Tiada Jakarta Fair atau Pekan Raya Jakarta Tanpa Ali Sadikin
SEAToday.com, Jakarta- Warga Jakarta kerap antusias dengan hadirnya Pekan Raya Jakarta (PRJ) atau Jakarta Fair. Hajatan dalam memperingati HUT Kota Jakarta tak pernah sepi, selalu ramai. Ada yang datang bersama teman, ada pula yang datang bersama keluarga.
PRJ pun mampu menghadirkan hiburan dan promosi produk dan jasa yang menarik. Namun, PRJ takkan ada tanpa sosok Ali Sadikin. Ia tak hanya jadi yang paling ngotot PRJ hadir, tapi sosok yang mau pasang badan dari awal PRJ direncanakan. Begini ceritanya.
Keterbatas hiburan pernah melanda Kota Jakarta yang dulunya bernama Batavia. Hiburan yang ada terbatas. Jikalau ada hiburan yang tersedia, hanya pejabat dan kaum kaya yang bisa menikmatinya. Mereka yang memiliki penghasilan rendah, apalagi kaum bumiputra sulit mengaksesnya.
Kondisi itu membuat segala bentuk perayaan yang dilakukan penjajah Belanda kerap disambut gembira. Contonya, perayaan menyambut hari lahir Ratu Wilhelmina dari Belanda setiap 31 Agustus. Peringatan itu diyakini seperti peristiwa besar dan disambut dengan penuh suka cita di negeri koloni.
Pemerintah kolonial Hindia Belanda tak mau menyia-nyikan kesempatan. Mereka berencana memperingati terus hari penobatan Ratu Wilhelmina. Penjajah pun membuat hajatan pasar malam yang dimulai setiap 31 Agustus. Orang Belanda menyebutnya sebagai Pasar Gambir.
Kehadiran Pasar Gambir yang diselenggarakan di Koningsplein (sekarang: Lapangan Monas) disambut dengan suka cita sedari 1906. Hajatan itu menghadirkan segala macam hiburan. Hiburan untuk anak-anak dan dewasa semua tersedia dapat diakses semua kalangan.
Orang Belanda, Arab, China, dan Bumiputra melebur di Pasar Gambir. Mereka sama-sama datang bersenang-senang. Ada yang menikmati pameran rumah adat, ada yang menikmati acara dansa dansi, hingga boxen (tinju).
“Pasar Gambir lebih meriah karena acara-caranya yang luar biasa banyak dan ragamnya. Ada perlombaan keroncong, musik Hawaiian, ada juga perlombaan dansa Barat modern. Tambahan lagi promosi niaga dulu diikuti oleh kedutaan-kedutaan secara lebih luas dan besar-besaran,” ungkap Zuraidah Sanawi ditulis suaminya tokoh pers nasional, Rosihan Anwar dalam buku Belahan Jiwa (2011).
Pengalaman datang ke pasar gambir pun tak terlupakan. Bayangan keseruan terus menetap dalam ingatan orang dewasa dan anak-anak. Mereka akan menceritakan kisah keseruan itu kepada mereka yang belum datang hingga tergiur ke Pasar Gambir.
Memori Masa Kecil Ali Sadikin
Ali Sadikin jadi salah satu orang yang tergiur untuk datang ke Pasar Gambir. Keinginan itu muncul karena kakak-kakaknya sering pergi ke acara tahunan itu. Pria yang disapa Bang Ali hanya kebagian cerita seru Pasar Gambir saja.
Malang tak dapat ditolak Ali. Perang Dunia II yang pecah membuat Pasar Gambir tak pernah kembali diadakan. Pasar Gambir hanya tinggal cerita semasa penjajahan Jepang, Perang Revolusi, hingga Orde lama. Ali Sadikin mencoba melupakan keinginannya untuik sementara waktu.
Keinganan Ali Sadikin akan Pasar Gambir kembali mencuat kala ia menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Ia menyadari masalah Jakarta bukan cuma urusan membangun belaka, tapi membuat warganya bahagia.
Jakarta sebagaimana diakui Ali sangat kekurangan tempat hiburan untuk semua kalangan. Ia ingin membuat suatu wadah hiburan yang dapat digunakan juga sebagai ajang promosi. Ia lalu terpikirkan keinginan yang tertunda ke Pasar Gambir.
