Kasus DBD di Tulungagung Meningkat, Empat Anak Meninggal dalam Dua Bulan

Kasus DBD di Tulungagung Meningkat, Empat Anak Meninggal dalam Dua Bulan
Petugas melakukan tindakan fogging atau pengasapan di SDN 2 Ketanon, Tulungagung, Jawa Timur, Jumat (21/2/2025). (dok: ANTARA FOTO/Destyan Sujarwoko)

SEAToday.com, Jakarta - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, mencatat 198 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) terjadi dalam dua bulan terakhir.

Dalam dua bulan terakhir, terdapat empat korban yang meninggal terdiri dari satu balita dan tiga anak-anak.

"Kasus kematian tersebar di tiga kecamatan yakni dua di Kecamatan Pakel, serta masing-masing satu di Kecamatan Sumbergempol dan Kedungwaru," ujar Kepala Bidang Pencegahan Penyakit Menular Dinkes Tulungagung Desi Lusiana Wardhani.

Angka ini pun disebut Desi meningkat dibanding tahun-tahun sebelumnya. Pada 2023, tercatat tiga kasus kematian, kemudian pada 2017 melonjak menjadi 17 kasus. Sementara, di awal 2025 ini tercatat sudah empat orang yang meninggal.

"Dalam satu bulan rata-rata terdapat dua kasus kematian dan kami masih memiliki sepuluh bulan ke depan," katanya.

Adapun 198 kasus DBD dalam dua bulan terakhir ini dengan rincian 154 kasus pada Januari dan 44 kasus hingga pekan ketiga Februari 2025.

Untuk menekan penyebaran DBD ini, masyarakat pun diimbau untuk rutik melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan metode 3M Plus yaitu menutup, menguras, mengubur, serta menaburkan larvasida.

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tulungagung juga telah mengeluarkan imbauan agar masyarakat aktif melakukan PSN.

Desi menekankan pentingnya peran tokoh masyarakat, termasuk kepala desa, dalam mengajak warga melaksanakan PSN secara rutin.

"PSN serentak yang dilakukan warga terbukti mampu menekan penularan DBD hingga 75 persen," ujarnya.

Selain itu, fogging atau pengasapan juga dilakukan sebagai upaya terakhir setelah penyelidikan epidemiologi membuktikan adanya penularan dalam radius 200 meter dengan minimal dua kasus positif.

"Fogging bukan solusi utama, karena hanya membunuh nyamuk dewasa. Pencegahan utama tetap dengan PSN," jelasnya.

Dinkes juga mencatat bahwa penuluran pada beberapa anak kemungkinan terjadi di lingkungan sekolah. Oleh karena itu, Dinkes akan bersurat kepada Dinas Pendidikan Kabupaten Tulungagung agar sekolah-sekolah rutin melakukan PSN.

"Dengan PSN di sekolah, risiko penularan DBD pada anak-anak dapat ditekan," katanya.