Rhoma Irama di Panggung Politik: Kisah Raja Dangdut Jadi Jurkam PPP Melawan Kuasa Orde Baru
SEAToday.com, Jakarta - Satu keluarga memiliki banyak jagoan dalam pemilu merupakan hal biasa. Wujud itu dianggap keindahan dalam berdemokrasi. Undang-undang mendukung sepenuhnya. Dulu kala di era Soeharto dan Orde Baru tak begitu.
Semuanya dipaksa seragam dukung partai Golongan Karya (Golkar). Namun, Rhoma Irama adalah pengecualian. Ia keluar dari koridor pesohor harus dukung Golkar. Ia justru memilih pesaing Golkar: Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Begini ceritanya.
Soeharto dan Orba sempat membawa angin segar bagi rakyat Indonesia. Ekonomi Indonesia melejit. Begitu pula dengan hajat hidup rakyat yang mulai meningkat. Rakyat Indonesia pun berharap supaya pemerintah Orba terus membawa perubahan positif.
Harapan tinggal harapan. Orba justru mulai kelihatan belangnya. Mereka terus saja bercokol di singgasana kekuasaan. Represif pula. Segala cara dilakukannya. Politik merangkul dan memaksa dimainkan. Intinya supaya Golkar tak terkalahkan.
Mereka mencoba membentuk basis dukungan dengan menghadirkan artis-artis Ibu Kota yang tergabung dalam Aneka RIa Safari sedari pemilu 1971. Mereka dibawa penguasa ke berbagai daerah untuk menyuarakan kepentingan Orba dan Golkar.
Tiada artis yang tak tergiur keuntungan mendukung Partai berlambang pohon beringin. Eksistensi mereka dapat melejit – asal dapat restu penguasa. Orba pun terut meminta kaki tangan pemerintahan macam kepala desa untuk menjaring dukungan.
Rumusan itu jadi ajian penting kemenangan Golkar di seantero Indonesia. Mereka dengan suka cita – kadang terpaksa meminta kepada rakyat hingga keluarganya untuk memilih rezim represif Orba.
“Saat itu kakek turut serta dalam memenangkan Golkar di Desa Pahonjean. Kata Kakek, pemilu adalah wadah untuk memilih wakil orang banyak yang tiap hari kutemui di desa, termasuk wakil dari orang-orang miskin, keluarga teman-teman bermainku. Golkar adalah partai yang harus dipilih mewakili rakyat banyak ini,” ujar mantan aktivis 1998, Budiman Sudjatmiko dalam buku Anak-Anak Revolusi (2013).
Rhoma Irama Muncul
Artis-artis Ibu Kota memang banyak merapat kepada Aneka Safari Ria. Upaya merapat dianggap jadi jalan langgengnya karier sebagai pesohor negeri. Namun, tak semua artis merapat. Rhoma Irama jadi artis yang pembangkang.
Pria kelahiran Tasikmalaya, 11 Desember 1946 itu ogah merapat ke Partai Golkar. Ia menanggap Golkar tak sama sekali menyuarakan kepentingan Islam. Golkar kala itu justru bak memusuhi Islam. Raja dangdut yang telah menguasai industri perkasetan dan film itu malah memilih secara sukarela mendukung PPP.
Ia memilih PPP memang karena pilihan nuraninya berjuang di jalan agama. Ia menganggap PPP adalah partai yang berideologi Islam. Alias, partai yang dianggap memiliki nafas perjuangan untuk meningkat hajat hidup umat Islam.
Ia telah aktif sebagai pendukung PPP sedari era Pemilu 1977. Kehadiran Rhoma hanya sebatas mendukung saja. ia tak mau jadi pengurus atau kader. Rhoma hanya bertindak sebagai suporter – pengumpul suara saja (vote getter).
“Saat itu tidak ada satu pun artis yang membela PPP, tak ada pula artis yang naik haji, dan tidak ada pula artis yang melawan Golkar, kecuali Rhoma Irama. Tekad Rhoma untuk berjuang di PPP, dilarang ibunya karena ayahnya, seorang purnawirawan ABRI. Rhoma bilang ke ibunya bahwa PPP partai yang berjuang untuk Islam,” ujar Moh. Shofan dalam buku Rhoma Irama: Politik Dakwah dalam Nada (2014).
Kehadiran Rhoma sebagai juru kampanye PPP bawa angin segar. Dukungan yang diberikan oleh Rhoma berjalan efektif. Rhoma dan dangdut punya daya tarik besar di era 1970-an. Ia selalu jadi pusat perhatian di seantero Indonesia.
Boleh jadi ia artis satu-satunya yang mendukung PPP, tapi dampaknya signifikan. Rhoma dan musik dangdutnya selalu istimewa. Dalam artian, ia menjadi penyanyi yang acara panggungnya paling banyak dibanjiri massa.
