• Minggu, 22 September 2024

Kisah Salim Said dan Pertemuannya dengan Si Tukang Jagal Westerling

Kisah Salim Said dan Pertemuannya dengan Si Tukang Jagal Westerling
Tokoh Pers dan Perfilman Nasional, Salim Said | Wantannas.go.id

SEAToday.com, Jakarta-Tokoh pers dan perfilman nasional, Salim Said meninggal dunia pada 18 Mei 2024. Ia meninggal dunia di RS Cipto Mangunkusumo dan dimakamkan di TPU Tanah Kusir, Jakarta. Kepergiannya membawa duka yang mendalam bagi segenap rakyat Indonesia.

Salim pernah dikenal sebagai sosok yang menonjol di dunia pers. Ia pernah jadi wartawan sekaligus saksi sejarah. Kariernya sebagai wartawan kian fenomenal saat dirinya berhasil melakukan wawancara dengan Raymond Westerling. Begini ceritanya.

Perjuangan Salim Said menjadi tokoh pers dan perfilman tanah air tak mudah. Keinginan itu kerap diuji dengan waktu dan keadaan. Mulanya Salim sempat bercita-cita menjadi seorang seniman. Ia menikmati masa sekolahnya di Parepare cukup gembira dengan aktivitas menulis certa pendek dan puisi.

Kepercayaan diri Salim jadi seorang seniman kian meninggi. Pria kelahiran Parepare, 10 November 1943 itu dan kawan-kawannya sempat mendirikan Organisasi Seniman Muda di Parepare. Tekad jadi seniman kian kuat. Namun, Parepare bukan tempat yang tepat untuk mengembangkan bakat seni.

Salim lalu beranjak ke Surakarta untuk melanjutkan pendidikan SMA. Mimpinya jadi seorang seniman lalu menuntun Salim ke Jakarta. Pagi Salim seraya kuliah sebagai mahasiswa jurusan Psikologi Universitas Indonesia (UI). Malamnya Salim jadi mahasiswa Akademi Teater Nasional Indonesia (ATNI).

Semuanya untuk menunjang jiwa seniman dalam diri Salin. Mimpi Salim pun berubah. Kehidupan justru menuntunnya untuk jadi seorang jurnalis muda. Ia mulai menyeburkan diri sebagai jurnalis muda sembari kuliah. Jiwa kerap terpanggil saat mewartakan peristiwa bersejarah seperti Gerakan 30 September (G30S) PKI 1965.

ia juga merasakan nahasnya hidup saat Indonesia diterpa resesi ekonomi 1966. Segala macam kebutuhan sehari-hari harganya meningkat tajam. Rakyat pun menjerit. Salim juga terkena imbasnya. Ia mulai berusaha mencari pendapatan dari kantong lainnya.

“Saya pernah ikut ngobyek jual obat bersama Abdul Gafur (kemudian: jadi Menteri Negara Urusan Pemuda dan olahraga pada masa Orde Baru) dengan keuntungan tipis. Waktu itu untuk survive, sebagaian besar orang terpaksa ngobyek, kata lain nyatut,” ungkap Salim dalam buku Gestapu 65: PKI, Aidit, Sukarno, dan Soeharto (2016).

Ia sampai ngobyek supaya tetap eksis meliput persoalan G30S yang oleh Salim sendiri senang disebut Gerakan September 30 (Gestapu). Kondisi serba sulit itu membuat ketekunannya sebagai wartawan semakin meninggi.

Si Tukang Jagal Westerling

Karier Salim sebagai jurnalis tambah populer karena ia mampu mewawancarai Komandan Tentara Kerajaan Hindia Belanda, Raymon Westerling. Ia berjumpa Westerling di Amsterdam, Belanda pada akhir 1969. Salim saat itu tercatat sebagai jurnalis dari majalah Ekspres.

Salim tahu benar jika Westerling adalah noda hitam dalam perjalanan sejarah Indonesia. Pria yang dijuluki The Turk (Si Turki) itu dianggap sebagai otak pembantaian sejumlah pejuang kemerdekaan di Sulawesi Selatan pada Desember 1946.

“Di tempat (desa-desa di Sulawesi Selatan) ini orang-orang benar-benar di tembak mati dan di sini otak-otak orang bumiputra terhambur melesat ke semak-semak, serpihan lumuran yang sesaat sebelumnya masih dipenuhi dengan pelbagai pikiran tentang nasib anak-anak mereka, cita-cita mereka, dan juga kemerdekaan yang mereka perjuangankan,” ujar Maarten Hidskes dalam buku Di Belanda Tak Seorang pun Mempercayai Saya (2018).

Westeling dan pasukan khususnya secara resmi diketahui membantai hingga 40 ribu orang. Mereka yang jadi sasaran pembunuhan adalah pejuang, keluarga pejuang, hingga orang kampung yang tak bersalah. Kesaksian berbeda juga diungkap sejarawan, Anwar Gonggong. Ia menganggap Westerling dan kroninya membantai hingga 10 ribu orang rakyat Sulawesi Selatan.

Westerling Pun Tersenyum

Salim pun mencoba mengatur pertemuan dengan Westerling dan disanggupi. Kesanggupan itu membuat Salim memperhatikan wajah dari si tukang jagal. Ia melihat tatapan dari Westerling seraya seorang serigala.

“Sembari berjalan ke arahnya, saya memperhatikan bangun tubuh dan wajah mantan kapten pasukan khusus Belanda itu. Mengapa saya teringat pada wajah serigala? Tubuhnya kekar dengan otot yang kelihatan masih kencang. Usianya 51 tahun waktu itu: Sembari mendekati meja, saya tersenyum dan mengulurkan tangan. Westerling berdiri, tersenyum, dan menerima uluran tangan saya,” ungkap Salim Said dalam buku Dari Gestapu ke Reformasi: Serangkaian Peristiwa (2013).

Ia mencoba menelanjangi pikiran Westerling. Salim menanyakan total orang dibunuhnya. Westerling hanya menjawab 463 orang, tapi tak jelas itu dibunuh olehnya atau bersama anak buahnya. Pertanyaan lainnya pun coba dilemparkan untuk menguak isi kepala Westerling.

Westerling mengungkap ia sendiri yang berinisiatif memberikan perintah untuk membunuh kepada 900 anak buahnya. Inisiatif itu dilakukan karena pejuang kemerdekaan mulai mengangganggu kekuasaan Belanda lewat Negera Indonesia Timur (NIT).

Kehadiran pejuang kemerdekaan, membuat rakyat Sulawesi Selatan berpihak kepada pejuang. Westerling menilai keberpihakan itu bukan karena mendukung pejuang, tapi karena ketakutan. Ia dan pasukannya datang untuk meredamkan ketakutan dan membuat teror besar bagi kaum pejuang.

Westerling mengungkap mereka yang menjadi anak buahnya tak semuanya berasal dari Belanda. Beberapa justru berasal dari kaum bumiputra sendiri. Mereka itu dikenal sebagai kaum yang sakit hati dengan pola kebijakan Soekarno sebagai 'mandor Romusa' di masa penjajahan Jepang.

Wawancara yang dilakukan Salim hanya berlangsung satu jam. Hasil wawancara itu lalu diterbitkan secara utuh dalam majalah Ekspres edisi 22 Agustus 1970. Kaset rekaman wawancaranya pun disimpan di pusat sejarah ABRI.

Konon, Salim jadi orang pertama Indonesia yang dapat mewawancarai si tukang jagal secara langsung. Wawancara itu dianggap paling fenomenal semasa hidup Salim. Mungkin saja jadi salah satu capaian terbesar dalam karier jurnalistik Salim. Ia pun jadi orang yang lebih dulu mengabadikan kisah Westerling dibanding Iwan Fals dalam lagu Pesawat Tempur (1988). 

"Kalau hanya senyum yang engkau berikan, Westerling pun tersenyum," begitu liriknya.

 

 

 

 

Share
Berita Terkini
14 Perjalanan Whoosh Dibatalkan Akibat Gempa di Kabupaten Bandung

14 Perjalanan Whoosh Dibatalkan Akibat Gempa di Kabupaten Bandung

262 Orang Meninggal Akibat Topan Yagi di Vietnam

Media Vietnam melaporkan 29 orang tewas dalam 24 jam terakhir akibat topan Yagi, menambah total korban tewas akibat topan tersebut di Vietnam menjadi 262 orang.

Australia akan Batasi Akses Anak ke Sosial Media

Pemerintah Australia, Selasa (10/9) menyatakan jika tahun ini akan mengesahkan undang-undang tentang usia minimum bagi anak-anak untuk mengakses media sosial.

64 Meninggal, Ratusan Terluka akibat Topan Super Yagi Melanda Vie...

Jumlah korban meninggal di Vietnam meningkat menjadi sedikitnya 64 orang, Senin (9/9), sementara ratusan orang lainnya terluka akibat topan super Yagi yang melanda dan menyebabkan banjir serta tanah longsor.

Peneliti BRIN Publikasikan Spesies Baru Endemik Indonesia Anggrek...

Peneliti Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mempublikasikan temuan tanaman anggrek spesies baru dari pulau Sulawesi yang dikenal masyarakat sebagai Anggrek Kuku Macan.

Trending Topic
Trending Topic
Trending
Trending
Popular Post

Sekolah Dasar Muhammadiyah di Sidoarjo Menerapkan Waktu Tidur Sia...

SD Muhammadiyah 4 Zamzam di Sidoarjo, Jawa Timur, menjadikan tidur siang sebagai salah satu pelajaran yang wajib diikuti siswa.

Peltu (Purn) Tatang Koswara Penembak Jitu Indonesia yang Diakui...

Tatang Koswara, lahir di Cibaduyut pada 12 Desember 1946 adalah salah satu penembak jitu (sniper) Indonesia yang diakui dunia.

Ghisca Debora Berniat Meraup Untung Rp250 Ribu per Tiket dari Pen...

Ghisca Debora Aritonang, tersangka penipuan tiket Coldplay, meraup keuntungan sebesar Rp250.000 per tiket.

Ketua KPK Firli Bahuri Ditetapkan sebagai Tersangka

Polda Metro Jaya menetapkan Ketua KPK Firli Bahuri sebagai tersangka dalam kasus dugaan pemerasan terhadap mantan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo.