• Tuesday, 19 November 2024

Kenal Lebih Dekat Istana Merdeka, Tempat Tinggal Presiden RI

Kenal Lebih Dekat Istana Merdeka, Tempat Tinggal Presiden RI
Istana Merdeka yang terletak di Jalan Medan Merdeka Utara. (dok: ANTARA)

SEAToday.com, Jakarta - Istana Merdeka merupakan tempat penting bagi pemerintahan Republik Indonesia. Tempat ini menjadi tempat kediaman Presiden RI.

Istana Merdeka terletak di Jalan Merdeka Utara dan menghadap ke Taman Monumen Nasional. Istana Merdeka berada satu kawasan dengan Istana Negara, tetapi saling membelakangi.

Kompleks Istana Merdeka dan Istana Negara luasnya mencapai 6,8 hektar dan berada di jantung ibu kota negara. Untuk mengenal lebih jauh mengenai Istana Merdeka, simak informasinya berikut.

Sejarah

Dilansir dari laman resmi Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia, sejarah singkat pembangunan Istana Merdeka dilakukan karena pemerintah Hindia-Belanda menganggap Istana Negara kurang memenuhi syarat keperluan untuk berbagai kegiatan.

Melalui arsitek Drossares pada tahun 1873, yakni pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Louden, didirikan bangunan lain yang baru rampung pada tahun 1879, di masa pemerintahan Gubernur Jenderal Johan Willem van Landsbarge. Bangunan tersebut waktu itu dikenal dengan nama Istana Gambir.

Pada tanggal 27 Desember 1949, bangunan ini menjadi saksi penandatanganan naskah pengakuan kedaulatan Republik Indonesia Serikat oleh Belanda.

Sementara itu, pada waktu yang sama, di berbagai tempat dan penjuru tanah air, ratusan ribu warga bangsa Indonesia berkumpul mengelilingi pesawat radio masing-masing, menanti siaran dari Jakarta mengenai berita penandatanganan naskah pengakuan kedaulatan atas kemerdekaan tanah air.

Setelah mendengar berita luar biasa tersebut, mereka mengibarkan bendera merah putih, mengumandangkan lagu kebangsaan Indonesia Raya, serta seruan "merdeka, merdeka, merdeka" dari seluruh penjuru tanah air.

Keesokan harinya  atau pada 28 Desember 1949, Presiden RI Soekarno beserta keluarga tiba di Jakarta dari Yogyakarta dan mendiami Istana Merdeka untuk pertama kalinya.

Sebelumnya Istana Gambir dihuni oleh Dr. Hubertus J. Van Mook, Gubernur Jenderal hingga 1948, dan kemudian oleh Dr.L.M.J. Beel, Wakil Tinggi Mahkota. Sejak itu pula, Peringatan Hari Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus di Istana Merdeka pertama kali diadakan pada 1950.

Fungsi Istana Merdeka

Di masa Presiden Soekarno, ruang tidur presiden berada di sisi timur istana, berseberangan dengan ruang kerjanya yang dipisahkan oleh ruang resepsi. Bung Karno dan Ibu Fatmawati menggunakan kamar mandi yang terletak di dekat kamar tidur Guntur, anak sulung mereka.

Bagian barat depan istana digunakan untuk acara resmi, termasuk serambi depan dan ruang kerja presiden yang dilengkapi dengan perabot rotan dan kursi tamu dari kayu Jepara, kemudian dikenal sebagai Ruang Jepara. Ruang kerja ini tetap digunakan oleh Presiden Soeharto selama 32 tahun, dengan sedikit perubahan di era Presiden B.J. Habibie.

Di pelataran tengah terdapat gazebo yang digunakan sebagai kelas taman kanak-kanak untuk putra-putri Bung Karno. Selain itu, terdapat bangunan kayu bernama "sanggar," yang digunakan Bung Karno untuk melukis dan menulis. Di lokasi tersebut, Presiden Soeharto kemudian membangun Puri Bhakti Renatama sebagai museum.

Bagian luar istana terbuka, memberi kesan luas dan ramah, dengan beberapa beranda yang dilengkapi kursi rotan untuk menerima tamu, termasuk wartawan. Pada 1958, arsitek R.M. Soedarsono membangun Masjid Baiturrahim di sebelah barat istana, yang diperluas pada masa Presiden Habibie dengan tambahan kaligrafi ayat-ayat suci Alquran di dalam kubah.

