Sejarah Aksi 212: Gerakan Bela Islam yang Lengserkan Ahok dari DKI Jakarta

SEAToday.com, Jakarta - Aksi Reuni Akbar 212 kembali digelar di kawasan Monumen Nasional (Monas), Jakarta pada 2 Desember 2024. Aksi itu menunjukkan bagaimana umat Islam dapat teguh bersatu untuk membela agama. Tema Reuni 212 kali ini berfokus pada Revolusi Akhlak untuk Indonesia Berkah dan Palestina Merdeka.
Acara itu banyak diisi dengan doa bersama untuk Indonesia yang lebih baik dan Palestina merdeka. Dulu kala, aksi itu digelar karena umat Islam gerah melihat penista agama masih menghirup udara bebas. Penista agama itu adalah Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Begini ceritanya.
Tensi politik menjelang Pilgub Jakarta Jakarta 2017 tengah panas. Mereka yang yang akan bertarung sebagai kandidat Cagub-Cawagub mulai bermunculan. Nama-nama besar ikut meramaikan kontestasi politik.
Ada mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) era 2014-2016, Anies Baswedan. Ada pula nama baru macam Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Putra dari Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu mencoba meyakini diri mampu merebut hati anak muda.
Namun, pesona itu terganggu dengan keinginan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) memajukan Ahok dan Djarot Saiful Hidayat sebagai duet maut.
"Setelah melalui tahapan yang prosesnya bisa dipertanggungjawabkan, PDI-P mengumumkan calon kepala daerah di 101 daerah yang mengadakan pilkada serentak tersebut. Tamu kita yang ditunggu teman-teman pers, calon gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, dan sebagai calon wakil gubernur adalah Djarot Saiful Hidayat," kata Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto dikutip laman kompas.com, 20 September 2016.
Jejak Ahok di Jakarta harum. Ia tak henti-hentinya melakukan gebrakan. Pemerintah DKI Jakarta jadi aktif. Dulu jangan harap masalah perkotaan cepat selesai dengan melapor pemerintah. Ahok mengubahnya. Ia terbuka dengan aduan.
Ada yang mengadu lewat pesan singkat, mengadu ke Balai Kota, dan menggunakan platform digital Segala macam keluhan diprosesnya dengan menyediakan solusi. Ahok lalu diramalkan akan menang dalam Pilgub DKI Jakarta 2016.
Kesandung Al Maidah 51
Kehadiran Ahok sebagai cagub DKI Jakarta disambut dengan gegap gempita. Mayoritas rakyat Jakarta merasa mereka telah menemukan pemimpin mereka yang baru – sekalipun Pilgub baru berlangsung pada 2017.
Ahok kerap berhasil merajai jejak pendapatan. Ia secara dominan unggul. Namun, hari sial tak dapat ditebak. Ahok pun begitu. Ahok terus menjalani aktivitasnya sebagai pemimpin Jakarta dengan melakukan kunjungan kerja ke berbagai tempat, termasuk Kepulauan Seribu pada 28 September 2016.
Ahok pun berpidato. Ia menegaskan tak masalah jika warga yang dibohongi pakai surat Al Maidah ayat 51 tak memilihnya dalam Pilgub. Ia menyebut program kerjanya tetap berjalan. Ahok meminta warga untuk memilih sesuai hati nurani saja.
“Kan, bisa saja dalam hati kecil bapak ibu enggak bisa pilih saya. Karena dibohongi pakai surat Al Maidah 51 macem-macem gitu lho. Itu hak bapak ibu, ya. Jadi kalau bapak ibu perasaan enggak bisa pilih nih saya takut masuk neraka dibodohin gitu ya enggak apa-apa, karena ini kan panggilan pribadi bapak ibu,” ujar Ahok dalam pidatonya.
Namun, masalah muncul. Penyataan Ahok dipotong dan diberikan narasi: dibohongi pakai surah Al Maidah. Potongan video Ahok secara cepat menyebar di dunia maya. Pro dan kontra muncul.
Kelompok pro menganggap orang tertertentu menggunakan Al Maidah sebagai siasat supaya Ahok tak dipilih. Kelompok kontra menganggap Ahok sudah menistakan agama. Ahok secara sadar menganggap Surah Al Maidah ayat 51 adalah sebuah kebohongan.
“Basuki alias Ahok dianggap memasuki wilayah yang tak pantas dimasukinya. Publik tak lagi membedakan apakah pernyataannya tersebut menyatakan Al Maidah yang membohongi masyarakat, atau pemakai Al Maidah yang membohongi masyarakat. Dua-duanya membuat masyarakat marah,” tertulis dalam laporan majalah Tempo berjudul Tersinggung Pernyataan Ahok, 14 November 2016.
Pada akhirnya pandangan menista agama yang dominan. Gelora protes mengecam Ahok muncul dari mana-mana. Bahkan, dari kawasan luar Jakarta. Mereka menganggap Ahok adalah penista agama. Ia harus segera mempertanggung jawabkan pernyataannya di dalam bui.
Elektabilitas Ahok sedikit merosot. Kaum alim ulama pun mulai menyusun rencana melakukan aksi turun ke jalan supaya Ahok diperiksa. Mereka menamakan aksinya sebagai Aksi Bela Islam. Ada Front Pembela Islam (FPI) dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) di balik munculnya gerakan.
Aksi 212
Ragam aksi turun ke jalan telah dilakukan. Kebersamaan umat Islam melawan penista agama terlihat jelas dalam aksi 411 atau aksi 4 November 2016. Aksi itu menghebohkan seisi Indonesia, kemudian Asia Tenggara. Orang-orang takjub melihat umat Islam Indonesia bersatu bela agama.
Masalahnya pemerintah dan aparat berwajib tak bergerak cepat menahan Ahok. Ormas-ormas Islam terbakar amarah. Mereka kemudian merencanakan aksi yang lebih besar. Mereka menamakan aksi lanjutan itu sebagai Aksi 212, atau aksi 2 Desember 2016.
Informasi pelaksanaan Aksi 212 dibagikan secara masif. Platform media sosial dipenuhi berita aksi turun ke jalan. Berita itu menyebar hingga ke seantero Indonesia. Alhasil, umat Islam datang berbondong-bondong ke Jakarta – menuju Monumen Nasional (Monas) mendekati hari H.
Puncaknya, sekitar sejuta orang hadir di kawasan Monas dan sekitarnya pada 2 Desember 2016. Mereka datang dengan kesadaran sendiri: hukum penista Agama. Mereka ingin pemerintah segera adili penista agama. Pemerintah Jokowi-Jusuf Kalla (JK) juga ikut kena getahnya. Mereka minta Jokowi-JK segera diturunkan.
Semuanya berubah kala Jokowi memastikan datang ke Aksi 212. Aksi turun ke jalan yang senantiasa keras, berubah jadi santun. Tiada lagi tuntutan Jokowi mundur. Orang-orang yang datang bak satu suara untuk meminta Ahok di penjara.
“Ancaman demonstrasi besar-besaran yang berubah jadi doa dan salat bersama berjemaah pada Jum’at pekan lalu, itu membuat presiden repot,” tegas Sunudyantoro dan kawan-kawan dalam tulisannya di majalah Tempo berjudul Setelah Presiden Datang ke Monas, 5 Desember 2016.
Aksi 212 itu berdampak besar. Proses hukum kepada Ahok yang tadinya berjalan lambat langsung ngebut -- Ahok jadi tersangka hingga di bui. Kehadiran Aksi 212 memang dikenal bernuansa politik. Namun, di balik itu Aksi 212 menunjukkan bahwa umat Islam bisa bersatu melawan musuh bersama: penista agama.
Artikel Rekomendasi
Kabar Indonesia
Prabowo Terbitkan Aturan Baru, Korban PHK Dapat Tunjangan 60% Gaj...
Presiden Prabowo Subianto resmi menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 6 Tahun 2025 yang mengubah aturan sebelumnya tentang Program Jaminan Kehilangan Pekerjaan (JKP). Dalam aturan baru ini, pekerja yang mengalami P...
Prabowo Putuskan Pemeriksaan Kesehatan Gratis Berjalan Mulai 10 F...
Presiden Prabowo Subianto putuskan program Pemeriksaan Kesehatan Gratis (PKG) resmi berjalan secara nasional pada 10 Februari 2025.
Kemendikdasmen Libatkan Sekolah Swasta dalam SPMB
Kemendikdasmen turut melibatkan sekolah swasta dalam Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) yang akan menggantikan sistem PPDB pada 2025.
Menteri Pariwisata Tegaskan Komitmen Wujudkan Pariwisata Aman
Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana menegaskan bahwa ingin komitmen pemerintah untuk mewujudkan pariwisata yang aman dan nyaman.
Berita Terpopuler
Sekolah Dasar Muhammadiyah di Sidoarjo Menerapkan Waktu Tidur Sia...
SD Muhammadiyah 4 Zamzam di Sidoarjo, Jawa Timur, menjadikan tidur siang sebagai salah satu pelajaran yang wajib diikuti siswa.
Peltu (Purn) Tatang Koswara Penembak Jitu Indonesia yang Diakui...
Tatang Koswara, lahir di Cibaduyut pada 12 Desember 1946 adalah salah satu penembak jitu (sniper) Indonesia yang diakui dunia.
Kronologi Kasus Guru Honorer Ibu Supriyani yang Viral, Kini Ditan...
Kasus guru honorer ibu Supriyani yang dituding melakukan pemukulan pada siswanya, kini ditangguhkan penahanannya.
Trending Topik
Berita Terkini
Trump dan Sejumlah Pemimpin Dunia Akan Hadiri Pemakaman Paus Fran...
Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan para pemimpin dari sejumlah negara akan menghadiri pemakaman Paus Fransiskus di Vatikan pada Sabtu (26/4/2025).
Presiden Prabowo Utus Jokowi hingga Thomas Djiwandono Hadiri Pema...
Presiden Prabowo Subianto mengutus empat utusan untuk menghadiri acara pemakaman Paus Fransiskus di Vatikan, Roma, Sabtu (26/4).
Gunung Semeru Erupsi Rabu Pagi, Tinggi Letusan Capai 900 Meter
Gunung Semeru kembali erupsi dengan letusan setinggi 900 meter di atas puncak pada Rabu (23/4) pagi.
Gunung Lewotobi Laki-laki Erupsi 3 Kali pada Senin Malam
Gunung Lewotobi Laki-laki mengalami erupsi sebanyak tiga kali pada Senin (21/4/2025) dengan periode pengamatan pukul 18:00 hingga 24:00 WITA.