NEWS
Jepang Minta Warganya Hanya Kerja 4 Hari

SEAToday.com, Jakarta - Pemerintah Jepang sedang berupaya untuk mengubah gaya kerja warganya dengan menerapkan empat hari kerja dalam seminggu.
Perubahan ini dilakukan guna mengatasi kekurangan tenaga kerja di Negara Sakura tersebut.
Dikutip dari AP News, Selasa (3/9) kebijakan hari kerja lebih pendek ini diterapkan oleh pemerintah Jepang sudah sejak 2021, setelah pemerintah dan anggota parlemen menyetujui gagasan tersebut. Namun, konsep tersebut lambat diterima oleh perusahaan Jepang.
Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan Jepang menyebut hanya sekitar 8 persen perusahaan di Jepang yang mengizinkan karyawannya untuk mengambil cuti tiga hari atau lebih per minggu, sementara 7 persen perusahaan memberikan pekerja mereka satu hari libur yang wajib diambil dan diatur dalam hukum.
Tidak hanya itu, pemerintah Jepang juga meluncurkan kampanye “hatarakikata” atau “work style reform” yang mempromosikan jam kerja yang lebih pendek dan pengaturan fleksibel lainnya beserta batasan lembur dan cuti tahunan berbayar.
Kampanye ini bertujuan untuk mempromosikan jam kerja lebih pendek dan pengaturan fleksibel lainnya serta batasan lembur dan cuti tahunan berbayar. Selain itu, untuk menarik lebih banyak peminat terutama di kalangan usaha kecil dan menengah untuk mengadopsi 4 hari kerja seminggu.
Baru-baru ini, Kementerian Tenaga Kerja Jepang mulai menawarkan konsultasi gratis, hibah, dan kumpulan kisah sukses yang terus bertambah sebagai motivasi lebih lanjut.
"Dengan mewujudkan masyarakat tempat para pekerja dapat memilih dari berbagai gaya kerja berdasarkan keadaan mereka, kami bertujuan untuk menciptakan siklus pertumbuhan dan distribusi yang baik dan memungkinkan setiap pekerja memiliki pandangan yang lebih baik untuk masa depan," demikian pernyataan kementerian tentang kampanye 'hatarakikata kaikaku' dikutip dari AP News.
Departemen yang mengawasi layanan dukungan baru untuk bisnis mengatakan sejauh ini hanya tiga perusahaan yang mengajukan diri untuk meminta saran tentang cara membuat perubahan, peraturan yang relevan, dan subsidi yang tersedia, yang menggambarkan tantangan yang dihadapi inisiatif tersebut.
Namun yang lebih penting adalah budaya kerja dari masyarakat Jepang, karena hanya sedikit dari mereka yang memilih untuk mengambil kebijakan minggu kerja yang lebih pendek.
Sebagai contoh yaitu di Panasonic Holdings Corp., dari 63.000 karyawan yang memenuhi syarat untuk minggu kerja yang lebih pendek, hanya 150 orang yang memilih untuk mengambilnya.