Bung Karno dan Asian Games 1962: Bukti Indonesia Dukung Palestina dengan Tolak Israel
SEAToday.com, Jakarta - Dukungan kepada Palestina bergema dalam pelantikan Presiden dan Wakil Presiden Indonesia pada 20 Oktober 2024. Presiden Prabowo Subianto sendiri yang mengungkapnya secara langsung. Ia mendukung penuh Palestina untuk meraih kemerdekaan paripurna.
Prabowo pun berjanji akan selalu mengirimkan bantuan ke negeri Palestina. Keadilan harus ditegakkan. Tiada lagi penjajahan di atas dunia. Dukungan itu tiada pernah berubah sejak zaman Presiden Indonesia ke-1, Soekarno. Bung Karno bahkan berani menolak keikutsertaan Israel dalam Asian Games 1962. Begini ceritanya.
Tiada yang membahagiakan bagi Indonesia selain mendapatkan kepercayaan menyelengarakan hajatan olahraga besar tingkat Asia. Indonesia negara yang notabene baru merdeka ketiban rezeki pada 1958. Indonesia dipilih sebagai tuan rumah Asian Games 1962.
Pemerintah Orde Lama senang bukan main. Mereka mencoba berbenah dalam kurun waktu empat tahun saja. Soekarno sebagai pemimpin Indonesia turun tangan. Ia melihat Asian Games sebagai medium besar bagi Indonesia unjuk gigi sebagai kekuatan besar Asia.
Ia bergerak mencari dana. Ia mengawasi pula pembangunan. Totalitas itu dilakukan semata-mata untuk mewujudkan mimpi besar Indonesia supaya tak diremehkan dunia. Bung Karno mencoba mewujudkan agar Indonesia punya gelanggang olahraga terbesar di Asia Tenggara – kemudian dikenal sebagai Gelora Bung Karno (GBK).
Bung karno pun melengkapinya dengan fasilitas lain, dari hotel hingga Monumen Selamat Datang. Dananya kala itu muncul dari dana pampasan perang dari Jepang dan dapat pinjaman dari negera sahabat, Uni Soviet.
“Pembangunan kompleks Senayan dilakukan karena Jakarta ditunjuk menjadi tuan rumah penyelenggaraan Asian Games pada 24 Agustus-4 September 1962. Semboyannya yang terkenal adalah Ever Onward. Untuk itu perlu disiapkan fasilitas dan sarana olahraga yang memadai dan cukup representatif,” ujar Firman Lubis dalam buku Jakarta 1950-1970 (2018).
Solidaritas Palestina di Asian Games 1962
Politik dan olahraga adalah dua hal yang tak bisa dipisahkan. Setidaknya itulah yang dipahami oleh Bung Karno. Ia tak menyia-nyiakan penyelenggaraan Asian Games 1962. Ia melihat Asian Games di Jakarta jadi panggung besarnya menyatakan sikap Indonesia yang pro kemerdekaan Palestina.
Konsistensi Bung Karno menyuarakan anti kolonialisme dan Imperialisme sudah jauh-jauh hari digulirkan. Suara itu muncul karena Bung Karno merasakan sendiri pedihnya penjajahan. Narasi Israel yang melakukan pendudukan di wilayah Palestina tak dibenarkannya.
Bung Karno tak mau Indonesia adalah ikatan dengan Israel. Sebaliknya, Indonesia mendukung segala macam organisasi pergerakan Palestina yang sering kali dianggap Israel sebagai teroris. Bung Karno sendiri menolak mengakui Israel sebagai negara pada 1948.
Bung Besar juga mengajak bangsa Asia dan Afrika membela Palestina pada Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung pada 1955. Rakyat Palestina dianggap layak merdeka. Penjajahan modern ala Israel diyakini Bung Karno jadi benalu perdamaian dunia.
Tiada yang sudi menerima Israel. Bung Karno pun mencoba menyusupkan agenda politik ke dalam Asian Games 1962. Khalayak umum sudah menebak Bung Karno takkan merestui keikutsertaan Israel dalam hajatan Asian Games. Isu itu menyebar ke mana-mana.
“Waktu itu terdengar rumor bahwa Indonesia tidak akan memberikan visa kepada delegasi Israel dan Taiwan. Bulan April 1962 Komite Peserta Olahraga Asia berkunjung ke Senayan dan melihat bendera Israel dan Taiwan Berkibar bersama dengan bendera negara lain. Mereka lega,” pungkas sejarawan Asvi Warman Adam dalam buku Bung Karno Dibunuh Tiga Kali? Tragedi Bapak Bangsa Tragedi Indonesia (2010).
Hadirnya bendera jadi penanda bahwa Israel akan tetap datang ke Indonesia. Banyak yang menganggapnya mustahil. Banyak pula yang menganggap Israel akan datang. Indikasi itu karena dunia olahraga dan politik dua hal yang terpisah.
Tolak Israel
Komite Olahraga Asia dan Komite Olahraga Internasional (IOC) mulanya optimis Asian Games 1962 dapat berjalan lancar. Harapan itu sesuai dengan kenyataan. Masalahnya hanya tanpa kehadiran Israel. Negeri Zionis itu bak dipermalukan.
Visa kontigen Israel tak kunjung keluar. Artinya, Israel pun tak dapat menginjakkan kaki ke tanah Nusantara. Apalagi, melenggang-langgeng ikut upacara pembukaan di Stadion Utama Senayan (sekarang: Stadiun Utama GBK).
Upacara pembukaan yang meriah pun terjadi, tanpa kehadiran Israel. Masalah itu akhirnya jadi pemberitaan di mana-mana. Pro dan kontra muncul. Mereka yang setuju menganggap sikap Indonesia sudah tepat. Upaya memberikan visa sama dengan mengakui Israel sebagai negara.
Mereka yang kontra jelas berpihak bahwa olahraga tak boleh disusupi oleh politik. Barang siapa yang membawa politik dalam gelanggang olahraga akan menghilangkan nuansa istimewa hajatan kelas Asia. Sikap Indonesia pun dianggap tak dapat dibenarkan.
Masalah Indonesia yang mempermalukan Israel sampai ke telingga IOC. Mereka mengecam tindakan Indonesia. Mereka tak ingin sikap politik Indonesia menciderai dunia olahraga. Tindakan Indonesia pun tak dapat dibenarkan.
IOC pun mengancam Indonesia dengan membekukan keikutsertaan hajatan olahraga internasional pada 7 Febrari 1963. Indonesia pun disurati resmi lewat sebuah surat bertanggal 13 Februari 1963. Indonesia baru menerimanya pada 16 Maret 1963.
“Menurut surat itu, karena pemerintah Indonesia telah menolak visa kepada atlet dari Israel dan Taiwan untuk ikut serta dalam Asian Games IV di Jakarta pada 1962 yang lalu maka IOC menjatuhkan skorsing atas Indonesia dalam waktu yang tidak ditentukan. Hukuman tersebut akan segera dicabut apabila Indonesia sanggup memberikan jaminan bahwa diskriminasi demikian itu tak akan terulang lagi,” tertulis dalam laporan majalah Mimbar Penerangan berjudul White Book Menentang Keputusan IOC (1963).
Bung Karno berang. Ia mendengar info IOC ingin menghukum Indonesia. Ia tak terima dengan gertak sambal ala IOC. Bung Karno justru menantang IOC untuk membuka matanya bahwa mereka juga melakukan hal serupa, mencampur politik dan olahraga.
Bung Karno mendasarkan pandangannya terhadap IOC yang melarang China ikut Asian Games. Ia juga mencontohkan negeri adidaya, Amerika Serikat (AS) yang tak memberikan RDD (Jerman Timur) kala Olimpiade Musim DIngin 1960.
Konsistensi Bung Karno pun diuji. Puncaknya, ia tak ingin amanat rakyat Indonesia membela Palestina dari penjajahan Israel terganggu. Bung Karno lalu membawa Indonesia resmi keluar dari IOC pada 13 Februari 1963.
Suatu sikap yang membuat dunia heboh. Penolakan Bung Karno pun membuktikan bahwa sikap Indonesia berpihak kepada Palestina tak pernah berubah. Sebab, penjajahan di atas bumi harus dihapuskan.
Recommended Article
News Update
Erick Thohir Officially Inaugurates New Board for Indonesian Futs...
The formation of the new management for these two federations under PSSI aims to align all stakeholders related to football in Indonesia.
BAZNAS to Build Hospitals, Mosques, Schools in Gaza Recovery Prog...
The funds to be used are the donation funds that are still being held for the Palestinian people. According to him, the donation for Palestine titled “Membasuh Luka Palestina”
Ngurah Rai Airport Expands Access to Nusantara via Balikpapan wit...
General Manager of PT Angkasa Pura Indonesia I Gusti Ngurah Rai Airport Ahmad Syaugi Shahab in Denpasar, on Wednesday (11/20), said this route adds connection opportunities to the State Capital of the Archipelago.
Minister Yusril Clarifies: Mary Jane Veloso Transferred, Not Rele...
Yusril explained that the Indonesian government had received an official request from the Philippine government regarding the transfer of Mary Jane Veloso. The transfer can be carried out if the conditions set by the Ind...
Trending
- # Daily Update
- # Regional
- # Nasional
- # Internasional
Popular Post
SOEs Ministry Tries Out Four Days in Workweek System
The State-Owned Enterprises (SOEs) Ministry is testing the implementation of a four-day workweek. This was shared on Instagram @lifeatkbumn on Saturday (6/8).
TransJakarta Extends Operational Hours of Soekarno-Hatta Airport...
TransJakarta extended its service time until midnight for the corridor with destination to the Soekarno-Hatta International Airport, starting Wednesday (6/19).