SEAToday.com, Singapura – Ketika banyak negara sudah memasuki era new normal usai pandemi dan berkurangnya kasus COVID-19, baru-baru ini angka kasus di Singapura melonjak setelah ditemukan varian baru yakni FLiRT.

Menurut Data Kementerian Kesehatan Singapura selama seminggu saja kasus penyebaran COVID-19 naik mencapai 25.900 kasus. Tentu saja hal ini menjadi perhatian banyak pihak terlebih banyak wisatawan dari seluruh dunia yang mendatangi Singapura, termasuk turis asal Indonesia.

Media lokal The Straight Times dalam laporannya menuliskan banyak orang yang dirawat di rumah sakit karena terpapar COVID-19 yang mencapai ratusan jumlahnya. Pemerintah Singapura kembali meminta seluruh warga untuk menjaga protokol kesehatan dengan memakai masker saat berada di luar ruangan dan melakukan vaksinasi.

COVID-1 varian FLiRT diduga jadi biang keladi dari semua masalah yang terjadi di Singapura akhir-akhir ini. Varian FLiRT adalah sub-varian KP.1 dan KP.2. Data menunjukkan lebih dari dua pertiga kasus COVID-19 di Singapura terjadi dari KP.1 dan KP.2.

Para ilmuwan menduga jika KP.1 dam KP.2 termasuk dalam kelompok varian FLiRT. FLrIT juga keturunan dari JN.1 cabang dari Omicron. Varian jenis ini sangat cepat penularannya di seluruh dunia, termasuk yang pernah terjadi di Indonesia di awal tahun 2022 lalu.

Sama seperti varian COVID-19 lainnya, FLiRT memiliki gejaka yang perlu diperhatikan oleh banyak orang. Gejala pertama adalah tubuh demam dan terasa menggigil,batuk, sakit tenggorokan, hidung tersumbat, sesak napas, kelelahan, indera perasa dan penciuman tidak bisa berfungsi dengan baik, hingga mengalami diare, sakit perut, dan muntah.

Namun varian FLiRT ini nampakmya tak separah dengan varian-varian COVID-19 lainnya termasuk Delta di pertengahan tahun 2021 yang benar-benar sangat menegangkan. Belum lagi di Indonesia ratusan ribu orang sudah meninggal karena COVID-19.

Sebagai negara tetangga Singapura, Indonesia sudah memprediksi varian FLiRT bisa saja masuk ke Indonesia dan disebarkan orang lain yang baru saja tiba dari Singapura. Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin menduga  FLiRT bisa saja ditularkan kepada orang Indonesia meskipun gejalanya dianggap ringan.