Puncak dukungannya membawa PPP Berjaya pada Pemilu 1982. Andil Rhoma mampu menaikkan derajat PPP sebagai partai dengan peringkat dua, atau tetap di bawah Golkar. Golkar meraih 48,3 persen suara. PPP mampu meraih 10,8 juta suara.
Pencekalan Rhoma Irama
Soeharto dan Orba pun berang bukan main. Mereka melihat pengaruh Rhoma akan terus membesarkan PPP. Ramalan PPP akan jadi nomor satu di masa yang akan pun muncul. Orba tak mau lengah. Taktik teror mulai dimainkan. Suatu langkah yang membuat lawan jengah dan trauma masuk politik.
Pengawasan terhadap aktivitas politik Rhoma mulai diawasi dengan masif. Segala macam laku hidup Rhoma dipelajari. Helikopter tentara sampai mondar-mandir di langit rumahnya di kawasan Tebet, Jakarta Selatan. Rhoma pun harus menghadapi beberapa kali percobaan pembunuhan.
Rhoma tak lantas menyerah. Nyalinya kian menyala berjuang di jalan Islam. Pemerintah Orba pun jengah. Mereka mulai melakukan pencekalan terhadap karya-karya Rhoma Irama. Rhoma dicekal 11 tahun dari TVRI. Karya Rhoma yang berisikan kritik dianggap mampu memunculkan jiwa pembangkang.
“TVRI, dengan alasan yang tak pasti, tak pernah memunculkan Rhoma. Bahkan, ketika Festival Film Indonesia (FFI) Medan 1983 yang seluruh peralatan panggung dan musik kepunyaan Rhoma Irama dipergunakan dan acara itu disiarkan langsung TVRI, pada saat Soneta Grup muncul TVRI mendadak berganti acara lain,” tertulis dalam majalah Tempo berjudul Si Mawar Menyandang Gitar, 30 Juni 1984.
Rhoma pun tak gentar. Ia menganggap semuanya sebagai risiko perjuangan. Sekalipun ia merasa sebagai telah berguna bagi negara sebagai pembayar pajak yang baik. Kondisi itu membuat Rhoma terus melaksanakan agendanya perjuangannya.
Ia terus saja menjelma sebagai juru kampanye yang paling diandalankan dan bernilai. Ia lalu dikenal luas sebagai orang yang berani. Suatu sosok yang berani menentang kuasa Orde Baru. Sekalipun kemudian kala Golkar mulai membuka pintu mendukung agenda Islam. Rhoma mulai merapat ke Golkar. Konidisi itu tak mengganggu fakta bahwa adalah ikon perlawanan di eranya.
Recommended Article
Insight Indonesia
Muhammadiyah: Ramadan 2025 Begins March 1, Eid Falls on March 30
Muhammadiyah Central Leadership (PP), Tuesday (7/1), officially set the beginning of Ramadan 1446 Hijri on March 1, 2025. Meanwhile, Eid al-Fitr or Lebaran will fall on March 30, 2025.
Ministry of Religious Affairs: 2025 Hajj Departure Begins Early M...
The Ministry of Religious Affairs (Kemenag) issued a travel plan for the 1446 Hijri/2025 Hajj pilgrimage after previously deciding on the Hajj Implementation Fee (BPIH) with the Hajj Working Committee (Panja) of the Hous...
Retirement Age for Workers Rises to 59 Years as of January 2025
This retirement age will be the basis for the utilization of the pension insurance program implemented by the Employment Social Security Agency (BPJS TK).
Government Plans To Have 5000 Heads of SPPG for Makan Bergizi Gra...
The government plans to have 5,000 heads of Nutrition Fulfillment Service Units (SPPG) to manage Makan Bergizi Gratis Programme.
Popular Post
SOEs Ministry Tries Out Four Days in Workweek System
The State-Owned Enterprises (SOEs) Ministry is testing the implementation of a four-day workweek. This was shared on Instagram @lifeatkbumn on Saturday (6/8).
TransJakarta Extends Operational Hours of Soekarno-Hatta Airport...
TransJakarta extended its service time until midnight for the corridor with destination to the Soekarno-Hatta International Airport, starting Wednesday (6/19).
Trending Topic
Weather Forecast
Weather Forecast: Rainy Day in Jakarta, Prepare for Showers from...
The Jakarta area is forecasted to experience rain starting Thursday (1/16) afternoon and continuing into the evening, according to the Meteorology, Climatology, and Geophysics Agency (BMKG).
BMKG Predicts Light Rain in 20 Regions in Indonesia Today
As many as 20 regions in Indonesia have the potential to experience light rain on Tuesday (7/1/2025) today. Here is the complete list.
Weather Forecast for Jakarta Saturday 4 Januari 2025
BMKG predicts that Jakarta on Saturday (4/1/2025) today will only be cloudy from morning to night.
Weather Forecast for Jakarta and Around: Light Rain
The Meteorology, Climatology, and Geophysics Agency (BMKG) predicts that light rain will fall in several areas in Jakarta