• Sunday, 29 September 2024

Sejarah Wisma Atlet: Mulanya Tampung Atlet, Belakangan Pasien Covid-19

Sejarah Wisma Atlet: Mulanya Tampung Atlet, Belakangan Pasien Covid-19
Petugas dari Palang Merah Indonesia (PMI) sedang melakukan penyemprotan di kawasan Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat, beberapa hari sebelum gedung itu diresmikan sebagai RS Darurat Covid-19 | ANTARA/M. Risyal Hidayat

SEAToday.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) sedang menyiapkan Instruksi Presiden (Inpres) terkait alih fungsi Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta. Jokowi berencana memanfaatkan Wisma Atlet jadi hunian PNS hingga aktivitas komersial.

Keinginan itu diungkapnya supaya Wisma Atlet memiliki fungsi yang permanen. Sebenarnya sejarah Wisma Atlet panjang. Dulunya Wisma Atlet sengaja dibangun demi menunjang hajatan Asian Games 2018 dan berhasil. Kemudian Wisma Atlet jadi tulang punggung penanganan pasien Covid-19 di Jabodetabek. Kok Bisa?

Pemerintah Indonesia tak pernah menyia-nyiakan kesempatan jadi tuan rumah Asian Games. Dulu kala di era pemerintahan Bung Karno dan Orde Lama. Indonesia dengan semangat tinggi menyiapkan penyelenggaraan Asian Games 1962.

Segala fasilitas penunjang lainnya juga ikut disiapkan, khusus kompleks olahraga termasyur, Gelora Bung Karno (GBK). Hotel berbintang hingga monumen penyambutan atlet, Tugu Selamat Datang di Bunderan Hotel Indonesia (HI) ikut dihadirkan.

Hajatan itu berlangsung sukses. Pemerintah Indonesia pun mencoba mengulang kesuksesan yang sama saat ditunjuk Dewan Olimpiade Asia (OCA) menggantikan Hanoi, Vietnam sebagai tuan rumah Asian Games 2018 pada 2014.

Penunjukannya memang mepet. Namun, Indonesia merasa sanggup. Pemerintah lalu mendaulat Erick Thohir sebagai Ketua Indonesia Asian Games 2018 Organizing Committee (Inasgoc) pada 2015. Pembangunan infrastruktur pun disiapkan untuk menampung atlet dan ofisialnya.

Pemerintah membangun sebuah Wisma Atlet di Kemayoran, Jakarta Pusat pada 17 Maret 2016. Bangunan ini terdiri dari 10 tower terbagi atas dua kawasan yakni Blok C2 dengan tiga tower berlokasi sebelum pintu tol Ancol dibangun sebanyak 1.932 unit dengan daya tampung 5.796 orang. Sisanya di Blok D10 dengan tujuh tower berisi 5.494 unit berdaya tampung 16.482 orang.

"Mereka umumnya puas dengan wisma atlet baru ini. Dan jika mereka puas, maka saya pun puas. Mereka sangat senang dengan kantor tiap NOC (komite olimpide negara-negara peserta) di sana, ruang makan, dan kamar-kamar atlet. Tanggapannya positif, jadi saya juga akan melaporkan ini ke Presiden OCA," Wakil Presiden Kehormatan OCA Wei Jizhong dikutip laman liputan6, 11 Agustus 2018.

Petaka Pandemi Covid-19

Pemerintah terus merawat Wisma Atlet Kemayoran sehabis Asian Games 2018 yang berjalan sukses. Pemerintah belum memiliki ide untuk alih fungsi bangunan Wisma Atlet. Nyatanya, keterlambatan itu jadi penyelamat kala pandemi Covid-19 hadir pada awal Maret 2020.

Pemerintah kala itu telah mendeteksi ada tiga orang korban yang positif Covid-19. Mereka pun dikenal sebagai pasien kasus 01, 02, dan 03. Ketiganya berasal dari Depok, Jawa Barat. Masuknya virus korona ke Indonesia bawa kepanikan di mana-mana.

Semua sektor terkena imbasnya. Banyak usaha yang gulung tikar. Pemutusan hubungan kerja juga tak sedikit. Tiada yang dapat membaca situasi. Rakyat kebingungan. Demikian juga pemerintah. Kaum pekerja dan buruh pun jadi terjebak dalam dua situasi: mati karena virus korona atau mati kelaparan.

“Munculnya opsi mati kena virus atau mati kelaparan pada masa pandemi di kalangan buruh/pekerja tak dapat dilepaskan dari minimnya perlindungan dari negara. Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan tidak menyasar kebutuhan buruh/pekerja dengan tepat,” ungkap Fathimah Fildzah Izzati dalam buku Penanganan COVID-19 Dalam Perspektif Politik (2021).

