• Jumat, 20 September 2024

Bangkit dari Keterpurukan, Kisah Haryati dan PLN Lahirkan Edufarm Malaka Sari Beromzet Ratusan Juta

Bangkit dari Keterpurukan, Kisah Haryati dan PLN Lahirkan Edufarm Malaka Sari Beromzet Ratusan Juta
Haryati berhasil mewujudkan mimpinya memiliki fasilitas urban farming lengkap, Edufarm Malaka Sari. Edufarm ini terwujud berkat bantuan dari PLN Peduli (SEAToday.com/Luthfie Febrianto)

SEAToday.com, Jakarta - “Semak yang berduri bisa juga berbunga,”

Potongan puisi berjudul Perempuan yang Tergusur dari W.S Rendra itu tepat untuk menggambarkan sosok Haryati (43), Ketua Kelompok Wanita Tani D’Shafa. Berpisah dengan suami pada 2019, tak lantas membuat Haryati terpuruk.

Ia justru berhasil memberikan dampak luas yang bermanfaat bagi lingkungan sekitar dengan menggalakkan kegiatan pertanian urban (urban farming). “Pada dasarnya, saya orang yang tidak bisa diam. Penginnya berkegiatan terus,” kata Haryati saat diwawancara SEAToday.com, Rabu (27/12/2023) di area Edufarm Malaka Sari, Jakarta Timur.

Haryati bercerita minatnya kepada urban farming dimulai pada 2018. Ketika itu, lingkungan RW 05 tempat Haryati tinggal bersama suaminya mengadakan lomba gang hijau. Haryati, yang juga kader PKK dan jumantik (juru pemantau jentik), bersemangat untuk mengikuti lomba tersebut.

“Dibantu bersama warga juga waktu itu, saya dapat uang operasional dari jumantik sebesar Rp500 ribu. Di situlah kami belikan tanaman toga (tanaman obat untuk keluarga, red). Kami susun rapi di pinggir-pinggir gang,” kata dia.

Usaha Haryati membuahkan hasil dengan menyabet gelar juara tingkat nasional. Keberhasilan itu membuat Haryati kian bersemangat melakukan urban farming.

Sayangnya, perbedaan prinsip dengan suami membuatnya tidak bisa maksimal. “Kami akhirnya berpisah 2019 setelah (konflik, red) terus meningkat,” kata wanita asal Sragen tersebut.

Perpisahan tak mebuat Haryati terpuruk. Sebaliknya, ia semakin giat berkegiatan urban farming di lingkungan sekitar. Berbekal pelatihan otodidak, Haryati bersama warga sekitar mulai aktif mencari lahan-lahan terbengkalai untuk dimanfaatkan.

Hal itu ia lakukan untuk membantu warga yang terkena dampak pandemi Covid-19.

“Karena banyaknya ibu-ibu, bapak-bapak masyarakat RW:05 itu dirumahkan akhirnya kami mencari lokasi lagi untuk menanam waktu itu kami ada di depan SMA 44 khususnya RW 05 ada tempat lahan membuangan sampah. Kami coba buang dan rapihkan sama ibu ibu PKK dan masyarakat sekitar akhirnya kami mempunyai kebun lagi, di mana kebun itu juga lumayan besar sekitar 250 meter,” ujarnya.

Angin segar terus bertiup ke arah Haryati. Usai membentuk kelompok tani, Haryati mendapat dukungan dari Kelurahan Malaka Sari dan Dinas KPKP DKI Jakarta berupa lahan RPTRA di antaranya di samping Ramayana Perumnas Klender, Jakarta Timur.

 “Akhirnya kami berizin kepada Kelurahan dan kebetulan kami diberikan tempat di samping Ramayana ini yang tadinya juga tempat pembuangan sampah, tempat taruh gerobak dan juga orang-orang buang air besar. Di sinilah akhirnya bersama kelompok kami coba untuk merapihakan lokasi ini,” ujarnya.

Berjodoh dengan PLN

Untuk membangun fasilitas di lahan itu, Haryati ‘berjodoh’ dengan Perusahaan Listrik Negara (PLN).

Haryati mengungkapkan, PLN lewat program PLN Peduli sangat membantunya mewujudkan keinginan memiliki fasilitas urban farming dari hulu hingga hilir seperti green house fasilitas edukasi, pengolahan, dan penjualan hasil panen dalam waktu singkat.

Padahal, Haryati sebelumnya ragu harapan itu akan terealisasi dalam waktu dekat. Pasalnya, Haryati dan kelompok taninya masih harus juga mengurus kebun-kebun lama.

“Akhirnya ada dari CSR dari PLN datang di tempat kami dengan menawarkan CSR tersebut apa sih sebenernya mimpi ibu, bisa gak ibu tuangkan di sini mungkin PLN bisa bantu proposal,” kata dia.

Proses pengajuan RAB (Rancangan Anggaran Biaya) Haryati dan kelompok taninya langsung disetujui oleh PLN. Tak butuh waktu lama, Haryati langsung sigap membangun fasilitas urban farming lengkap yang telah lama menjadi cita-citanya.

Fasilitas tersebut pun ia namakan Edufarm Malakasari 

“Jadi kami itu baru sekitar dua bulanan berlokasi di sini. Alhamdulilah langsung booming karena sudah dari awal tadi dan kita tinggal pengembangan di sini,” ujarnya.

Haryati menambahkan, tak hanya memberi bantuan dana, PLN juga terus mendampingi Edufarm Malaka Sari mulai dari kontrol pendanaan, penyelesaian kendala, hingga penjualan produk UMKM.

“Memang kami ada pelaporan rutin bagaimana omzet, kendala dan juga apasih harapan ibu ke depannya dan stuck-nya di mana, pokoknya kita selalu sharing dengan PLN. Sebab, PLN juga ada menaungi UMKM dan juga kita kurang media sosialnya kita kurang IT-nya itu ada dan di fasilitasi di sini, gitu,” kata Haryati.

Omzet Rp125 Juta

Bantuan PLN dalam membangun Edufarm Malakasari ikut melejitkan omzet Kelompok Tani D’Shafa. Dengan metode smart farming, omzet kelompok petani yang berlokasi di Jakarta Timur ini meningkat dari sebelumnya rata-rata sebesar Rp80 juta menjadi Rp125 juta setiap bulannya. 

Edufarm Malaka Sari sendiri memiliki beberapa jenis tanaman yang ditanam yakni pakcoi, selada, daunt mint, bayam brasil, dan kangkung. Hasil panen tersebut kemudian diolah atau dipasarkan langsung ke sekitar Jakarta.

“Pakai smart farming ini Alhamdulillah kemarin pas musim panas, lokasi lain ada yang panennya tidak maksimal bahkan gagal panen, tapi di Edufarm Malakasari ini malah panennya bisa berkali lipat,” kata Haryati.

Keuntungan finansial tersebut membuat Haryati bisa membantu perekonomian warga sekitar. Haryati mengaku menerapkan sistem upah untuk warga khususnya ibu rumah tangga yang membantu pengelolaan kebun berdasarkan tingkat keaktifan. 

“Yang bekerja itulah yang dapat. Yang tidak bekerja, tidak dapat. Yang bekerja separuh, dapatnya separuh. Jadi kita sudah beicarakan dan tidak ada kecemburuan sosial,” ujarnya.

Haryati mengungkapkan, sebanyak 13 anggota Kelompok Tani D’Shafa berasal dari berbagai latar belakang mulai dari ibu rumah tangga hingga ibu pekerja. Para anggota dengan latar belakang beragam itulah yang akhirnya membuat nama Edufarm Malaka Sari dikenal luas.

Contohnya adalah anggota yang berprofesi sebagai guru atau pekerja kantor, yang akhirnya menjadikan lahan Edufarm Malaka Sari sebagai tempat edukasi urban farming.

Fasilitasi edukasi itu pula yang mendongkrak pendapatan Edufarm Malaka Sari selain penjualan sayuran segar dan olahan hasil panen seperti keripik kangkung.

“Dari situlah kami berjejaring ada yang dari perkantoran membawa kelompok dari kantornya untuk panen serentak,” kata dia.

Harapan untuk PLN

Kendati telah sukses membangun Edufarm Malaka Sari, Haryati mengaku masih punya cita-cita lain. Selain mempertahankan yang telah ada, Haryati bertekad membuat kampung toga (tanaman obat untuk keluarga).

“Saya ingin ada sesuatu yang kita tinggalkan khusus wilayah Malaka Sari. Saya ingin mengajak masyarakat untuk menanam tanaman toga di gang-gang  sempit yg tidak memiliki lahan. Harapan kami saya ingin membuat kampung toga, di mana bisa membuat pertolongan pertama sebelum kita ke puskesmas,” ujarnya. 

Haryati pun berharap, ia bisa dipercaya kembali oleh PLN lewat program PLN Peduli untuk mewujudkan cita-citanya tersebut. Haryati mengungkapkan, ia sudah memiliki bayangan soal cita-citanya tersebut.

 “Dari 16 RT itu masing-masing punya tanaman toga. Misalnya, RT:1 kunyit, RT:2 selada jahe dll. Di mana masing-masing RT akan ada produk turunan, nanti akan dibantu pemasarannya,” ujar Haryati.

Selalu Mendukung

Di sisi lain, General Manager PLN Unit Induk Distribusi (UID) Jakarta Raya Lasiran mengatakan PLN siap mendukung metode smart farming sebagai inovasi di sektor pertanian. Menurut Lasiran metode ini salah satu inovasi yang bisa digunakan oleh petani di perkotaan.

“Pertanian di perkotaan pastinya membutuhkan inovasi tinggi karena lahannya terbatas, termasuk smart farming di Makalasari ini hasilnya luar biasa,” ujar Lasiran.

Lebih lanjut, Lasiran mengatakan akan siap mendukung penuh smart farming dengan keandalan listrik agar hasil panen dan perkembangan produksi maksimal.

Saat ini pasokan listrik di Jakarta memilik cadangan 36% dimana masyarakat bisa memanfaatkannya untuk berbagai aspek seperti pertanian, bisnis, industri, rumah tangga, maupun kendaraan listrik.

“Kami di PLN mendukung electrifying agriculture dimana listrik mendukung dunia pertanian seperti di Malakasari ini listrik untuk penyiraman serta menunjang smart farming,” kata Lasiran.

Sementara itu, Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menyampaikan komitmen PLN mendukung peningkatan produktivitas dan efisiensi operasional para petani di Indonesia melalui program electrifying agriculture (EA).

Melalui program ini, PLN berupaya menciptakan Creating Shared Value (CSV) bagi masyarakat dan lingkungan sekitar lewat berbagai inovasi teknologi kelistrikan.

“Kami berharap kualitas dan kuantitas produktivitas para petani kita dapat meningkat, maju dan modern, termasuk untuk petani Malakasari ini listrik untuk penyiraman serta menunjang smart farming,” ujar Darmawan.

Dipuji Akademisi

Program elektrifikasi pertanian PLN sendiri mendapat tanggapan positif dari Guru Besar Fakultas Pertanian IPB Dwi Andreas Santosa. Menurutnya, elektrifikasi pertanian bisa sangat berdampak positif untuk para petani.

“Potensinya amat sangat besar. Satu saja misalnya (bisa) mengatasi persoalan pompa. Itu dampaknya sudah besar banget,” katanya lewat sambungan telepon.

Dwi mengatakan, penggunaan listrik dalam pertanian dapat memangkas ongkos produksi petani. Pasalnya, listrik bisa menggantikan bahan bakar fosil seperti solar atau bensin yang biasa digunakan untuk menggerakkan pompa air.

Karena itulah, Dwi menilai program elektrifikasi seperti yang telah dijalankan PLN patut didukung. “Itu yang perlu kita dorong lebih kuat lagi, jangkauan PLN terutama pertanian untuk elektrifikasi pertanian harus diperluas,” katanya.

Bangkit dari Keterpurukan, Kisah Haryati dan PLN Lahirkan Edufarm Malaka Sari Beromzet Ratusan Juta
Edufarm Malaka Sari di Jakarta Timur terwujud berkat bantuan PLN Peduli (SEAToday.com/Luthfie Febrianto)
Share
Berita Terkini
14 Perjalanan Whoosh Dibatalkan Akibat Gempa di Kabupaten Bandung

14 Perjalanan Whoosh Dibatalkan Akibat Gempa di Kabupaten Bandung

262 Orang Meninggal Akibat Topan Yagi di Vietnam

Media Vietnam melaporkan 29 orang tewas dalam 24 jam terakhir akibat topan Yagi, menambah total korban tewas akibat topan tersebut di Vietnam menjadi 262 orang.

Australia akan Batasi Akses Anak ke Sosial Media

Pemerintah Australia, Selasa (10/9) menyatakan jika tahun ini akan mengesahkan undang-undang tentang usia minimum bagi anak-anak untuk mengakses media sosial.

64 Meninggal, Ratusan Terluka akibat Topan Super Yagi Melanda Vie...

Jumlah korban meninggal di Vietnam meningkat menjadi sedikitnya 64 orang, Senin (9/9), sementara ratusan orang lainnya terluka akibat topan super Yagi yang melanda dan menyebabkan banjir serta tanah longsor.

Peneliti BRIN Publikasikan Spesies Baru Endemik Indonesia Anggrek...

Peneliti Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mempublikasikan temuan tanaman anggrek spesies baru dari pulau Sulawesi yang dikenal masyarakat sebagai Anggrek Kuku Macan.

Trending Topic
Trending Topic
Trending
Trending
Popular Post

Sekolah Dasar Muhammadiyah di Sidoarjo Menerapkan Waktu Tidur Sia...

SD Muhammadiyah 4 Zamzam di Sidoarjo, Jawa Timur, menjadikan tidur siang sebagai salah satu pelajaran yang wajib diikuti siswa.

Peltu (Purn) Tatang Koswara Penembak Jitu Indonesia yang Diakui...

Tatang Koswara, lahir di Cibaduyut pada 12 Desember 1946 adalah salah satu penembak jitu (sniper) Indonesia yang diakui dunia.

Ghisca Debora Berniat Meraup Untung Rp250 Ribu per Tiket dari Pen...

Ghisca Debora Aritonang, tersangka penipuan tiket Coldplay, meraup keuntungan sebesar Rp250.000 per tiket.

Ketua KPK Firli Bahuri Ditetapkan sebagai Tersangka

Polda Metro Jaya menetapkan Ketua KPK Firli Bahuri sebagai tersangka dalam kasus dugaan pemerasan terhadap mantan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo.