• Selasa, 17 September 2024

Profil Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh yang Tewas Terbunuh dalam Serangan di Teheran

Profil Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh yang Tewas Terbunuh dalam Serangan di Teheran
Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh berbicara dalam pertemuannya dengan Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amirabdollahian di Teheran, Iran, Selasa, 26 Maret 2024. (AP Photo/Vahid Salemi)

SEAToday.com, Teheran - Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh, tewas terbunuh dalam sebuah serangan di ibu kota Iran, Teheran, Rabu, 31 Juli 2024, demikian menurut pernyataan dari Hamas. Pihaknya menyalahkan Israel atas kematian kepala politik kelompok tersebut.

Dilansir dari Al Jazeera, Ismail Haniyeh dan salah satu pengawalnya tewas setelah gedung tempat mereka menginap diserang, lanjut pernyataan itu. Disampaikan pula bahwa Haniyeh berada di Teheran untuk menghadiri upacara pelantikan Presiden Iran Masoud Pezeshkian, Selasa, 30 Juli 2024.

"Gerakan Perlawanan Islam Hamas berduka cita atas rakyat Palestina, bangsa Arab dan Islam, dan seluruh orang merdeka di dunia: Saudara, pemimpin, martir, Mujahid Ismail Haniyeh, kepala gerakan, yang tewas dalam serangan Zionis yang berbahaya di kediamannya di Teheran," kata Hamas.

Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran juga mengumumkan kematian Haniyeh. "Pagi ini, kediaman Ismail Haniyeh di Teheran diserang, yang mengakibatkan ia dan salah satu pengawalnya tewas. Penyebabnya sedang diselidiki dan akan segera diumumkan," kata IRGC dalam sebuah pernyataan.

IRGC tidak memberikan rincian tentang bagaimana Haniyeh terbunuh. Pihaknya juga menyebut bahwa serangan itu tengah diselidiki.

Dilansir dari The New York Times, Haniyeh lahir pada 1962 di kamp pengungsi Shati di utara Kota Gaza, dari orangtua Palestina yang pada 1948 telah mengungsi dari rumah mereka di tempat yang sekarang menjadi Israel, di Ashkelon.

Ia menuntut ilmu di sekolah-sekolah yang dikelola oleh badan utama Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Palestina, UNRWA, dan melanjutkan studi sastra Arab di Islamic University of Gaza.

Ia ditangkap oleh militer Israel dan menjalani beberapa hukuman di penjara-penjara Israel pada era 80-an dan 90-an.

Kenaikannya ke tampuk kekuasaan di Gaza dibantu oleh mentornya, pemimpin spiritual dan pendiri Hamas, Sheik Yassin, yang menjabat sebagai sekretaris pribadinya. Keduanya menjadi target percobaan pembunuhan oleh Israel pada 2003 dan tahun berikutnya, Yassin dibunuh oleh militer Israel.

"Anda tidak perlu menangis," Haniyeh mengatakan kepada kerumunan yang berkumpul di luar Rumah Sakit Shifa di Kota Gaza saat itu. "Anda harus tabah, dan Anda harus siap untuk membalas dendam."

Haniyeh diangkat menjadi pemimpin Hamas di Gaza pada 2006. Tahun itu, ia sempat menjabat sebagai perdana menteri pemerintahan persatuan Palestina, yang dibubarkan setelah berbulan-bulan terjadi ketegangan yang mencakup konflik bersenjata antara faksi-faksi Palestina.

Pada 2017, ia diangkat menjadi pemimpin biro politik Hamas pada saat Hamas mencoba melembutkan citra publiknya saat berebut pengaruh di antara warga Palestina dan dunia internasional.

Haniyeh memimpin Hamas dari Qatar dan Turki dalam beberapa tahun terakhir. Ia merupakan salah satu negosiator dalam perundingan yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas, yang dimediasi oleh Mesir, Qatar, dan Amerika Serikat, untuk mengakhiri perang di Gaza dengan imbalan sandera yang ditangkap dalam serangan yang dipimpin Hamas terhadap Israel.

Pada Mei, jaksa Mahkamah Pidana Internasional mengatakan ia akan mengajukan surat perintah penangkapan untuk Haniyeh. Jaksa menuduhnya dan para pemimpin Hamas lainnya atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan terkait dengan serangan 7 Oktober terhadap Israel, termasuk "pemusnahan, pembunuhan, penyanderaan, pemerkosaan, dan penyerangan seksual di tahanan."

Pada Juni, Hamas mengatakan bahwa saudara perempuan Haniyeh dan keluarganya tewas dalam serangan militer Israel di rumah keluarga Haniyeh di Gaza, sebuah pernyataan yang tidak dikonfirmasi oleh militer. Pada April, tiga dari 13 putra Haniyeh tewas oleh pasukan Israel dalam operasi militer lainnya di Gaza.

"Kami tidak akan menyerah, tidak peduli berapa pun pengorbanannya," kata Haniyeh saat itu, seraya mencatat bahwa ia telah kehilangan puluhan anggota keluarga dalam perang tersebut.

Share
Berita Terkini
262 Orang Meninggal Akibat Topan Yagi di Vietnam

262 Orang Meninggal Akibat Topan Yagi di Vietnam

Australia akan Batasi Akses Anak ke Sosial Media

Pemerintah Australia, Selasa (10/9) menyatakan jika tahun ini akan mengesahkan undang-undang tentang usia minimum bagi anak-anak untuk mengakses media sosial.

64 Meninggal, Ratusan Terluka akibat Topan Super Yagi Melanda Vie...

Jumlah korban meninggal di Vietnam meningkat menjadi sedikitnya 64 orang, Senin (9/9), sementara ratusan orang lainnya terluka akibat topan super Yagi yang melanda dan menyebabkan banjir serta tanah longsor.

Peneliti BRIN Publikasikan Spesies Baru Endemik Indonesia Anggrek...

Peneliti Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mempublikasikan temuan tanaman anggrek spesies baru dari pulau Sulawesi yang dikenal masyarakat sebagai Anggrek Kuku Macan.

Korea Selatan Membuka Penyelidikan Terhadap Telegram Terkait Porn...

Pada hari Senin (2/9), polisi Korea Selatan mengatakan bahwa mereka telah meluncurkan investigasi terhadap platform perpesanan terenkripsi Telegram

Trending Topic
Trending Topic
Trending
Trending
Popular Post

Sekolah Dasar Muhammadiyah di Sidoarjo Menerapkan Waktu Tidur Sia...

SD Muhammadiyah 4 Zamzam di Sidoarjo, Jawa Timur, menjadikan tidur siang sebagai salah satu pelajaran yang wajib diikuti siswa.

Peltu (Purn) Tatang Koswara Penembak Jitu Indonesia yang Diakui...

Tatang Koswara, lahir di Cibaduyut pada 12 Desember 1946 adalah salah satu penembak jitu (sniper) Indonesia yang diakui dunia.

Ghisca Debora Berniat Meraup Untung Rp250 Ribu per Tiket dari Pen...

Ghisca Debora Aritonang, tersangka penipuan tiket Coldplay, meraup keuntungan sebesar Rp250.000 per tiket.

Ketua KPK Firli Bahuri Ditetapkan sebagai Tersangka

Polda Metro Jaya menetapkan Ketua KPK Firli Bahuri sebagai tersangka dalam kasus dugaan pemerasan terhadap mantan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo.