Krisis Gaza: UE Peringkatkan Lonjakan Eskalasi di Timur Tengah

Krisis Gaza: UE Peringkatkan Lonjakan Eskalasi di Timur Tengah
Kepulan asap tampak membubung menyusul serangan Israel di Kota Rafah, Jalur Gaza selatan, pada 14 Mei 2024. (ANTARA/Xinhua/Khaled Omar/pri)

SEAToday.com, Jakarta - Josep Borrell, Perwakilan Tinggi Uni Eropa untuk Urusan Luar Negeri dan Kebijakan Keamanan memberikan peringatan mengenai peningkatan tekanan di Timur Tengah selama krisis terjadi di Gaza.

“Kemarin (Sabtu) telah menjadi salah satu hari paling mematikan sejak Oktober dengan sedikitnya 100 warga Palestina dilaporkan tewas. Para sandera masih ditawan,” tulisnya melalui sosial media X (@JosepBorrellF) Minggu (23/6/2024).

Borrell memperingatkan, dampak serius terkait konfrontasi yang melibatkan Hizbullah dapat terjadi ke kawasan dan sekitarnya.

“Risiko konflik besar-besaran yang melibatkan Hizbullah adalah nyata. Lonjakan yang terjadi di Lebanon akan berdampak serius terhadap kawasan ini dan sekitarnya,” tulis Borrell.

Borrell mencatat bahwa keruntuhan ekonomi di Tepi Barat akan segera terjadi dan kekerasan semakin meningkat. 

Lebih lanjut, Borrell menekankan mengenai pengabaian terang-terangan Israel terhadap keputusan Mahkamah Internasional (ICJ) dan Resolusi Dewan Keamanan PBB 2735. Hal tersebut menyebabkan nihilnya perbaikan akses dan pengiriman bantuan kemanusiaan.

“Tidak ada peningkatan dalam akses dan pengiriman bantuan kemanusiaan. Saya kecewa dengan laporan Cindy McCain dari Program Pangan Dunia dan Organisasi Kesehatan Dunia tentang akses kemanusiaan yang masih terhambat,” tambahnya.

Menurut sebuah laporan dokumen hak asasi manusia PBB yang ia sampaikan, serangan yang tidak proporsional telah terjadi dan lokasi Palang Merah telah dirusak oleh penembakan.

“Kami mendesak semua pihak sekali lagi untuk menghentikan siklus penderitaan dan kehancuran ini,” tuntasnya.

Israel dituduh melakukan genosida di ICJ yang keputusan terbarunya memerintahkan untuk segera menghentikan operasi militernya di kota selatan Rafah, tempat lebih dari 1 juta warga Palestina mencari perlindungan.

Penulis: Halimatun Zakiah