Begini Tata Cara Pemilihan Paus Baru usai Paus Fransiskus Wafat

Begini Tata Cara Pemilihan Paus Baru usai Paus Fransiskus Wafat
Foto mendiang Paus Fransiskus memenuhi mimbar Katedral Jakarta, Selasa (22/4/2025). (dok: ANTARA/M Riezko Bima Elko Prasetyo)

SEAToday.com, Jakarta - Meninggalnya Paus Fransiskus di usia 88 tahun pada 21 April 2025 menjadi awal dari salah satu proses paling sakral dan tertutup dalam Gereja Katolik Roma, yaitu Konklaf Kepausan.

Konklaf Kepausan ini bertujuan untuk memilih pemimpin spiritual baru bagi lebih dari 1,3 miliar umat Katolik di seluruh dunia.

Proses pemilihan paus baru dilakukan di Kapel Sistina, Vatikan, dan dipimpin oleh Kolegium Kardinal, yang terdiri atas pejabat tinggi Gereja Katolik.

Saat ini, terdapat 252 kardinal di seluruh dunia, tetapi hanya 138 kardinal yang berusia di bawah 80 tahun yang memiliki hak suara dalam konklaf tersebut.

Masa berkabung dan persiapan konklaf

Sebagaimana tradisi yang berlaku, pemakaman paus akan disusul dengan masa berkabung selama sembilan hari yang dikenal sebagai novemdiales.

Setelah masa ini berakhir, para kardinal dari seluruh dunia akan datang ke Vatikan dalam kurun waktu dua hingga tiga minggu untuk memulai proses konklaf.

Dalam masa konklaf, para kardinal sepenuhnya diisolasi dari dunia luar. Mereka ditempatkan di wisma Domus Sanctae Marthae dan dilarang menggunakan ponsel, membaca surat kabar, menonton televisi, atau memakai alat komunikasi apa pun.

Kapel Sistina juga dipastikan bebas dari perangkat penyadap guna menjamin kerahasiaan mutlak selama proses pemilihan berlangsung

Proses pemungutan suara

Adanya misa khusus menjadi penanda Konklaf dimulai. Misal khusus ini diikuti oleh sesi-sesi pemungutan suara yang berlangsung dua kali sehari, yakni pagi dan sore.

Dalam satu hari, maksimal terdapat empat putaran pemungutan suara. Setiap kardinal memberikan suaranya secara rahasia.

Sebelum memasukkan surat suara ke dalam wadah yang disediakan, para kardinal terlebih dahulu mengucapkan doa di hadapan lukisan Penghakiman Terakhir karya Michelangelo.

Seorang calon baru bisa terpilih menjadi paus jika berhasil memperoleh dukungan dua pertiga dari total suara para pemilih.

Setiap surat suara dihitung dan didokumentasikan oleh kardinal-kardinal yang ditugaskan khusus. Usai satu putaran pemungutan suara, semua surat suara dibakar dalam tungku khusus.

Warna asap yang muncul menjadi satu-satunya cara dunia luar mengetahui hasilnya. Asap hitam menandakan belum ada keputusan, sementara asap putih menunjukkan bahwa paus baru telah terpilih.

Pengumuman Paus baru

Setelah seorang kandidat memperoleh suara mayoritas dan menerima jabatan tersebut, ia akan memilih nama yang akan digunakan sebagai paus.

Paus terpilih kemudian dibawa ke Room of Tears untuk mengenakan pakaian resmi kepausan, yakni jubah putih, kopiah putih, dan sepatu merah. Ketiga ukuran pakaian ini telah disiapkan sebelumnya oleh penjahit resmi Vatikan.

Setelah itu, dekan Kolegium Kardinal muncul di balkon utama Basilika Santo Petrus untuk menyampaikan pengumuman yang dinanti umat Katolik di seluruh dunia: “Annuntio vobis gaudium magnum: Habemus papam,” yang berarti, “Dengan sukacita besar saya mengumumkan kepada Anda: Kita memiliki paus.”

Proses pemilihan ini telah berlangsung selama berabad-abad dan menjadi lambang kuat kontinuitas dalam Gereja Katolik Roma.