6 Nelayan Tewas Misterius di Merak Diduga karena Leptospirosis, Apa Itu?

6 Nelayan Tewas Misterius di Merak Diduga karena Leptospirosis, Apa Itu?
Evakuasi nelayan meninggal dunia di Kapal KM Sri Mariana yang menepi di Pulau Tempurung, Perairan Merak, Banten, Minggu (4/8/2024). (ANTARA/HO-Bidhumas Polda Banten)

SEAToday.com, Serang - Enam nelayan pencari ikan Kapal Motor (KM) Sri Mariana ditemukan meninggal dunia ketika kapal menepi di Pulau Tempurung, Perairan Merak, Banten, Minggu, 4 Agustus 2024. Kematian para nelayan tersebut diduga disebabkan leptospirosis.

Plt Kepala Biro Humas dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi menyebut bahwa nelayan adalah salah satu kelompok yang rentan terkena leptospirosis, penyakit yang ditularkan oleh urine tikus.

Ini diungkapkannya sebagai respons atas meninggalnya enam nelayan di Merak, Banten, yang diduga akibat leptospirosis. Nadia mengatakan kasus leptospirosis banyak terjadi saat banjir, karena air seni tikus dapat tercampur dengan air banjir dan menginfeksi manusia.

"Gejala mirip flu berat tapi sering ada bengkak di kaki dan tangan serta kulit yang kuning. Seringkali dikira penyakit hepatitis," kata Nadia di Jakarta, Selasa, 6 Agustus 2024, dilansir Antara.

Ia menjelaskan bahwa ada obat untuk leptospirosis, namun apabila tidak diobati maka dapat menyebabkan kerusakan hati, sehingga berujung pada kematian. Maka, pihaknya mengimbau publik agar selalu menggunakan alas kaki saat banjir serta memastikan bahwa rumah bersih dan bebas dari tikus.

Dikutip dari situs resmi Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat, leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira yang ditemukan di air atau tanah yang terkontaminasi. Menurut mereka, risiko meningkat setelah terjadi hujan lebat, banjir, atau siklon tropis (hurricane).

Kemudian, infeksi juga dapat terjadi apabila menyentuh cairan tubuh dari binatang yang terjangkit, atau mengonsumsi makanan dan minuman yang terkontaminasi urine binatang yang terinfeksi leptospirosis.

CDC menyebutkan bahwa apabila tinggal di suatu tempat atau gedung yang dihuni banyak orang yang tinggal berdempetan, maka terdapat risiko terinfeksi penyakit itu.

Selain itu, sejumlah kegiatan yang dapat meningkatkan risiko infeksi, seperti berenang atau arung jeram, berburu, berkebun, beternak, atau bekerja di klinik binatang.

Selain penyakit hati, kata CDC, penyakit itu juga dapat menyebabkan meningitis serta kesulitan bernapas. Setiap tahunnya, secara global terdapat 1 juta kasus, dengan kematian mencapai hampir 60 ribu.