NEWS
Dampak Digitalisasi, Jumlah Mesin ATM Dikabarkan Berkurang

Perkembangan digitalisasi yang semakin pesat rupanya berdampak kepada beberapa hal, salah satunya adalah semakin berkurangnya kebutuhan akan Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Hal ini membuat perbankan tak lagi mengadakan ekspansi terhadap mesin ATM. Namun, perbankan mulai melengkapi ATM dengan fitur digitalisasi dengan fitur-fiturnya yang canggih sehingga memudahkan para penggunanya. Di antaranya seperti ditandai dengan menghadirkan layanan yang menjadi inovasi baru yaitu dengan melalui mesin setor tarik atau Cash Recycling Machine (CRM). Dilansir dari Merdeka.com, Bank Indonesia mencatat nilai transaksi melalui mesin ATM di bulan Agustus 2022 sebesar Rp722,5 triliun atau tumbuh 34,72 persen (yoy). Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan nilai transaksi uang elektronik dan digital banking di periode yang sama. Nilai transaksi uang elektronik mencapai Rp35,5 triliun atau tumbuh 43,24 persen (yoy). Kemudian nilai transaksi melalui digital banking sebesar Rp4.557,4 triliun atau mengalami peningkatan 31,40 persen (yoy).
Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan, nilai transaksi uang elektronik pada Juli 2022 tumbuh 39,76% (year on year/yoy) mencapai Rp 35,5 triliun dan nilai transaksi digital banking meningkat 27,82% (yoy) menjadi Rp 4.359,7 triliun sejalan dengan normalisasi mobilitas masyarakat. Sementara itu, nilai transaksi pembayaran menggunakan kartu ATM, kartu debet, dan kartu kredit, hanya mengalami peningkatan 34,87% (yoy) menjadi Rp 739,4 triliun, lebih rendah dari transaksi uang elektronik. Dalam mendorong implementasi layanan sistem pembayaran yang memenuhi prinsip integrasi, interkoneksi, dan interoperabilitas, Perry mengatakan, Bank Indonesia melanjutkan dan memperkuat persiapan implementasi Kartu Kredit Pemerintah Domestik serta Standar Nasional Open API Pembayaran (SNAP).
Hal ini juga semakin didukung dengan transaksi jual beli di masyarakat yang sudah mulai meratakan pembayaran cashless atau non-tunai. Masyarakat pun semakin banyak yang lebih mengandalkan dompet digital untuk melakukan transaksi jual beli, terutama di kota Jakarta yang sekarang sudah banyak penjual yang memanfaatkan pembayaran melalui non-tunai, bahkan pedagang kaki lima sudah tak jarang lagi yang menggunakan cara modern ini.