NEWS
Trump Pimpin AS Keluar dari Perjanjian Paris, Ekonomi Jadi Alasan

SEAToday.com, Jakarta - Presiden Donald Trump menarik Amerika Serikat (AS) keluar dari Perjanjian Paris, hal ini menandai kali kedua setelah sebelumnya mengumumkan penarikan pada masa jabatan pertamanya pada 2017.
Langkah ini membuat AS menjadi salah satu dari empat negara di dunia yang tidak menjadi bagian dari kesepakatan tersebut.
Keputusan ini dapat menghidupkan kembali dampak yang dirasakan selama penarikan sebelumnya. Selama periode itu, kredibilitas AS sebagai pemimpin global goyah, dengan banyak negara melihat langkah tersebut sebagai sinyal ketidakstabilan dalam komitmen iklim negara adidaya ini.
Selain itu, penarikan tersebut menghentikan kontribusi AS terhadap pendanaan iklim internasional, yang sangat penting bagi negara-negara berkembang untuk mendukung upaya mitigasi dan adaptasi terhadap dampak perubahan iklim.
Dilansir dari berbagai sumber, Trump kembali menggunakan retorika yang sama seperti sebelumnya, menyebut Perjanjian Paris “tidak adil” dan “berat sebelah” karena dinilai membebani ekonomi AS.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyuarakan keprihatinannya, tetapi tetap optimis bahwa pemerintah daerah, bisnis, dan negara bagian di AS akan terus menunjukkan komitmen terhadap pertumbuhan ekonomi rendah karbon. “Sangat penting bagi Amerika Serikat untuk tetap menjadi pemimpin dalam isu lingkungan,” ujar Guterres dalam pernyataannya pada Senin (20/1/2025).
Keputusan AS dikhawatirkan akan mendorong negara-negara lain untuk mengurangi ambisi mereka dalam memenuhi target emisi. Hal ini mengancam integritas Perjanjian Paris yang bertumpu pada kerja sama global.
Penulis: Yudistira Adam Mulyana