Pada masa Presiden Soekarno, dibangun juga Wisma Negara sebagai tempat tinggal tamu negara di dalam kompleks istana, yang selesai pada 1964. Lantai teratas Wisma Negara adalah ruang makan dan tamu, dengan lantai-lantai di bawahnya menjadi suite untuk tamu kehormatan.

Halaman luas di Istana Merdeka sering disinggahi berbagai jenis burung, dan Presiden Soekarno dikenal sebagai pecinta burung bebas. Pada masa pemerintahan Presiden Megawati, pohon salam ditanam untuk menarik burung-burung bebas.

Beberapa arca kuno juga menghiasi pekarangan Istana Merdeka, termasuk arca Dhyani Boddisatta yang berasal dari Jawa Tengah pada abad ke-9 yang merupakan peninggalan berharga dari era Hindia Belanda.

Saat Presiden Soekarno berada di istana, bendera Kepresidenan dikibarkan di atas istana, namun sejak era Presiden Soeharto, tradisi ini tidak dilanjutkan. Istana Merdeka berubah fungsinya menjadi tempat kerja, upacara, dan resepsi kenegaraan sejak Presiden Soeharto memilih tinggal di kediaman pribadinya.

Bagian-Bagian Istana Merdeka

Di halaman depan Istana Merdeka, berdekatan dengan kolam air mancur, berdiri sebuah tiang bendera dari beton setinggi 17 meter. Sebelumnya, pada masa Hindia-Belanda bendera dikibarkan di puncak Istana Merdeka.

Setiap tahun, dalam peringatan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada tiang bendera ini dikibarkan duplikat Bendera Pusaka.

Secara bertahap, Istana Merdeka mengalami perubahan terutama pada era Ibu Negara Tien Soeharto, yang mengubah gaya interior istana dengan sentuhan ukir-ukiran kayu Jepara.

Setelah Presiden Soeharto mengundurkan diri pada 21 Mei 1998, Presiden Habibie yang menggantikannya lebih sering bekerja di Istana Merdeka, menyesuaikan ruang kerja dengan teknologi baru.

Pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Bina Graha digunakan sebagai kantor Staf Khusus Presiden, dan di era Presiden Joko Widodo, Bina Graha menjadi Kantor Staf Presiden.

Di halaman depan Istana Merdeka terdapat tiang bendera beton setinggi 17 meter, dan di dalam istana, berbagai ruangan digunakan untuk acara kenegaraan, termasuk Ruang Resepsi yang merupakan ruang terluas di Istana Merdeka.

Penandatanganan pengunduran diri Presiden Soeharto dan pelantikan Presiden Habibie dilakukan di Ruang Kredensial Istana Merdeka pada 21 Mei 1998, yang disiarkan langsung melalui televisi.

Ruang Jepara, Ruang Raden Saleh, dan Ruang Resepsi adalah beberapa ruang penting di Istana Merdeka yang sering digunakan dalam acara kenegaraan.

Share
News Update
Pertamina Shares Self-Sustaining Energy Village Success Stories at COP 29

Pertamina Shares Self-Sustaining Energy Village Success Stories at COP 29

China Calls for Accelerated Construction of China-Thailand Railwa...

Chinese President Xi Jinping emphasized the importance of accelerating the construction of the China-Thailand Railway and expanding cooperation in innovative fields such as new energy, the digital economy, and artificial...

President Prabowo Highlights Indonesia's Renewable Energy Commitm...

President Prabowo also explained that Indonesia has great potential in developing green energy, including geothermal, hydro, solar power, and bioenergy.

Jakarta Residents Must Sort Waste to Avoid Retribution Fees

The Jakarta Provincial Government (Pemprov) will require residents to sort their waste starting January 1, 2025, to be exempt from the cleaning service levy (RPB).

2 Tourism Villages in Indonesia Receive Best Tourism Villages 202...

Jatiluwih Tourism Village (Bali) and Wukirsari Tourism Village (Special Region of Yogyakarta) won the “Best Tourism Villages 2024” award from the United Nations World Tourism Organization

Trending
LOCAL PALETTE
BEGINI CARANYA PERGI KE SUKU PEDALAMAN MENTAWAI - PART 1