• Senin, 23 September 2024

Bung Karno dan Jejaknya Bangun Kota Jakarta

Bung Karno dan Jejaknya Bangun Kota Jakarta
Presiden Soekarno dan Pemimpin Uni Soviet, nikita khrushchev saat meninjau maket pembangunan Kompleks Olahraga Gelora Bung Karno | Istimewa

SEAToday.com, Jakarta-Sejak dulu Jakarta sudah dikenal sebagai kota metropolitan. Status itu didapatkan dari geliat pembangunan Jakarta yang masif dibanding kota lainnya. Bahkan, saat Jakarta merayakan HUT ke-497 pada 2024. Jakarta mampu menjelma jadi apa saja.

Jadi pusat pemerintahan? Bisa. Pusat perkembangan transportasi umum? Bisa. Sentra perekonomian? Bisa. Namun, Jakarta tak bisa besar seperti sekarang tanpa andil Soekarno. Bung Karno memiliki peran sentral dalam mengarahkan pembangunan Jakarta. Benarkah begitu?

Bicara Jakarta sama artinya berbicara terkait sejarah panjang kota yang berkali-kali jadi pusat kekuasaan. Jakarta semasa bernama Batavia pernah jadi pusat kekuasaan dari kongsi dagang Belanda, VOC dari 1619-1799. Suatu gabungan perusahaan dagang ala penjajah Belanda yang memiliki aset bejibun.

VOC yang bangkrut tak juga menghilangkan gairah Batavia sebagai pusat kekuasaan. Pemerintah kolonial Hindia Belanda terus mengambil tongkat estafet Batavia jadi pusat kekuasaan. Bukan berarti usulan pindah pusat kekuasaan tak ada. Namun, pindah kekuasaan bukan pilihan yang tepat pemerintah kolonial yang sedang berhemat.

Nama Batavia lalu hadir dalam tiap sanubari pejuang kemerdekaan. Kota yang pernah berjuluk Ratu dari Timur itu dikenal sebagai saksi bisu perjuangan Indonesia meraih kemerdekaan dengan menjadi titik awal era kebangkitan nasional.

Kebangkitan nasional itu ditandai dengan sederet kejadian bersejarah di Jakarta. Kemunculan organisasi Budi Utomo, Sumpah Pemuda, Pancasila, dan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Kejadian bersejarah itu membuktikan bahwa kaum bumiputra tak mau selamanya hidup terjajah.

“Bahkan peristiwa puncak Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 ada dan terjadi di Kota Jakarta. Peristiwa proklamasi adalah peristiwa puncak yang tertinggi di dalam Sejarah Nasional Indonesia, karena peristiwa itu adalah hari lahirnya bangsa Indonesia sebagai bangsa merdeka dan berdaulat,” ujar Sagimun M.D. dalam buku Jakarta: Dari tepian Air ke Kota Proklamasi (1988).

Istimewanya Jakarta

Kota Jakarta pun terasa spesial bagi Presiden Indonesia Pertama, Soekarno. Ia menganggap Jakarta sebagai kota Istimewa dari segi historis dan kebangsaan. Pria kelahiran Surabaya, 6 Juni 1901 itu memiliki keinginan untuk membawa kemegahan hadir di Jakarta.

Jakarta diyakininya sebagai wajah Indonesia: Ibu Kota Negara. Bung karno ingin Jakarta dibangun sejajar atau melampaui kota-kota besar di dunia. Kondisi itu membuat Soekarno kerap ikut campur pembangunan Jakarta.

Ia meyakini bahwa ide arsitektur dan tata kota dapat membuat mencipatkan masyarakat ideal. Pandangan itu sudah dipikirkan sejak jadi insinyur sipil dari Technische Hoogeschool te Bandoeng (sekarang: Institut Teknologi Bandung) sedari 1926.

Jakarta harus terlihat megah. Jakarta harus dipandang besar sebagai wujud dari romantisme revolusi. Ia mencoba menghadirkan gedung-gedung megah hingga monumen kelas dunia di Jakarta. Bung Karno mau membuktikan bahwa rakyat Indonesia tak cuma butuh makan, tapi juga kebanggaan.

“Kita bangun Kota Jakarta ini dengan cara semengah-megahnya. Megah, bukan saja materiil; megah bukan saja karena gedung-gedungnya pencakar langih; megah, bukan saja ia punya monument indah; megah di dalam segala arti, sampai di dalam rumah-rumah kecil daripada Marhaen di kota Jakarta harus ada rasa kemegahan,” tegas Soekarno dalam amanatnya di Peringatan HUT ke-435 Kota Jakarta dan mengenaskan Jakarta tetap sebagai Ibu Kota pada 22 Juni 1962, dikutip Susan Blackburn dalam buku Jakarta: Sejarah 400 Tahun (2012).

Bung Karno adalah sosok memegang omongan. Ia mulai mengumpulkan banyak arsitek dan seniman untuk membangun Jakarta. Rencana-rencana pemindahan Ibu Kota Negara tak dihendakinya. Bung Karno meyakini tiada kota di Indonesia yang memiliki segi historis besar seperti Jakarta.

Bagi bung Karno,  Ibu Kota Indonesia hanya pindah sekali saja dari Jakarta ke Yogyakarta pada 1947. Itupun pemindahan dilakukan secara terpaksa karena keadaan genting. Fokus Soekarno mengembangkan Jakarta makin menjadi-jadi saat pusat pemerintahan kembali ke Jakarta pada akhir Desember 1949.