Ali mencoba menggagas ide untuk menggelar pasar malam serupa, tapi lebih modern. Ali lalu memberikan pasar malam itu nama mentereng: Jakarta Fair. Suatu nama yang terinspirasi dari pekan raya di kota-kota besar dunia – Leipzig Fair serta Hamburg Fair.
“Apalagi saya merasakan wadah seperti itu semakin dibutuhkan. Di samping segala wadah pameran dan promosi, khususnya mengenai kegiatan perdagangan dan industry, pekan raya ini saya maksudkan pula sebagai usaha Pemda DKI unyuk menambah tempat-tempat hiburan dan rekrasi yang sehat dan murah bagi warga kota,” ungkap Ali Sadikin diikutip Ramadhan K.H. dalam buku Bang Ali: Demi Jakarta 1966-1977 (1992).
Ide itu digodok serius pada 1967. Ia mencoba menyatukan semua elemen pemerintahan dan berhasil. Lokasi awal yang ditawarkan mulanya adalah kawasan Sunter. Lokasi itu lalu beralih ke Lapangan Merdeka (sekarang: Monas).
Ali pun menyiapkan nama lain dari Jakarta Fair jadi PRJ, sebagai bentuk nasionalisme. Mimpi Ali menghadirkan PRJ pun jadi kenyataan. PRJ sengaja digelar sebagai acara penyambut HUT Jakarta setiap 22 Juni.
Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. PRJ pertama pun digelar pada 5 Juni hingga 20 Juli tahun 1968. Ali mewujudkan gambungan ide menggabungkan Pasar Gambir dengan pekan Industri.
“Alhasil pasar malam tradisional yang terkenal dengan komidi puternya menjadi terdesak dan lama-kelamaan menghilang dari Jakarta. Jika Pasar Gambir dibuka untuk menyambut ulang tahun Ratu Wilhelmina, maka Jakarta Fair dibuka untuk memeriahkan ulang tahun Kota Jakarta,” ujar Sejarawan Zeffry Alkatiri dalam buku Pasar Gambir, Komik Cina dan Es Shanghai (2010).
Hajatan Rakyat Jakarta itu dibuka langsung oleh Presiden Soeharto. Pameran produk dan jasa sampai diikuti oleh 160 peserta. Mereka berasal dari pengusaha dalam dan luar negeri. Hajatan PRJ pertama sukses besar.
Kesuksesan itu seraya mendakan era baru Kota Jakarta. suatu era yang mewakili semangat sesungguhnya kalimat maju kotanya, bahagia warganya. Arena PRJ perlahan-lahan bertumbuh. Luasnya semakin ditambah, dari 11 hektar jadi 18 hektar. Akhirnya, PRJ pun dipindahkan ke Kemayoran untuk menampung warga Jakarta yang lebih banyak.
Recommended Article
News Update
Criminal Investigation Agency Question Cooperatives Minister Budi...
Budi Arie Setiadi, current Minister of Cooperatives, questioned by Kortastipidkor regarding undisclosed matters. Investigation linked to past scandals.
Light Rain Expected Across Most of Jakarta
The BMKG forecasts light rain for most areas of Jakarta and the Thousand Islands on Thursday, (12/19/2024).
OIKN Targets Legislative, Judicial Buildings to be Completed in...
The Nusantara Authority (OIKN) is targeting the construction of legislative and judicial infrastructure to be completed by 2028.
The Ministry of Foreign Affairs Confirms No Indonesian Citizens A...
The Indonesian Ministry of Foreign Affairs has confirmed that no Indonesian citizens (WNI) were victims of the 7.3-magnitude earthquake that struck Vanuatu on Tuesday, December 17, 2024
Popular Post
SOEs Ministry Tries Out Four Days in Workweek System
The State-Owned Enterprises (SOEs) Ministry is testing the implementation of a four-day workweek. This was shared on Instagram @lifeatkbumn on Saturday (6/8).
TransJakarta Extends Operational Hours of Soekarno-Hatta Airport...
TransJakarta extended its service time until midnight for the corridor with destination to the Soekarno-Hatta International Airport, starting Wednesday (6/19).