Pemerintah mengakui kinerjanya belum maksimal dalam menyikapi pandemi Covid-19. Protokol kesehatannya saja belum dirumuskan lembaga kesehatan dunia milik PBB, WHO. Kondisi itu membuat angka penularan Covid-19 meningkat tajam dan jatuhnya korban jiwa yang tak sedikit.

Rumah Sakit Darurat

Saban hari korban yang tertular virus korona meningkat. Jabodetabek pun didaulat sebagai daerah dengan angka penularan tertinggi di Indonesia. Rumah Sakit hampir penuh dan kolaps. Pemerintah tak tinggal diam.

Empunya kuasa mulai mendapatkan ritme untuk memutus mata rantai penyebaran virus korona. Penggunaan wajib masker dan jaga jarak digalakkan. Pemerintah mulai membatasi waktu masuk kerja. Inisiasi sekolah dan kerja dari rumah digulirkan.

Keputusan yang paling menentukan dilakoni. Pemerintah memutuskan mengalihkan empat tower Wisma Atlet (Tower 1,3, 6 dan 7) jadi Rumah Sakit (RS) darurat COVID-19. RS Darurat Wisma Atlet pun diresmikan pada 23 Maret 2020. Presiden Jokowi langsung yang meresmikannya dan disambut gembira Menteri Kesehatan, Terawan Agus Putranto.

"Yang kondisinya ringan, positif, sudah terjadi di rumah sakit, bisa didorong ke Wisma Atlet. Sehingga, di sini akan punya kemampuan untuk menampung orang yang bukan sakit berat, tetapi yang sakit ringan yang membutuhkan perawatan," ujar Terawan dikutip laman kompas.com, sehari sebelum peresmian pada 22 Maret 2020.

Kehadiran RS Darurat Wisma Atlet cukup membantu. Mulanya petugas medis kelabakan karena tiap hari 100 lebih pasien masuk. Petugas medis juga menemukan tantangan sendiri. Banyak di antara pasien yang tak jujur perkara kondisi kesehatannya ketika masuk. Bahkan, sampai ada pasien yang mengajak berduel petugas medis.

Kondisi itu menyulitkan petugas medis yang mengobati. Kesulitan lainnya terletak pada keharusan petugas medis yang harus mengadopsi gaya perawatan ala pasien Covid-19. Mereka diharuskan menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) lengkap.

“Banyak petugas medis yang baru pertama kali merawat pasien menggunakan baju hazmat. Dengan pakaian tertutup rapat, kacamata medis sering buram karena berembun. Biasanya tenaga medis menyemprotkan cairan khusus untuk melindungi kaca dari embun, tapi stok semprotan itu tak selalu ada,” ujar Raymundung Rikang dalm laporannya di majalah Tempo berjudul Duel di Menara Ketujuh, 23 Mei 2020.

Perlahan-lahan pelayanannya mulai membaik. Walau antrian pasien mulai membludak. RS Darurat Wisma Atlet lalu menjelma jadi penyelamat banyak nyawa. Wisma Atlet dikenal sebagai tulang punggung penanganan Covid-19 di Jabodetabek. Tidak terbayangkan apa jadinya jika RS Darurat Wisma Atlet tak beroperasi. Sistem kesehatan di Jabodetabek bisa-bisa kolaps.

RS Darurat Wisma Atlet lalu resmi ditutup pada 31 Maret 2023. Pemerintah menutup seluruh pelayanan pelayanannya karena pandemi Covid-19 tak lagi seganas tiga tahun belakangan. Kiranya, itulah kisah dari gedung yang dulunya diperuntukkan untuk Atlet, kemudian pasien Covid-19, dan kini mau jadi rumah PNS.

 

 

 

 

 

Share
News Update
Surabaya Accredited Indonesia’s First Child-Friendly City by UNICEF

Surabaya Accredited Indonesia’s First Child-Friendly City by UNICEF

Jokowi Urges All Countries to Respond to Israel's Attack on Leban...

President of the Republic of Indonesia Joko Widodo (Jokowi) invites all countries and the United Nations (UN) to respond quickly regarding Israel's attack on Lebanon.

Jakarta dari Bawah Tanah Exhibition Showcases 400-Years-Old Archi...

The Jakarta MRT construction project phase two that runs from Thamrin to Kota Tua, revealed a new history of Jakarta that has been buried for 400 years.

Final Plenary Session of the People's Consultative Assembly 2019-...

The plenary session of the MPR at the end of the 2019-2024 term in Jakarta on Wednesday (9/25) approved two draft decisions, namely the MPR Draft Regulation on Rules of Procedure and the MPR Draft Decree on MPR Recommend...

Indonesia's Foreign Minister Condemns Israel's Attack on Lebanon:...

Indonesia strongly condemns the Israeli airstrikes on Lebanon launched since Monday (23/9) which continued on Tuesday.

Trending