NEWS
Pasca Penembakan Massal, KBRI Pastikan WNI di Orebro Dalam Keadaan Baik

SEAToday.com, Jakarta - Duta Besar Republik Indonesia (Dubes RI) untuk Swedia dan Latvia, Kamapradipta Isnomo, memastikan bahwa kondisi puluhan warga negara Indonesia (WNI) di Orebro dalam keadaan baik setelah insiden penembakan massal yang terjadi di kota tersebut, yang berjarak sekitar 200 km dari Stockholm.
“Kami telah berkomunikasi dengan sekitar 20 warga Indonesia di Orebro. Berdasarkan komunikasi yang kami terima, mereka semua dalam keadaan aman,” ujar Dubes Kama dalam wawancara dengan ANTARA yang menghubunginya dari Jakarta pada Kamis.
Beberapa warga Indonesia yang tinggal dekat dengan lokasi kejadian, tepatnya di sekitar Campus Risbergska, mengungkapkan rasa takut mereka setelah insiden tersebut. Pihak kepolisian setempat meminta agar mereka tetap berada di dalam rumah untuk sementara waktu.
“Ada dua WNI yang bersekolah di area yang terkena dampak penembakan tersebut, namun mereka tidak terpengaruh karena jadwal sekolah mereka pada hari Rabu hingga Jumat,” tambah Dubes Kama.
Selain itu, beberapa warga Indonesia lainnya tinggal sekitar 15 hingga 20 menit dari lokasi kejadian dan tidak terlibat langsung dalam peristiwa tersebut.
KBRI Stockholm juga memberikan imbauan kepada seluruh WNI yang tinggal di Swedia untuk tetap waspada, dan apabila melihat hal-hal yang mencurigakan segera melapor kepada pihak berwenang atau menghubungi hotline KBRI di nomor +46708251391.
Menurut data dari KBRI, sekitar 1.500 WNI tinggal di Swedia, dan 27 di antaranya tinggal di Orebro.
Sementara itu, jumlah korban tewas akibat penembakan di sebuah sekolah di Orebro pada Selasa pukul 12.33 waktu setempat (18.33 WIB) dilaporkan meningkat menjadi 11 orang. Terduga pelaku penembakan, yang diidentifikasi sebagai Rickard Andersson (35), juga tewas dalam tragedi tersebut.
Andersson tercatat sebagai warga negara Swedia, yang lahir dan dibesarkan di Swedia. Polisi setempat masih terus menyelidiki motif di balik penembakan tersebut.
Perdana Menteri Swedia, Ulf Kristersson, menyebut insiden tersebut sebagai penembakan massal terburuk dalam sejarah Swedia.