SEAToday.com, Jakarta-Aktivitas blusukan kerap diyakini metode anyar dekat dengan rakyat. Siasat itu digunakan politisi hingga pejabat untuk mengetahui secara langsung suatu problema di lapangan. Namun, tak semua aktivitas blusukan efektif. Banyak di antaranya bermuara pada pencitraan, bukan kepedulian.
Blusukannya sekali, tapi foto aktivitasnya disebar berkali-kali di jagat maya. Rakyat jadi bingung bagaimana semestinya blusukan yang efektif. Beruntung rakyat Indonesia mengenal satu sosok pemimpin keras kepala: Ali Sadikin. Begini kisahnya.
Tiada yang menyangkal status Jakarta sebagai kota terpenting di Nusantara. Status itu bukan cuma perkara Jakarta dikenal sebagai Ibu Kota Negara. Dulu kala Jakarta sudah dikenal memiliki sejarah panjang perjuangan bangsa Indonesia meraih kemerdekaan.
Soekarno pun tak ingin Jakarta dipimpin oleh sembarang orang. Presiden Indonesia pertama itu kerap ikut campur mencari pemimpin untuk Jakarta. Bung Karno pernah mencoba mencari pemimpin dari kalangan politikus, militer, serta seniman. Hasilnya nihil. Tiada yang dapat memuaskan Bung Karno.
Pembangunan Jakarta jalan ditempat, bahkan cenderung kumuh. Bung Karno pun mencoba memilih pemimpin dari kalangan tak biasa. Ia mencari pemimpin yang keras kepala. Pribadi yang yang senang berbuat, bukan sekedar omong-omong belaka. Pilihan itu jatuh kepada sosok Mayjen KKO (Angkatan Laut), Ali Sadikin.
“Nah, sekarang saya punya pilihan jatuh kepada Mayjen KKO, Ali Sadikin. Dus Ali Sadikin, als ja maar weet (asal tahu saja), engkau menghadapi banyak kesulitan. Apalagi, nah apalagi lho, Jakarta ini sebagai Ibu Kota Republik menduduki satu tempat yang istinewa dalam kalbu saya. Saya amat, kata orang Jawa, Kikrik (teliti). Saya tidak bisa melihat sampah. Saya tidak bisa melihat ada selokan yang buntu,” pesan Bung Karno dalam saat melantik Ali Sadikin di Istana Negara, 28 April 1966, sebagaimana dikutip buku Ali Sadikin: Menggusur dan Membangun (1977).
Bang Ali Keliling Jakarta
Kepercayaan Bung Karno coba dijawab dengan tanggung jawab besar oleh Ali Sadikin. Ia mulanya memang belum memahami secara penuh terkait urusan tata kota. Kabar baiknya Ali mau belajar. Langkah utama yang dilakukan adalah mencoba mengenal medan.
Ia berusaha mengenal seluruh jajarannya di dalam pemerintah DKI Jakarta. Ia mengakui kekurangan orang dan Sumber daya lainnya dalam memimpin Jakarta yang besar. Ia mencoba melakukan perubahan dari dalam. jajaran pemerintah dan birokrasi dibenahi.
Beda dengan urusan perumusan kebijakan. Ali Sadikin punya cara sendiri. Pria yang akrab disapa Bang Ali itu memilih untuk melangsungkan blusukan – kegiatan datang ke lapangan untuk mengetahui sesuatu. Kadang kala seorang diri, kadang juga ditemani oleh ajudan.
Blusukan itu dilakukan jauh dari sorotan kamera wartawan. Ia mencoba berkeliling Jakarta naik bus kota. Ia masuk terminal dan mencoba menertibkannya. Ali tak lupa mendatangi kampung-kampung. Kegiatan itu dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum problema hidup warga Jakarta.
“Belum lama setelah jadi Gubernur, dua hari saya keliling Jakarta naik bus kota. Hujan-hujanan waktu itu. saya ikut berdesak-desakan dengan penumpang bus. Waktu berdesakan itulah saya rasakan betapa tidak enaknya. Di situ saya tahu betapa runyamnya masalah transportasi di kota ini. Tak ada sistem. Alat angkutan sangat kurang,” cerita Ali Sadikin ditulis Ramadhan K.H. dalam buku Bang Ali: Demi Jakarta 1966-1977 (1992).
Enam bulan pertama memimpin Jakarta difokuskan Ali untuk blusukan. Ia ikut sengsara. Berat badannya berkurang sebanyak enam kilo. Namun, kesengsaraan itu tidak ada apa-apanya dengan manfaat yang dihasilkan blusukan.
Bang Ali dapat mengukur efektivitas pemerintah. Upaya memahami masalah kompleks Jakarta jadi lebih terarah. Bonusnya ia mampu melihat sejauh mana pemerintah DKI Jakarta dapat menjangkau rakyatnya.
Ajak Jajarannya ke Lapangan
Pola blusukan dipandang Ali sebagai langkah efektif. Ali berpandangan suatu kebijakan akan sia-sia kala pemimpinnya sendiri tak mau turun ke lapangan. Urusan masalah transportasi umum tak bisa dibenahi dengan pemimpin yang ke mana-mana dengan supir pribadi.
Begitu pula urusan membenahi kampung. Urusan pembenahan itu takkan mampu dilakukan oleh pejabat yang sehari-harinya hidup di kompleks perubahan mewah. Alasan itu yang mendasari Ali Sadikin mengimbau seluruh jajarannya untuk turun ke lapangan.
Mereka harus dapat merasakan apa yang warga Jakarta rasakan. Hasil dari pengamatan di lapangan akan dibahas dalam rapat rutin setiap Senin pukul 07:00 pagi. Ali takkan mentoleril mereka yang telat rapat.
“Dan para staf diminta turun melihat keadaan masyarakat setiap Sabtu dan Minggu untuk dilaporkan pada senin pagi,” terang mantan staf Ali Sadikin, Wardiman Djojonegoro dalam buku Sepanjang Jalan kenangan (2016).
Hasil blusukan itu membuat Ali Sadikin dapat merangkum segala macam problema yang hadir di Jakarta. Pemerintah DKI Jakarta lalu mulai memperbaiki, bahkan mempercantik Jakarta dengan ragam kebijakan, salah satunya proyek perbaikan kampung M.H. Thamrin.
Ongkos segala macam perbaikan itu memang besar. Namun, Ali Sadikin tak pernah menganggap masalah. Tak ada cukup dana, Ali tinggal mencarinya dari banyak kantong, termasuk kantong yang kontroversial, seperti perjudian.
Hasilnya Jakarta berkembang pesat. Hasil karya Ali membangun Jakarta dipuji banyak pihak. Namun, tak sedikit pula yang mencemooh kinerjanya karena membangun Ibu Kota Negara dari uang haram. Ali menanggapinya dengan santai. Ia yakin dengan apa yang dibuatnya adalah benar.
Recommended Article
News Update
Erick Thohir Officially Inaugurates New Board for Indonesian Futs...
The formation of the new management for these two federations under PSSI aims to align all stakeholders related to football in Indonesia.
BAZNAS to Build Hospitals, Mosques, Schools in Gaza Recovery Prog...
The funds to be used are the donation funds that are still being held for the Palestinian people. According to him, the donation for Palestine titled “Membasuh Luka Palestina”
Ngurah Rai Airport Expands Access to Nusantara via Balikpapan wit...
General Manager of PT Angkasa Pura Indonesia I Gusti Ngurah Rai Airport Ahmad Syaugi Shahab in Denpasar, on Wednesday (11/20), said this route adds connection opportunities to the State Capital of the Archipelago.
Minister Yusril Clarifies: Mary Jane Veloso Transferred, Not Rele...
Yusril explained that the Indonesian government had received an official request from the Philippine government regarding the transfer of Mary Jane Veloso. The transfer can be carried out if the conditions set by the Ind...
Trending
- # Daily Update
- # Regional
- # Nasional
- # Internasional
Popular Post
SOEs Ministry Tries Out Four Days in Workweek System
The State-Owned Enterprises (SOEs) Ministry is testing the implementation of a four-day workweek. This was shared on Instagram @lifeatkbumn on Saturday (6/8).
TransJakarta Extends Operational Hours of Soekarno-Hatta Airport...
TransJakarta extended its service time until midnight for the corridor with destination to the Soekarno-Hatta International Airport, starting Wednesday (6/19).