PBB Tekankan untuk Hilangkan Hambatan Operasi Kemanusiaan di Gaza

PBB Tekankan untuk Hilangkan Hambatan Operasi Kemanusiaan di Gaza
Ilustrasi Gaza, Palestina. (Photo by Mohammed Ibrahim on Unsplash)

SEAToday.com, Jakarta - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) desak Israel untuk membuka akses pengiriman bantuan ke Gaza, Palestina. 

Wakil Juru Bicara Sekjen PBB Farhan Haq menyuarakan keprihatinannya atas situasi kemanusiaan di Gaza. Ia menyerukan jika operasi kemanusiaan harus difasilitasi sepenuhnya tanpa hambatan apapun.

“Operasi kemanusiaan di Gaza harus difasilitasi sepenuhnya dan semua hambatan harus dihilangkan,” kata Farhan Haq kepada wartawan.

Haq mengungkapkan jika sejak 1-18 Juni, hanya 28 dari 61 misi bantuan ke Gaza Utara yang mendapat izin otoritas Israel dan delapan misi menghadapi penolakan. 

Selain itu, 16 misi dilaporkan mengalami hambatan dan sembilan misi harus dibatalkan karena alasan logistik, operasional, atau keamanan.

Kendala akses tersebut melemahkan penyaluran bantuan dan layanan kemanusiaan di Gaza sehingga mengakibatkan ratusan ribu pengungsi menderita.

Penilaian kemanusiaan di empat lokasi pengungsian di selatan Gaza yang dipimpin badan kemanusiaan PBB OCHA  pada 7-14 Juni juga menyebutkan jika akses air sangat rendah.

Dari wilayah Deir al Balah, dua di Khan Younis dan dua di wilayah Al Mawasi di Rafah  masyarakat harus lama mengantri dan terpaksa bergantung pada air laut.

“Banyak rumah tangga melaporkan hanya makan satu kali setiap hari, bahkan ada yang makan satu kali setiap dua atau tiga hari, sebagian besar bergantung pada roti, berbagi makanan dengan keluarga lain, dan menjatah stok,” jelas Haq.

Israel mendapat kecaman internasional karena mengabaikan resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera di Jalur Gaza. Sejak Oktober 2023, invasi Israel telah memakan banyak nyawa dan kehancuran di sebagian besar wilayah Gaza.

Tuduhan genosida telah dijatuhkan kepada Israel dan keputusan terbaru Mahkamah Internasional memerintahkan agar Israel menghentikan operasi militernya di kota Rafah Selatan yang menjadi tempat perlindungan bagi lebih dari 1 juta warga Palestina.

Penulis: Halimatun Zakiah