu yang dibawanya didominasi karya musisi luar negeri. Namun, Ben banting setir setelah Soekarno mulai melarang musik barat – musik ngak-ngik-ngok pada 1950-an.

Ben mencoba mencari genre musik yang tepat untuk berkarya. Ia lalu mulai membuat lagu sendiri. Ia pun senang lagu-lagunya dapat dipadukan dengan kesenian Betawi, Gambang Kromong sebagai jalan keluar. Ben mulai aktif menulis banyak lagu.

Kehebatannya menulis lagu membawa berkah. Ia dengan bantuan teman sekolahnya, Ateng berhasil berjumpa dengan idolanya, Bing Slamet. Ia pun menyodorkan lagu ciptaannya, Malam Minggu (sekarang dikenal dengan judul Nonton Bioskop).

“Ben memberanikan diri untuk memberikan lagu ciptaannya yang berjudul Malam Minggu kepada Bing. Setelah diubah sedikit syair dan nadanya, lalu dinyanyikan Bing dan direkam dengan judul Nonton Bioskop, lagu yang dirilis dalam format piringan hitam ini meledak di pasaran. Saking suksesnya, lagu itu kemudian direkam ulang dalam format pita kaset,” ujar Wahyuni dalam buku Kompor Mleduk Benyamin S. (2007).

Bing jadi pembuka jalan Benyamin sukses. Bing tahu kapasitas Ben menulis lagu jempolan. Ia tak ingin Ben hanya dikenal sebagai penulis lagu. Ia meminta Benyamin menyanyikan sendiri lagunya pada 1970. Wejangan itu membuka pintu Benyamin masuk dapur rekaman dan populer. Album musiknya bejibun.

Suarakan Orang Betawi

Kreativitas Ben dalam menulis lagu berada di atas rata-rata. Ia tak hanya merekam urusan romantisme hidup di Jakarta belaka. Ia turut merekam masalah orang Betawi yang hidup di Kota Metropolitan. Apa yang mampu dilihat olehnya, itu yang ditulis.

Ramuan yang digunakan Ben dalam membuat lagu pun tak muluk-muluk. Ia mengandalkan kesederhanaan dan kepekaan dalam lingkungan sekitar. Lirik-liriknya sederhana. Ben pun tak lupa mengemas lagu-lagunya yang penuh kritik dengan komedi.

“Dia bertekad mempertahankan ciri khasnya itu: bertema humor ditunjang dengan nada yang enak di telingga. Dia sedikit mengabaikan susunan kata bagus, alasannya kata-kata yang bagus tak ditunjang dengan nada-nada apik tak bakalan nyaman didengar,” tegas Ludhy Cahyana dan Muhlis Suhaeri dalam buku Benyamin S: Muka Kampung Rezeki Kota (2005).

Ia pun membawa lagu ciptaannya dengan menerobos pakem genre musik. Ia mampu mengkombinasikan lagu dengan ragam genre musik hingga memanfaatkan kesenian Betawi gambang keromong sabagai pengiring lagu.

Hasilnya Ben berhasil menggambarkan segala masalah orang Betawi secara jujur. Kondisi itu membuat sosok ben digemari. Penggemarnya pun muncul satu demi satu. Langkah yang paling besar, pengemar Ben justru muncul hingga luar Jakarta dan luar negeri.

Susahnya orang Betawi bekerja di Ibu Kota turut disuarakan lewat lagu Tak Ada Lowongan. Lagu yang hadir dalam Album Asal Nguap (1972). Nafsu pemerintah dalam pembangunan pun turut dikomentari Ben. Kritik itu muncul dalam lagu Digusur.

Kehadiran lagu itu memperlihatkan bagaimana pemerintah memuaskan hasrat pembangunan tapi dengan mengorbankan atau menggusur orang Betawi. Ben mengingat jelas bagaimana orang Betawi digusur pada 1960-an dalam pembangun Kompleks Olahraga Gelora Bung Karno (GBK).

Urusan rakyat Betawi yang kerap terkena bencana banjir tak lupa disuarakannya. Ia membuat lagu khusus berjudul Kompor Meleduk. Lagu yang berada di Album yang sama dengan judul Kompor Meleduk (1970). Ia melihat urusan banjir dari pandangan orang kampung Betawi dan berhasil.

Kompor Meleduk memotret ukuran kecil dari dampak buruk perubahan. Kepadatan pemukiman membuat rawan kebakaran. Selokan mampat tidak lagi dapal menampung aliran air sehingga meluap,” ujar Alhafiz Kurniawan dalam tulisannya di Majalah Surah berjudul Bang Ben: Penonton yang Pemain Perubahan Kota Jakarta (2013).

Kehebatan Benyamin pun dalam mengolah kritik hadir pula dalam lagu-lagu lainnya. Ben semasa hidupnya telah menciptakan ratusan lagu dan puluhan album musik.

Kritikan Ben yang kontekstual bahkan masih relevan hingga hari ini. Daya kritis, kegeniusan, dan kehebatan Ben jadi kebanggaan orang Betawi. Wajar jika kemudian orang-orang memandangnya sebagai Sang Penyambung Lidah Orang Betawi.

 

Share
Berita Terkini
14 Perjalanan Whoosh Dibatalkan Akibat Gempa di Kabupaten Bandung

14 Perjalanan Whoosh Dibatalkan Akibat Gempa di Kabupaten Bandung

262 Orang Meninggal Akibat Topan Yagi di Vietnam

Media Vietnam melaporkan 29 orang tewas dalam 24 jam terakhir akibat topan Yagi, menambah total korban tewas akibat topan tersebut di Vietnam menjadi 262 orang.

Australia akan Batasi Akses Anak ke Sosial Media

Pemerintah Australia, Selasa (10/9) menyatakan jika tahun ini akan mengesahkan undang-undang tentang usia minimum bagi anak-anak untuk mengakses media sosial.

64 Meninggal, Ratusan Terluka akibat Topan Super Yagi Melanda Vie...

Jumlah korban meninggal di Vietnam meningkat menjadi sedikitnya 64 orang, Senin (9/9), sementara ratusan orang lainnya terluka akibat topan super Yagi yang melanda dan menyebabkan banjir serta tanah longsor.

Peneliti BRIN Publikasikan Spesies Baru Endemik Indonesia Anggrek...

Peneliti Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mempublikasikan temuan tanaman anggrek spesies baru dari pulau Sulawesi yang dikenal masyarakat sebagai Anggrek Kuku Macan.

Trending Topic
Trending Topic
Trending
Trending
Popular Post

Sekolah Dasar Muhammadiyah di Sidoarjo Menerapkan Waktu Tidur Sia...

SD Muhammadiyah 4 Zamzam di Sidoarjo, Jawa Timur, menjadikan tidur siang sebagai salah satu pelajaran yang wajib diikuti siswa.

Peltu (Purn) Tatang Koswara Penembak Jitu Indonesia yang Diakui...

Tatang Koswara, lahir di Cibaduyut pada 12 Desember 1946 adalah salah satu penembak jitu (sniper) Indonesia yang diakui dunia.

Ghisca Debora Berniat Meraup Untung Rp250 Ribu per Tiket dari Pen...

Ghisca Debora Aritonang, tersangka penipuan tiket Coldplay, meraup keuntungan sebesar Rp250.000 per tiket.

Ketua KPK Firli Bahuri Ditetapkan sebagai Tersangka

Polda Metro Jaya menetapkan Ketua KPK Firli Bahuri sebagai tersangka dalam kasus dugaan pemerasan terhadap mantan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo.