• Sabtu, 21 September 2024

Habis Gelap Terbitlah Terang: Malangnya Kita Andai R.A. Kartini Tak Menulis Surat

Habis Gelap Terbitlah Terang: Malangnya Kita Andai R.A. Kartini Tak Menulis Surat
tiga bersaudara (Kartini, Kardinah, Roekmini | KITLV

SEAToday.com, Jakarta-Tiap hari kartini, tanggal 21 April, kaum wanita Indonesia bersuka cita. Hari itu dikultuskan bak perayaan untuk seluruh wanita Indonesia. Sebuah perayaan bahwa wanita dapat melakukan segalanya. Mereka tak kalah dengan kaum pria.

Mereka dapat berkarya dalam segala bidang, dapat pula bermimpi tinggi. Pertanyaan muncul. Mengapa pemerintah Indonesia hadirkan Hari Kartini dan memilih Raden Adjeng (R.A) Kartini sebagai ikon emansipasi wanita?

Hidup dalam di era penjajah Belanda tak pernah mudah bagi kaum bumiputra. Hajat hidup kaum bumiputra jatuh pada level terendah. Mereka dibedakan dan dijadikan warga negara kelas tiga. Kebodohan di antara kaum bumiputra seperti dibiarkan menjamur.

Langkah itu setara siasat supaya kaum terjajah tak melawan. Siasat yang paling utama adalah membuat akses pendidikan jadi terbatas. Utamanya, mendukung budaya wanita tak dapat pintar. Kondisi itu dipahami jelas oleh Raden Ayu Adipati Kartini Djojoadhiningrat atau yang lebih dikenal Raden Adjeng Kartini.

Wanita priayi kelahiran Jepara, 21 April 1879 jadi sosok yang perihatin, walau ia termasuk beruntung. Ayahnya, Raden Mas Adipati Aryo Sosroningrat adalah seorang priayi berprofesi sebagai Bupati Jepara. Jabatan pegawai bumiputra Hindia Belanda itu jadi jalan Kartini merasakan pendidikan ala Eropa.

Ia disekolahkan di Europese Lagere School (ELS). Akses terhadap pendidikan itu memang barang mahal. Sebab, tak banyak kaum bumiputra, utamanya wanita dapat bersekolah. Kartini pun memanfaatkan masa-masa sekolahnya dengan baik.

Bahasa Belanda dikuasai. Ia mampu menunjang pendidikannya dengan belajar dari buku dan koran. Akses pendidikan membuat Kartini mulai peka dengan nasib bangsanya. Ia bahkan merasakan sendiri sulitnya hidup sebagai wanita era penjajahan Belanda, padahal ia anak priayi.

Pendidikannya dibatasi. Kartini tak dapat melanjutkan ke pendidikan lebih tinggi. Keinginannya menuntut ilmu ke Batavia (sekarang: Jakarta) atau ke negeri Belanda tak pernah terealisasi.

Kartini beranggapan pendidikan sulit bagi kaum wanita tak melulu urusan karena kebijakan penjajah Belanda. Namun, ada benang merahnya ke adat Jawa.  

“Kami anak wanita pergi belajar ke sekolah, ke luar tiap-tiap hari, demikian itu saja sudah dikatakan amat melanggar adat. Ketahuilah, bahwa adat negeri kami melarang keras gadis ke luar rumah. Ketika saya sudah berumur 12 tahun, lalu saya ditahan di rumah – saya mesti masuk tutupan, saya dikurung di dalam rumah, seorang diri, sunyi senyap terasing sama sekali bagi kami, dipili oleh orang tua kami untuk kami, dikawinkan dengan kami, sebenarnya dengan tiada setahu kami,” terang Kartini dalam buku Habis Gelap Terbitlah Terang (2011).

Melawan Kekakuan

Kartini tak diam saja. Ia terus belajar walau dalam keterbatasan. Aktivitas itu terus dilakukan dengan bekal kemampuan berbahasa Belanda. Ia mulai membandingkan antara kehidupan wanita bumiputra dan wanita Eropa.

Dinamika itu dibagikan lewat surat kepada sahabat-sahabat Belandanya. Surat Kartini kian berisik. Ia pun ikut mengomentari ragam hal lainnya meliputi urusan penjajahan dan agama. Kartini akhirnya bersepakat bahwa wanita harus setara, tak boleh tidak.

Kartini tak saja berani menuangkan pikirannya lewat goresan pena. Ia juga mulai menuangkan pikirannya lewat gebrakan terkait pentingnya pendidikan bagi kaum wanita. Kartini membuat sekolah kecil-kecilan dan menjadi guru.

Laku hidup Kartini pun diabadikan sehabatnya pegawai Hindia Belanda, Abendanon. Jasa Abendanon jadi jalan perjuangan Kartini terkenal di Belanda dan Nusantara. Sekalipun Kartini telah meninggal dunia pada 17 September 1904.

“Abendanon menjadi asal muasal kemasyhuran Kartini, dengan menerbitkan kumpulan surat-menyurat Kartini di bawah judul Van Duisternis tot Licht (Habis Gelap Terbitlah Terang), pada tahun 1912. Surat-surat itu, terutama yang ditujukan kepada seorang kawan wanita Belanda, Stella Zeehandelaar, yang tak sempat dijumpainya, merupakan bukti pertama kesadaran diri wanita Indonesia,” ungkap Sejarawan Denys Lombard dalam buku Nusa Jawa Silang Budaya: Batas-Batas Pembaratan (1996).

Jadi Pahlawan dan Munculnya Hari Kartini

Kumpulan surat Kartini dalam judul Habis Gelap Gelap terbitlah Terang dalam bahasa Belanda mulai menyebar di Negeri Kincir Angin, kemudian Indonesia. Kehadiran surat Kartini tak saja jadi bukti kehadiran Politik Etis (politik balas budi Belanda) dibutuhkan, tapi juga jadi peletak dasar emansipasi wanita bumiputra.

Nama Kartini bahkan tak pernah tersapu oleh waktu selepas Indonesia merdeka. Kartini tetap dikenal kuat sebagai pejuang emansipasi wanita. Presiden Indonesia, Soekarno mengaku kagum dengan perjuangan Kartini.

Ia mengenal sekali perjuangan Kartini, apalagi kakak Kartini adalah Sosrokartono adalah guru spiritualnya. Bung karno menganggap Kartini adalah salah satu pejuang wanita yang menonjol dan layak diapresiasi atas jasa-jasanya.   

Bung Karno lalu menetapkan Kartini sebagai Pahlawan Nasional Indonesia dalam sebuah Keputusan Presiden (Kepres) No. 109 Tahun 1964. Kepres itu juga jadi jalan utama dari penentapan Kartini sebagai pendekar emansipasi wanita.

“Bahwa kepada Saudari Raden Adjeng Kartini, almarhumah patut diberi penghargaan oleh negara, mengingat jasa-jasanya sebagai pemimpin Indonesia di masa silam, yang semasa hidupnya, karena terdorong oleh rasa cinta tanah air dan bangsa, mempimpin suatu kegiatan yang teratur guna menentang penjajahan di bumi Indonesia,” ucap Soekarno menimbang keputusannya dalam Kepres.

Hasilnya setiap tahun, hari lahir Kartini, 21 April akan dirayakan sebagai Hari kartini. Suatu peringatan yang jadi bukti bahwa wanita Indonesia tak boleh lagi dianggap remeh. Tak boleh lagi dipandang sebagai sosok yang hanya pintar urusan dapur dan kasur belaka sesuai pandangan lama. Wanita kini bebas memilih dan menjelma jadi apa saja.

 

Share
Berita Terkini
14 Perjalanan Whoosh Dibatalkan Akibat Gempa di Kabupaten Bandung

14 Perjalanan Whoosh Dibatalkan Akibat Gempa di Kabupaten Bandung

262 Orang Meninggal Akibat Topan Yagi di Vietnam

Media Vietnam melaporkan 29 orang tewas dalam 24 jam terakhir akibat topan Yagi, menambah total korban tewas akibat topan tersebut di Vietnam menjadi 262 orang.

Australia akan Batasi Akses Anak ke Sosial Media

Pemerintah Australia, Selasa (10/9) menyatakan jika tahun ini akan mengesahkan undang-undang tentang usia minimum bagi anak-anak untuk mengakses media sosial.

64 Meninggal, Ratusan Terluka akibat Topan Super Yagi Melanda Vie...

Jumlah korban meninggal di Vietnam meningkat menjadi sedikitnya 64 orang, Senin (9/9), sementara ratusan orang lainnya terluka akibat topan super Yagi yang melanda dan menyebabkan banjir serta tanah longsor.

Peneliti BRIN Publikasikan Spesies Baru Endemik Indonesia Anggrek...

Peneliti Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mempublikasikan temuan tanaman anggrek spesies baru dari pulau Sulawesi yang dikenal masyarakat sebagai Anggrek Kuku Macan.

Trending Topic
Trending Topic
Trending
Trending
Popular Post

Sekolah Dasar Muhammadiyah di Sidoarjo Menerapkan Waktu Tidur Sia...

SD Muhammadiyah 4 Zamzam di Sidoarjo, Jawa Timur, menjadikan tidur siang sebagai salah satu pelajaran yang wajib diikuti siswa.

Peltu (Purn) Tatang Koswara Penembak Jitu Indonesia yang Diakui...

Tatang Koswara, lahir di Cibaduyut pada 12 Desember 1946 adalah salah satu penembak jitu (sniper) Indonesia yang diakui dunia.

Ghisca Debora Berniat Meraup Untung Rp250 Ribu per Tiket dari Pen...

Ghisca Debora Aritonang, tersangka penipuan tiket Coldplay, meraup keuntungan sebesar Rp250.000 per tiket.

Ketua KPK Firli Bahuri Ditetapkan sebagai Tersangka

Polda Metro Jaya menetapkan Ketua KPK Firli Bahuri sebagai tersangka dalam kasus dugaan pemerasan terhadap mantan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo.