Habis Gelap Terbitlah Terang: Malangnya Kita Andai R.A. Kartini Tak Menulis Surat
![Habis Gelap Terbitlah Terang: Malangnya Kita Andai R.A. Kartini Tak Menulis Surat](https://news.seatoday.com/images/20240421152934_original_44.webp )
SEAToday.com, Jakarta-Tiap hari kartini, tanggal 21 April, kaum wanita Indonesia bersuka cita. Hari itu dikultuskan bak perayaan untuk seluruh wanita Indonesia. Sebuah perayaan bahwa wanita dapat melakukan segalanya. Mereka tak kalah dengan kaum pria.
Mereka dapat berkarya dalam segala bidang, dapat pula bermimpi tinggi. Pertanyaan muncul. Mengapa pemerintah Indonesia hadirkan Hari Kartini dan memilih Raden Adjeng (R.A) Kartini sebagai ikon emansipasi wanita?
Hidup dalam di era penjajah Belanda tak pernah mudah bagi kaum bumiputra. Hajat hidup kaum bumiputra jatuh pada level terendah. Mereka dibedakan dan dijadikan warga negara kelas tiga. Kebodohan di antara kaum bumiputra seperti dibiarkan menjamur.
Langkah itu setara siasat supaya kaum terjajah tak melawan. Siasat yang paling utama adalah membuat akses pendidikan jadi terbatas. Utamanya, mendukung budaya wanita tak dapat pintar. Kondisi itu dipahami jelas oleh Raden Ayu Adipati Kartini Djojoadhiningrat atau yang lebih dikenal Raden Adjeng Kartini.
Wanita priayi kelahiran Jepara, 21 April 1879 jadi sosok yang perihatin, walau ia termasuk beruntung. Ayahnya, Raden Mas Adipati Aryo Sosroningrat adalah seorang priayi berprofesi sebagai Bupati Jepara. Jabatan pegawai bumiputra Hindia Belanda itu jadi jalan Kartini merasakan pendidikan ala Eropa.
Ia disekolahkan di Europese Lagere School (ELS). Akses terhadap pendidikan itu memang barang mahal. Sebab, tak banyak kaum bumiputra, utamanya wanita dapat bersekolah. Kartini pun memanfaatkan masa-masa sekolahnya dengan baik.
Bahasa Belanda dikuasai. Ia mampu menunjang pendidikannya dengan belajar dari buku dan koran. Akses pendidikan membuat Kartini mulai peka dengan nasib bangsanya. Ia bahkan merasakan sendiri sulitnya hidup sebagai wanita era penjajahan Belanda, padahal ia anak priayi.
Pendidikannya dibatasi. Kartini tak dapat melanjutkan ke pendidikan lebih tinggi. Keinginannya menuntut ilmu ke Batavia (sekarang: Jakarta) atau ke negeri Belanda tak pernah terealisasi.
Kartini beranggapan pendidikan sulit bagi kaum wanita tak melulu urusan karena kebijakan penjajah Belanda. Namun, ada benang merahnya ke adat Jawa.
“Kami anak wanita pergi belajar ke sekolah, ke luar tiap-tiap hari, demikian itu saja sudah dikatakan amat melanggar adat. Ketahuilah, bahwa adat negeri kami melarang keras gadis ke luar rumah. Ketika saya sudah berumur 12 tahun, lalu saya ditahan di rumah – saya mesti masuk tutupan, saya dikurung di dalam rumah, seorang diri, sunyi senyap terasing sama sekali bagi kami, dipili oleh orang tua kami untuk kami, dikawinkan dengan kami, sebenarnya dengan tiada setahu kami,” terang Kartini dalam buku Habis Gelap Terbitlah Terang (2011).
Melawan Kekakuan
Kartini tak diam saja. Ia terus belajar walau dalam keterbatasan. Aktivitas itu terus dilakukan dengan bekal kemampuan berbahasa Belanda. Ia mulai membandingkan antara kehidupan wanita bumiputra dan wanita Eropa.
Dinamika itu dibagikan lewat surat kepada sahabat-sahabat Belandanya. Surat Kartini kian berisik. Ia pun ikut mengomentari ragam hal lainnya meliputi urusan penjajahan dan agama. Kartini akhirnya bersepakat bahwa wanita harus setara, tak boleh tidak.
Kartini tak saja berani menuangkan pikirannya lewat goresan pena. Ia juga mulai menuangkan pikirannya lewat gebrakan terkait pentingnya pendidikan bagi kaum wanita. Kartini membuat sekolah kecil-kecilan dan menjadi guru.
Laku hidup Kartini pun diabadikan sehabatnya pegawai Hindia Belanda, Abendanon. Jasa Abendanon jadi jalan perjuangan Kartini terkenal di Belanda dan Nusantara. Sekalipun Kartini telah meninggal dunia pada 17 September 1904.
“Abendanon menjadi asal muasal kemasyhuran Kartini, dengan menerbitkan kumpulan surat-menyurat Kartini di bawah judul Van Duisternis tot Licht (Habis Gelap Terbitlah Terang), pada tahun 1912. Surat-surat itu, terutama yang ditujukan kepada seorang kawan wanita Belanda, Stella Zeehandelaar, yang tak sempat dijumpainya, merupakan bukti pertama kesadaran diri wanita Indonesia,” ungkap Sejarawan Denys Lombard dalam buku Nusa Jawa Silang Budaya: Batas-Batas Pembaratan (1996).
Jadi Pahlawan dan Munculnya Hari Kartini
Kumpulan surat Kartini dalam judul Habis Gelap Gelap terbitlah Terang dalam bahasa Belanda mulai menyebar di Negeri Kincir Angin, kemudian Indonesia. Kehadiran surat Kartini tak saja jadi bukti kehadiran Politik Etis (politik balas budi Belanda) dibutuhkan, tapi juga jadi peletak dasar emansipasi wanita bumiputra.
Nama Kartini bahkan tak pernah tersapu oleh waktu selepas Indonesia merdeka. Kartini tetap dikenal kuat sebagai pejuang emansipasi wanita. Presiden Indonesia, Soekarno mengaku kagum dengan perjuangan Kartini.
Ia mengenal sekali perjuangan Kartini, apalagi kakak Kartini adalah Sosrokartono adalah guru spiritualnya. Bung karno menganggap Kartini adalah salah satu pejuang wanita yang menonjol dan layak diapresiasi atas jasa-jasanya.
Bung Karno lalu menetapkan Kartini sebagai Pahlawan Nasional Indonesia dalam sebuah Keputusan Presiden (Kepres) No. 109 Tahun 1964. Kepres itu juga jadi jalan utama dari penentapan Kartini sebagai pendekar emansipasi wanita.
“Bahwa kepada Saudari Raden Adjeng Kartini, almarhumah patut diberi penghargaan oleh negara, mengingat jasa-jasanya sebagai pemimpin Indonesia di masa silam, yang semasa hidupnya, karena terdorong oleh rasa cinta tanah air dan bangsa, mempimpin suatu kegiatan yang teratur guna menentang penjajahan di bumi Indonesia,” ucap Soekarno menimbang keputusannya dalam Kepres.
Hasilnya setiap tahun, hari lahir Kartini, 21 April akan dirayakan sebagai Hari kartini. Suatu peringatan yang jadi bukti bahwa wanita Indonesia tak boleh lagi dianggap remeh. Tak boleh lagi dipandang sebagai sosok yang hanya pintar urusan dapur dan kasur belaka sesuai pandangan lama. Wanita kini bebas memilih dan menjelma jadi apa saja.
Recommended Article
Insight Indonesia
Muhammadiyah: Ramadan 2025 Begins March 1, Eid Falls on March 30
Muhammadiyah Central Leadership (PP), Tuesday (7/1), officially set the beginning of Ramadan 1446 Hijri on March 1, 2025. Meanwhile, Eid al-Fitr or Lebaran will fall on March 30, 2025.
Ministry of Religious Affairs: 2025 Hajj Departure Begins Early M...
The Ministry of Religious Affairs (Kemenag) issued a travel plan for the 1446 Hijri/2025 Hajj pilgrimage after previously deciding on the Hajj Implementation Fee (BPIH) with the Hajj Working Committee (Panja) of the Hous...
Retirement Age for Workers Rises to 59 Years as of January 2025
This retirement age will be the basis for the utilization of the pension insurance program implemented by the Employment Social Security Agency (BPJS TK).
Government Plans To Have 5000 Heads of SPPG for Makan Bergizi Gra...
The government plans to have 5,000 heads of Nutrition Fulfillment Service Units (SPPG) to manage Makan Bergizi Gratis Programme.
Popular Post
SOEs Ministry Tries Out Four Days in Workweek System
The State-Owned Enterprises (SOEs) Ministry is testing the implementation of a four-day workweek. This was shared on Instagram @lifeatkbumn on Saturday (6/8).
TransJakarta Extends Operational Hours of Soekarno-Hatta Airport...
TransJakarta extended its service time until midnight for the corridor with destination to the Soekarno-Hatta International Airport, starting Wednesday (6/19).
Trending Topic
Weather Forecast
Jakarta Expected to Experience Rain Throughout the Day
The Meteorology, Climatology, and Geophysics Agency (BMKG) forecasts light rain across parts of DKI Jakarta from morning until night on Monday.
Weather Forecast: Light Rain Expected in Jakarta from Afternoon t...
The Meteorology, Climatology, and Geophysics Agency (BMKG) has forecasted light rain in Jakarta on Monday (1/20), expected to occur from afternoon until night.
Weather Forecast: Rainy Day in Jakarta, Prepare for Showers from...
The Jakarta area is forecasted to experience rain starting Thursday (1/16) afternoon and continuing into the evening, according to the Meteorology, Climatology, and Geophysics Agency (BMKG).
BMKG Predicts Light Rain in 20 Regions in Indonesia Today
As many as 20 regions in Indonesia have the potential to experience light rain on Tuesday (7/1/2025) today. Here is the complete list.