Kisah Jenderal Polisi Soekanto: Kapolri Pertama yang Pilih Hidup Miskin Ketimbang Korupsi
SEAToday.com, Jakarta - Hari Antikorupsi Sedunia yang jatuh tiap tanggal 9 Desember terasa spesial. Hari itu jadi penegas penting warga negara dunia untuk berperan aktif melawan korupsi dan bahayanya. Pemerintah Indonesia pun menganggap penting Hari Antikorupsi Sedunia.
Perayaan tersebut jadi momentum pemerintahan Prabowo Subianto untuk menyikat habis koruptor. Pemerintah bisa belajar dari banyak figur. Jenderal Polisi Raden Said Soekanto Tjokrodiatmodjo, misalnya. Hidup lurusnya sebagai penegak hidup tiada dua. Antikorupsi pula. Begini ceritanya.
Imej Polri sebagai salah satu instansi pemerintah yang korup tak dapat disangkal. Parade kecerobohan aparat penegak hukum dengan harta bejibun sering dipertonton ke publik sejak dulu kala. Orang-orang pun dengan sembarang mengeneralisir bahwa semua polisi korup.
Pandangan itu jelas berbahaya. Banyak sosok polisi yang mematenkan hidup lurus sebagai laku hidupnya sehari-hari. Jenderal Polisi Hoegeng Iman Santoso jadi yang paling teratas. Kapolri Kelima itu dikenal sebagai figur antikorupsi sejati.
Hoegeng tak dapat disetir. Ia tak pula dapat disuap. Ia bergerak mengikuti apa yang diyakininya benar. Musuhnya bejibun, Ia sampai mendapatkan serangan dari sana sini karena kejujurannya. Namun, Hoegeng merasa belum ada apa-apanya dibanding Jenderal R.S. Soekanto.
Kapolri pertama Indonesia era 1945-1959 itu dikenal sebagai sumber inspirasi banyak polisi termasuk Hoegeng. Hoegeng bak menyetarakan Soekanto dengan Bung Hatta sebagai pejabat jujur. Soekanto dalam pandangannya adalah polisi berintegritas. Ia lebih memilih hidup miskin ketimbang hidup tak jujur.
“Jenderal R.S. Soekanto Tjokrodiatmodjo tidak jauh berbeda dengan sang pengagumnya, Hoegeng. Soekanto adalah sosok polisi profesional, memegang teguh prinsip, disiplin, dan jujur. Sampai akhir hayatnya, ia tetap sosok sederhana dan tidak meninggalkan beban kemewahan sedikit pun bagi keluarganya,” ujar Tito Karnavian dalam buku Dalam Pusaran Terorisme: Catatan dari Tepian Musi ke Puncak Tribrata (2018).
Polisi Lurus
Tiada yang meragukan Bung Karno kala memilih Soekanto sebagai Kepala Djawatan Kepolisian Negara (kini: Kapolri) pada 1945. Bung Karno yakin pengalaman dan dedikasi Soekanto di dunia kepolisian, dari zaman Belanda hingga Jepang berguna dalam pembentukan Polri.
Soekanto langsung saja bekerja menjadi arsitek dari bangunan yang dinamakan Polri. Fungsi dan teknis polri dipikirkan. Soekanto perlahan-lahan menghadirkan Polri yang profesional dengan banyak jawatan. Bahkan, di eranya ia sudah mematangkan kehadiran Polisi Wanita (Polwan).
Kehidupan Soekanto pun tak cuma menarik perihal gebrakannya saja, laku hidupnya tak kalah menarik. Ia memang memiliki pangkat sebagai pejabat kepolisian tinggi. Artinya ia bisa mendapatkan segala macam kemudahan dalam hidup. Relasi bejibun. Celah uang tak habis-habis.
Akan tetapi, Soekanto bertindak sebagai pejabat lurus. Ia tak bisa disuap. Ia tak bisa pula disetir. Apalagi untuk kepentingan partai politik, macam Partai Komunis Indonesia (PKI). Hidup lurus Soekanto tak bisa ditawar-tawar.
Kejujuran Soekanto pun sering kali muncul dari hal-hal kecil. Ia kerap memilah mana milik kantor dan mana miliknya. Ia tak mau menggunakan hal yang bukan haknya.
“Setelah mengetahui dirinya mendapat mendapatkan skorsing dari Presiden Soekarno, Soekanto segera menutup kas fond kepolisian yang menjadi tanggungjawabnya yang jumlahnya nsekitar dua juta rupiah. Barang-barang milik pribadi seperti buku yang kebetulan ada di Departemen Kepolisian segera di pilah-pilah agar tidak tercampur dengan barang milik dinas untuk di bawa pulang,” ujar Achmad Turan dan kawan-kawan dalam buku Jenderal Polisi R.S. Soekanto: Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia yang Pertama 1945-1959 (2000).
Kejujuran Soekanto mencangkup dari hal kecil hingga besar. Ia bertindak dengan jujur dan terukur. Bahkan, pelajaran tentang kejujuran itu sudah diperlihatkan Soekanto sejak jadi pelatih polisi. Sikap itu jadi yang paling membekas dihati anak didiknya. Khususnya, Hoegeng Iman Santoso.
Hidup Miskin
Tak sedikit orang menganggap imej pejabat tinggi pensiun selalu mentereng. Artinya, urusan kehidupannya di masa pensiun sudah terjamin. Hartanya banyak. Kondisi itu membuat aktivitas menikmati hidup dengan keluarga jadi kian menyenangkan.
Sayangnya semua gambaran kemegahan pensiun pejabat tinggi tak hadir dalam hidup Soekanto. Ia pantang hidup kaya raya. Ia tak mau menggunakan kuasanya sebagai mantan pejabat tinggi. Ia tak menuntut banyak hal kepada negara. Sekalipun ia mantan pejabat tinggi yang berprestasi.
Soekanto kemudian memilih meninggalkan rumah dinas dan mengkosongkan barang pribadinya. Ia pindah dari rumah dinas Kapolri di Jalan Diponegoro No.3 ke rumah kontrakannya di Jalan Pengangsaan Timur No.43, Menteng, Jakarta Pusat.
Rumah yang disewanya sederhana saja kala itu. Tiada hal yang menandakan mantan pimpinan Polri itu hidup mewah.
“Setelah pensiun, Soekanto menghadapi hari-hari yang berat karena sebagai orang yang jujur dan memegang teguh prinsip, ia miskin dan tidak mempunyai apa-apa, termasuk rumah sekalipun. Uang pensiunnya tidak besar, padahal beliau senang merawat sanak saudaranya, anak angkatnya dan lain-lain. Keluarganya di Bogor menginginkan Soekanto kembali ke Bogor, tetapi ia tidak ingin memberatkan keluarga,” tegas Awaloedin Djamin dan G. Ambar Wulan dalam buku Jenderal Polisi R.S. Soekanto (2016).
Satu-satunya pemasukan yang diandalkannya hanya dari uang pensiun yang tak seberapa. Belakangan rumah yang disewanya mulai dianggap mahal. Ia jadi hidup pindah-pindah. Namun, belakangan nurani mantan murid atau bawahannya di Kepolisian turun tangan membantu.
Soekanto akhirnya diminta menempati kompleks pejabat Polri di Ragunan. Ia hidup dengan sederhana hingga sisa hayatnya. Ketegaran dan kejujurannya memang dikagumi banyak pihak. Namun, tak sedikit pula yang tak kuasa sedih melihat mantan Kapolri itu hidup miskin. kondisi nelangsa itu membuat Soekanto jadi kapolri paling miskin dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia.
Artikel Rekomendasi
Berita Terkini
91 WNI Berhasil Dievakuasi dari Suriah, Tiba di Indonesia dengan...
Kementerian Luar Negeri (Kemlu) kembali berhasil mengevakuasi sebanyak 91 warga negara Indonesia (WNI) dari Suriah pada 20 dan 21 Desember 2024. Evakuasi tersebut terbagi atas tiga penerbangan.
Diperiksa sebagai Saksi, Budi Arie Dicecar 18 Pertanyaan
Mantan Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Arie Setiadi diperiksa sebagai saksi terkait kasus judi online yang melibatkan oknum Kementerian Komdigi.
Mantan Menkominfo Budi Arie Diperiksa Korps Pemberantas Korupsi
Korps Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Kortastipidkor) memeriksa Mantan Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Arie Setiadi, Kamis (19/12/2024).
Kemlu Pastikan Tak Ada WNI Jadi Korban akibat Gempa Vanuatu
Kementerian Luar Negeri RI mengatakan bahwa tidak ada warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban gempa magnitudo 7,3 yang mengguncang Vanuatu pada Selasa, 17 Desember 2024 pukul 12.51 siang waktu setempat.
Trending Topik
Popular Post
Sekolah Dasar Muhammadiyah di Sidoarjo Menerapkan Waktu Tidur Sia...
SD Muhammadiyah 4 Zamzam di Sidoarjo, Jawa Timur, menjadikan tidur siang sebagai salah satu pelajaran yang wajib diikuti siswa.
Peltu (Purn) Tatang Koswara Penembak Jitu Indonesia yang Diakui...
Tatang Koswara, lahir di Cibaduyut pada 12 Desember 1946 adalah salah satu penembak jitu (sniper) Indonesia yang diakui dunia.
Kronologi Kasus Guru Honorer Ibu Supriyani yang Viral, Kini Ditan...
Kasus guru honorer ibu Supriyani yang dituding melakukan pemukulan pada siswanya, kini ditangguhkan penahanannya.
Kronologi Kecelakaan Beruntun di Tol Cipularang KM 92, Diduga aki...
Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Barat mengatakan bahwa tabrakan beruntun di Tol Cipularang Kilometer (KM) 92, Kabupaten Purwakarta, Senin, 11 November 2024, diduga dipicu truk bermuatan berat yang mengalami rem blong sehi...
Berita Terpopuler
Sekolah Dasar Muhammadiyah di Sidoarjo Menerapkan Waktu Tidur Sia...
SD Muhammadiyah 4 Zamzam di Sidoarjo, Jawa Timur, menjadikan tidur siang sebagai salah satu pelajaran yang wajib diikuti siswa.
Peltu (Purn) Tatang Koswara Penembak Jitu Indonesia yang Diakui...
Tatang Koswara, lahir di Cibaduyut pada 12 Desember 1946 adalah salah satu penembak jitu (sniper) Indonesia yang diakui dunia.
Kronologi Kasus Guru Honorer Ibu Supriyani yang Viral, Kini Ditan...
Kasus guru honorer ibu Supriyani yang dituding melakukan pemukulan pada siswanya, kini ditangguhkan penahanannya.
Kronologi Kecelakaan Beruntun di Tol Cipularang KM 92, Diduga aki...
Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Barat mengatakan bahwa tabrakan beruntun di Tol Cipularang Kilometer (KM) 92, Kabupaten Purwakarta, Senin, 11 November 2024, diduga dipicu truk bermuatan berat yang mengalami rem blong sehi...