• Saturday, 21 December 2024

Arti Penting Sumber Mata Air dalam Ritual Melukat di Bali

Arti Penting Sumber Mata Air dalam Ritual Melukat di Bali
potret masyarakat Bali yang dekat dengan air. Mereka pun membangun pura di dekatnya | Museum Nasional

Ritual melukat akan ditonjolkan dalam acara World Water Forum ke-10 yang berlangsung pada 18-25 Mei 2024 di Nusa Dua, Bali. Tiap delegasi nantinya tak hanya fokus ikut forum saja, mereka akan diajak berkeliling bali dan melakukan melukat ke tiga lokasi sumber mata air.

Lokasi itu adalah Pura Tirta Empul di Tampaksiring, Penglukatan Mumbul di Abiansemal, dan Penglukatan di Jatiluwih Tabanan. Pertanyaan muncul kenapa melukat hanya dilakukan di sumber mata air saja, tidak di laut atau danau?

Orang Bali tak pernah kekurangan ajian untuk memuliakan air. Air memiliki arti penting dalam kehidupan bagi seisi Pulau Dewata. Alasan itu membuat air selalu hadir dalam setiap ritus hidup orang bali, kelahiran hingga kematian.

Kehendak itu melahirkan upaya menjaga air. Upaya menjaga itu tak cuma berasal dari ucapan. Mereka menjaga air dengan seperangkat adat-istiadat, budaya, hingga tradisi. Di mana ada air, di situ orang Bali mensakralkan tempat itu.

Hasilnya segala macam ritual orang Bali sering kali memuliakan air. Ritual di air laut saja cukup banyak. Ada melasti, ngodalin, dan ngebejiang. Ritual itu memiliki peruntukan masing-masing. Melasti adalah penyucian diri sekala besar warga Bali dalam rangka menyambut Hari Raya Nyepi.

Ngodalin merupakan perayaan hari jadi tempat suci: pura. Terakhir ngebejiang yang notabene ritual menyucikan peralatan suci yang ada di dalam pura.

“Air laut merupakan Tirta Amertaning Kamandalu yaitu air suci yang akan memenuhi segala keinginan yang mulia. Itu sebabnya prosesi yadnya yaitu melasti, ngodalin, mlapas, maupun ngebejiang yang dituju adalah air yaitu lautan,” Desak Nyoman Seniwati dan I Gusti Ayu Ngurah dalam tulisannya di Jurnal Vidya Wertta berjudul Tradisi Melukat Pada Kehidupan Psiko-Spritual Masyarakat Bali (2020).

Upaya memuliakan air lainnya juga dilangsungkan di sumber mata air. Ritual yang dilakukan di tempat itu dikenal luas dengan melukat. Melukat sendiri berasal dari bahasa jawi dan bali yang berarti sebuah penyucian. Alias, prosesi penyucian baik jasmani, atau rohani.

Budayawan Bali, Mangku Alit Sidhi Mantra mengungkap prosesi penyucian itu sudah dilakukan sejak dulu kala, bahkan sejak Bali Kuno. Melukat pun sampai merasuk ke alam pikir manusia sebagai alam terkecil, mikrokosmos (bhuwana alit) maupun alam semesta, makrokosmos (Bhuwana agung).

Penyucian itu menurutnya sekarang dibagi jadi dua hal. Pembersihan jasmani dan pembersihan rohani. Pembersihan jasmani yang paling tepat adalah dengan menggunakan air. Beda hal dengan melukat untuk membersihkan rohani.

Ritual itu tidak hanya butuh air belaka. Konteks itu membutuhkan sebuah spiritualitas. Kadang pula spritualitas sebagai orang Hindu. Spritulitas itu dapat membuat air menjelma jadi tirta (air suci). Dalam hal ini, supaya tirta menjadi amarta, sebuah berkah.

“Di dalam konteks tirta pasti ada sebuah spirit yang dimainkan secara kemampuan dari pada alam, kemampuan dari pada sang pencipta, kemampuan dari orang-orang yang selama ini berada di dalam semangat. Inilah yang akhirnya bisa mesmbersihkan secara rohaninya, tetapi konteks dalam artian membersihkan diri jasmani berbeda,” ujar Mangku Alit saat dihubungi SEAToday.com, 9 Mei 2024.

Pentingnya Sumber Mata Air

Ritual melukat lazimnya dilakukan di sumber mata air. Pura Tirta Empul Tampaksiring di Tampaksiring, Penglukatan Mumbul di Abiansemal, dan Penglukatan di Jatiluwih Tabanan. Tempat-tempat itu dikenal luas sebagai sumber mata air orang Bali.

Prosesi melukat dalam konteks pembersihan jasmani saja sebenarnya dapat dilakukan di mana saja. Namun, prosesi yang merangkum melukat jasmani dan rohani sering kali dilakukan di mata air. Hampir pasti takkan dilakukan di pantai atau di danau.

Kondisi itu nyatanya memiliki alasan. Mangku Alit menyebut orang Bali percaya sumber mata air memiliki kualitas air yang terjaga. Tidak terkontaminasi dan murni. Kemurnian itu mampu menunjang ritual sehingga membawa keberkahan bagi kesehatan jasmani.

“Jadi, kenapa akhirnya dipilih sumber mata air, dalam artian sumber mata air ini mengandung komponen PH air (tingkat keasaman) yang baik untuk kulit. Itu konteknya,” jelas Mangku Alit.

Mangku Alit menyebut sumber-sumber mata air di Bali sudah benar-benar di jaga. Ada atau tidak, keuntungan secara ekonomi. Orang Bali lalu mensakralkan sumber mata air dengan membangun sebuah parahyangan (pura). Suatu ruang atau wadah bagi umat Hindu Bali menjalankan baktinya kepada Sang Pencipta.

“Sumber-sumber mata air di Bali itu benar-benar di jaga, dialokasikan, dan akhirnya dibuatkan sebuah parahyangan sebagai bentuk daripada kesadaran masyarakat Bali menjaga sumber mata air itu. Agar tetap terjaga, tidak terkontaminasi karena sumber air murni dari alam, tidak memiliki kontaminasi secara kimia, secara istilahnya polusi dan lain-lain,” tambahnya.

Semua itu dilakukan supaya sumber mata air tetap terjaga dan tak terkontaminasi apapun. Pengetahuan itu lalu dibagikan secara turun-temurun. Mereka yang melakukan pelukatan, orang Bali dan ataupun di luar Bali, hingga mancanegara bisa mendapatkan manfaat lebih dari ritual penyucian diri.

Share
News Update
Criminal Investigation Agency Question Cooperatives Minister Budi Arie Setiadi

Criminal Investigation Agency Question Cooperatives Minister Budi Arie Setiadi

Light Rain Expected Across Most of Jakarta

The BMKG forecasts light rain for most areas of Jakarta and the Thousand Islands on Thursday, (12/19/2024).

OIKN Targets Legislative, Judicial Buildings to be Completed in...

The Nusantara Authority (OIKN) is targeting the construction of legislative and judicial infrastructure to be completed by 2028.

The Ministry of Foreign Affairs Confirms No Indonesian Citizens A...

The Indonesian Ministry of Foreign Affairs has confirmed that no Indonesian citizens (WNI) were victims of the 7.3-magnitude earthquake that struck Vanuatu on Tuesday, December 17, 2024

Bogor Police to Implement Car-Free Night in Puncak to Ease New Ye...

Bogor Police implement Car-Free Night in Puncak for New Year's Eve from 6 PM to 2.30 AM, with traffic diversions, odd-even rule, and a one-way system.

Trending Topic