Proyek Mercusuar Bung Karno

Ia mulai membicarakan banyak hal terkait pengembangan proyek-proyek mercusuar. Soekarno ingin membangun bangunan, patung, taman, hingga jalanan di Jakarta. Bung Karno pun memegang kontrol memilih siapa yang harus memimpin Jakarta.

Ia memilih langsung orang yang diyakininya –Gubernur DKI Jakarta. Ia berharap sosok pilihannya dapat membawa Jakarta segaimana yang ia cita-citakan. Upaya pengangkatan itu tak pernah mudah. Pilihan yang dianggapnya terbaik sering membawa kekecewaan.

Bung Karno pun mencoba mengangkat Gubernur DKI Jakarta dari kalangan seniman. Sosok itu adalah Henk Ngantung. Kepada Henk Ngantung (Gubernur Jakarta era 1964-1965) Soekarno berpesan untuk memenuhi kehidupan warga Jakarta dan melanjutkan rencana pembangunan proyek mercusuar.

Pilihan Soekarno kemudian baru benar-benar mantap kala menunjuk Ali Sadkin. Kepada Ali Sadikin (Gubernur Jakarta era 1966-1967) Bung Karno turut berpesan melanjutkan mimpinya menjadikan Jakarta mewah.

“Dan Jakarta ini saudara-saudara, adalah pusat daripada pemerintahan. Di sini terkumpul semua diplomaten. Duta-duta besar, duta-duta Charge d’ Affaires-Charge de Affaires. Saya minta supaya Gubernur Jakarta bisa menghadapi, bahkan meladeni diplomatic corps di sini. Saya cari-cari orang; baiknya ini Ali Sadikin,” terang Soekarno dalam pelantikan Ali Sadikindi Istana Negara, 28 April 1966 dikutip  buku Ali Sadikin: Menggusur dan Membangun (1977).

Bung Karno mendukung Ali Sadikin menukangi Jakarta dengan gaya keras kepalanya. Suatu gaya yang diyakini dapat ‘mengusir’ kekumuhan keluar dari Jakarta. Puncaknya, ide dan gagasan Bung Karno banyak dihadirkan, walau Soekarno sendiri telah tiada pada 21 Juni 1970.

Jakarta memiliki banyak landmark megah. Kompleks Olahraga Gelora Bung Karno, Hotel Indonesia, Sarinah, Binaria (sekarang: Taman Impian jaya Ancol), Monumen Nasional, patung-patung, serta jembatan semanggi.

Pembangunan itu seraya menyatakan peran Bung Karno membangun Jakarta begitu besar. Jakarta pun selalu dianggap istimewa hingga saat ini. Keistimewaan itu terlihat dari tiap sudut Jakarta yang pernah terkena sentuhan ide dari Bung Karno.

Share
Berita Terkini
14 Perjalanan Whoosh Dibatalkan Akibat Gempa di Kabupaten Bandung

14 Perjalanan Whoosh Dibatalkan Akibat Gempa di Kabupaten Bandung

262 Orang Meninggal Akibat Topan Yagi di Vietnam

Media Vietnam melaporkan 29 orang tewas dalam 24 jam terakhir akibat topan Yagi, menambah total korban tewas akibat topan tersebut di Vietnam menjadi 262 orang.

Australia akan Batasi Akses Anak ke Sosial Media

Pemerintah Australia, Selasa (10/9) menyatakan jika tahun ini akan mengesahkan undang-undang tentang usia minimum bagi anak-anak untuk mengakses media sosial.

64 Meninggal, Ratusan Terluka akibat Topan Super Yagi Melanda Vie...

Jumlah korban meninggal di Vietnam meningkat menjadi sedikitnya 64 orang, Senin (9/9), sementara ratusan orang lainnya terluka akibat topan super Yagi yang melanda dan menyebabkan banjir serta tanah longsor.

Peneliti BRIN Publikasikan Spesies Baru Endemik Indonesia Anggrek...

Peneliti Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mempublikasikan temuan tanaman anggrek spesies baru dari pulau Sulawesi yang dikenal masyarakat sebagai Anggrek Kuku Macan.

Trending Topic
Trending Topic
Trending
Trending
Popular Post

Sekolah Dasar Muhammadiyah di Sidoarjo Menerapkan Waktu Tidur Sia...

SD Muhammadiyah 4 Zamzam di Sidoarjo, Jawa Timur, menjadikan tidur siang sebagai salah satu pelajaran yang wajib diikuti siswa.

Peltu (Purn) Tatang Koswara Penembak Jitu Indonesia yang Diakui...

Tatang Koswara, lahir di Cibaduyut pada 12 Desember 1946 adalah salah satu penembak jitu (sniper) Indonesia yang diakui dunia.

Ghisca Debora Berniat Meraup Untung Rp250 Ribu per Tiket dari Pen...

Ghisca Debora Aritonang, tersangka penipuan tiket Coldplay, meraup keuntungan sebesar Rp250.000 per tiket.

Ketua KPK Firli Bahuri Ditetapkan sebagai Tersangka

Polda Metro Jaya menetapkan Ketua KPK Firli Bahuri sebagai tersangka dalam kasus dugaan pemerasan terhadap mantan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo.