NEWS
Sebelum Pusat Data Nasional, Ransomware Pernah Retas Sistem Perbankan di Indonesia

SEAToday.com, Jakarta – Pusat Data Nasional Sementara 2 atau PDNS 2 diduga mengalami gangguan akibat serangan siber ransomware bernama Brainchipler. Menurut Kepala Badan Siber dan Sandi Negara atau BSSN Letjen TNI Hinsa Siburian ransomware adalah pengembangan terbaru dari ransomware lockbit 3.0.
“Jadi memang ransomware ini dikembangkan terus jadi ini yang terbaru dari yang kami lihat dari sample setelah dilakukan forensik dari BSSN,” kata Hinsa dalam keterangannya di Jakarta pada Senin (24/6) dilansir Antara.
Untuk menyelidiki terkait serangan-serangan siber dari Ransomware pemerintah sudah melakukan koordinasi lintas lembaga seperti Kementerian Komunikasi dan Informastika, BSSN, Cyber Crime Polri, dan Telkom Sigma untuk sama-sama investigasi dan digital forensik agar serangan tersebut bisa teratasi.
Serangan siber ransomware juga pernah viral pada tahun 2023 lalu. Kala itu ransomware diduga juga pernah meretas sistem perbankan beberapa instansi perbankan di Indonesia, salah satunya Bank Syariah Indonesia atau BSI pada bulan Mei 2023 silam.
Menurut informasi yang beredar saat itu data yang terkena serangan ransomware terjadi di komputer-komputer pada kantor cabang BSI.Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengatakan computer-komputer di kantor cabang BSI banyak yang menggunakan model lama sehingga mudah untuk diretas oleh ransomware.
“Jadi BSI ini memang ada serangan ransomware. Tapi sampai saat ini yang kami ketahui, data yang keretas ini data di level PC (komputer) pekerja. Jadi kami belum melihat, belum dilaporkan mengenai kebocoran data di level core banking,” ujar Kartika dalam keterangannya kepada wartawan.
Untuk mencegah serangan siber kembali terjadi Kementerian BUMN meminta BSI untuk mengganti komputer yang sudah lama dengan model baru termasuk sistem IT-nya agar sector keamanan data tetap terjaga dengan baik.
Kemudian Bank Indonesia (BI) juga pernah menjadi korban serangan ransomware jenis Conti. Hal ini dipicu dari 16 PC di kantor BI cabang Bengkulu yang terdampak. Sebanyak 175 PC internal BI menjadi korban dengan data mencapai 44 GB.
Intansi lain yang pernah menjadi korban ransomware adalah Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan pada November 2022 termasuk masakapai AirAsia yang melaporkan ransomware berhasil mengambil 5 juta data penumpang dan karyawan perusahaan penerbangan tersebut.