• Monday, 18 November 2024

Cuma MH Thamrin yang Berani Paksa Belanda Perbaiki Kampung Orang Betawi

Cuma MH Thamrin yang Berani Paksa Belanda Perbaiki Kampung Orang Betawi
Perangko edisi pahlawan Indonesia dari Tanah Betawi, Mohammad Husni (MH) Thamrin | Pos Indonesia

SEAToday, Jakarta-Perkembangan Kota Jakarta kerap memunculkan decak kagum. Jakarta jadi kota paling maju dibanding kota lainnya di Indonesia. Kampung-kampungnya terawat. Kondisi itu kian lengkap dengan jalanannya yang mulus dan ragam fasilitas yang lengkap.

Dulu boro-boro kampung di Jakarta –saat itu Batavia-- terawat di era penjajahan Belanda . Batavia justru dijuluki sebagai Kota Terjorok di Nusantara. Namun, pahlawan dari Betawi, Mohammad Husni (MH) Thamrin bergerak mengubah segalanya dan berhasil. Ini ceritanya.

Kota Batavia pernah dipuji karena keindahannya. Orang-orang menjulukinya sebagai Ratu dari Timur. Petaka pun datang. Penduduk Batavia yang notabene orang Belanda tak pernah peduli urusan menjaga lingkungan hidup.

Wabah penyakit berkembang dan memaksa pusat pemerintahan pindah dari Oud Batavia (sekarang Kota Tua) ke Nieuw Batavia, Weltevreden (sekarang sekitar Jakarta pusat). Belanda tak mau lagi menggelorakan pembangunan yang sembarang.

Mereka kapok membuat pemukiman seperti di Amsterdam yang justru memunculkan wabah penyakit tropis. Orang Belanda ingin membangun kawasan pemukiman baru dengan mengadopsi gaya rumah tropis. Mereka pun tak mau hidup berdampingan dnegan kaum bumiputra.

Kondisi itu membuat kesenjangan sosial semakin lebar. Kompleks orang kaya megah dan bersih, lalu kampung-kampung kaum bumiputra jorok tak terawat. Kondisi itu dikritik banyak orang. Masalahnya kampung-kampung yang kotor lebih banyak dibanding tempat tinggal orang belanda.

Kritikan paling keras muncul dari purnawirawan militer Hindia-Belanda, V.J. Van Marle pada 1921. Ia mengungkap Batavia sebagai sebagai kota terjorok di Nusantara. Suatu julukan yang membuat wajah pemerintah kolonial menanggung malu.

“Menurut Marle, jika wali kota hanya menghabiskan waktu senggangnya dengan mengadakan perjalanan ke luar pulau, ia akan menyaksikan tidak satu kampung pún dari Sabang sampai Merauke seburuk dan sejorok yang ada di Batavia.” ujar Restu Gunawan dalam buku Gagalnya Sistem Kanal (2010).

Thamrin Bela Orang Betawi

Kondisi kampung-kampung di Batavia yang buruk telah diamati jauh hari oleh Thamrin. Pria Betawi kelahiran Sawah Besar, 16 Februari 1894 itu telah menyaksikan langsung perbedaan kontras antara kampung dan perumahan gedongan orang Belanda.

Thamrin menyaksikan sendiri sulitnya kehidupan sebagai bangsa terjajah. Kesulitan itu terlihat pula dalam kehidupan sehari-hari orang Betawi. Mereka seperti dianaktirikan oleh pemerintah kolonial. Mereka jadi warga negara kelas tiga. Kampung-kampung mereka dibiarkan kotor dan jorok.

Pengamatan itu membuat Thamrin mantap berjuang membela kaum Betawi. Thamrin yang semula sudah nyaman jadi pegawai perusahaan pelayaran Hindia Belanda, KPM terpanggil ke arena politik, Gemeente (Dewan Kota) Batavia pada 1919.

Suatu lembaga pemerintah yang bertugas mengembangkan Batavia. Thamrin pun masuk dan berjanji kepadanya almarhumah ibunya untuk membela orang Betawi.

"Tetapi saya pun minta izin supaya kepada  sidang ini untuk menceritakan apa yang diharapkan oleh ibu saya almarhumah yang sederhana. Beliau mengharapkan saya menjadi orang pandai, agar dapat memikirkan kehidupan bersama di sekeliling saya,” ungkap Thamrin di depan sidang istimewa Gemeente Batavia, 27 Oktober 1919, dikutip Sejarawan Anhar Gonggong dalam buku Muhammad Husni Thamrin (1985).

Karier Thamrin di Dewan Kota Batavia melejit. Kemampuan retorika dan gaya berdebat Thamrin dikagumi banyak pihak. Ia pun memantapkan langkah sesuai janjinya, berjuang untuk kaum Betawi.

Perjuangan membela orang betawi dilakukan. Apalagi, perjuangan Thamrin mulai melebar dari membela kaum Betawi hingga jadi pejuang kemerdekaan Indonesia. Ia lalu dikenal sebagai perjuang kemerdekaan koorporatif. Suatu pejuang kemerdekaan yang bergerak dari jantung kekuasaan Belanda.

Paksa Belanda Perbaiki Kampung

Mimbar Dewan Kota Batavia jadi podium Thamrin bersuara. Isu terkait nasib orang Betawi terus disuarakan. Berisiknya Thamrin membuat segala macam kebutuhan orang Betawi dikabulkan – dari urusan air bersih sampai pajak yang terjangkau bagi orang Betawi.

Thamrin mengajak orang Belanda berpikir jika perbaikan nasib orang betawi tak dilakukan, petaka bisa muncul. Petaka yang dimaksudnya ialah kelangsungan hidup orang Belanda. Tuan-tuan kulit putih itu bisa pusing karena munculnya wabah penyakit dan perlawanan orang Betawi.

Thamrin juga mulai bersuara terkait lebarnya jurang pemisah antara pemukiman Belanda dan orang betawi. Pemukiman Belanda bersih dan tertata. Beda dengan pemukiman orang Betawi di kampung-kampung.

 Kondisi kampung di Batavia banyak tak terawat. Kampung kerap becek, banjir, dan tanpa penerangan. Thamrin terus menyuarakan itu supaya hajat hidup orang Betawi terangkat.

“Thamrin mengusulkan penyediaan dana 100 ribu gulden yang dihimpun dari pemotongan berbagai pos yang lain dari anggaran dewan bagi perbaikan umum kebersihan kampung. Untuk mempercepat pelaksanaan program tersebut perlu dipekerjakan satu kelompok 100 kuli yang digerakkan dari kampung ke kampung,” usul Thamrin ditulis Sejarawan Bob Hering dalam buku Mohammad Hoesnni Thamrin (2003).

Usul Thamrin terkait perbaikan kampung (kampongvraagstuk) mendapatkan dukungan dari anggota Dewan Batavia lainnya 1923. Namun, pemerintah Batavia tak ingin mengeluarkan uang sebesar permintaan Thamrin. Mereka hanya mau sekitar 30 ribu gulden.

Thamrin pun kian berisik. Pemerintah dianggapnya pelit, seraya tukang kelontong yang irit. Thamrin berdalih uang yang banyak itu akan digunakan untuk memperbaiki kampung. Perbaikan itu antara lain perbaikan jalan, fasilitas sanitasi, sampah, penerangan, hingga perbaikan rumah orang Betawi.

Pemerintah mulai memikirkan usulan Thamrin. Anggaran mulai ditambah secara perlahan-lahan sampai jumlah yang dimaksud Thamrin rangkum. Kehebatan Thamrin berbicara di podium jadi sejarah baru. Proyek perbaikan kampung yang awal tak mungkin, jadi dapat terlaksana.

Kehebatan itu membuat Thamrin dikenal sebagai penyambung lidah orang Betawi. Namanya selalu dihormati dan tetap istimewa di mata orang Betawi. Sebab, Cuma Thamrin yang bisa memaksa orang Belanda peduli dengan orang Betawi.

Jasa-jasa Thamrin membela orang Betawi hingga urusan remeh-temeh terus hadir dalam ingatan banyak orang. Seniman legendaris Betawi, Benyamin Sueb  mengabdikan Thamrin dalam lagu Abang Husni Thamrin. Lagu itu hadir dalam album Tukang Tuak (1972).

Thamrin digambarkan Benyamin sebagai sosok yang membela orang betawi. perwujudan itu hadir dalam lirik: Abang Husni Thamrin jagoan dari Betawi/ Tapi Abang Husni bukannye jago berkelahi/ Abang Husni pemimpin yang suka ngebela rakyatnye/ Dari penindasan di Betawi nggak ada duanye.

Share
News Update
Pertamina Shares Self-Sustaining Energy Village Success Stories at COP 29

Pertamina Shares Self-Sustaining Energy Village Success Stories at COP 29

China Calls for Accelerated Construction of China-Thailand Railwa...

Chinese President Xi Jinping emphasized the importance of accelerating the construction of the China-Thailand Railway and expanding cooperation in innovative fields such as new energy, the digital economy, and artificial...

President Prabowo Highlights Indonesia's Renewable Energy Commitm...

President Prabowo also explained that Indonesia has great potential in developing green energy, including geothermal, hydro, solar power, and bioenergy.

Jakarta Residents Must Sort Waste to Avoid Retribution Fees

The Jakarta Provincial Government (Pemprov) will require residents to sort their waste starting January 1, 2025, to be exempt from the cleaning service levy (RPB).

2 Tourism Villages in Indonesia Receive Best Tourism Villages 202...

Jatiluwih Tourism Village (Bali) and Wukirsari Tourism Village (Special Region of Yogyakarta) won the “Best Tourism Villages 2024” award from the United Nations World Tourism Organization

Trending
LOCAL PALETTE
BEGINI CARANYA PERGI KE SUKU PEDALAMAN MENTAWAI - PART 1