• Wednesday, 18 December 2024

Ferdinand Marcos dan Korupsinya: Kisah Pemimpin Filipina Jadi Presiden Nomor Dua Terkorup Dunia

Ferdinand Marcos dan Korupsinya: Kisah Pemimpin Filipina Jadi Presiden Nomor Dua Terkorup Dunia
Ferdinand Marcos kala diangkat kembali menjadi Presiden pada 1969 | Wikimedia Commons/Istimewa

SEAToday.com, Jakarta - Pukulan telak kaum koruptor sedunia terjadi pada setiap tanggal 9 Desember. Hari itu warga dunia merayakan Hari Antikorupsi Sedunia. Peringatan itu punya tujuan mulia. Suatu tujuan untuk meningkatkan kesadaran akan bahaya korupsi.

Kondisi itu membuat ide-ide memberantas korupsi lahir. Dulu kala, korupsi pernah sulit diberantas di Asia Tenggara. Filipina, misalnya. Korupsi sudah merajalela dari bawahan hingga atasan: Presiden Ferdinand Marcos. Negara pun selalu gagal menyita harta hasil korupsinya. Begini ceritanya.

Upaya memilih seorang pemimpin tak boleh sembarang. Bibit bobot bebetnya harus jadi bahan pertimbangan. Jika kita coba asal-asalan memilih pemimpin, niscaya figur seperti Presiden Filipina era 1965-1983, Ferdinand Emmanuel Edralin Marcos Sr yang didapat.

Pria kelahiran Ilocos Norte, 11 September 1917 itu awalnya membawa angin segar perubahan. Belakangan justru jadi petaka bagi rakyat Filipina. Kepemimpinannya jauh dari menyejahterakan rakyat.

Ayah dari Bongbong Marcos itu jusru sibuk memikirkan agenda kekuasaan pribadi. Konon, satu-satunya hal dipikirkan adalah bagaimana bisa mempertahan kekuasaan. Pikiran-pikiran itu membuatnya sembarang saja menjalankan agenda represif.

Barang siapa yang menggoyang kuasanya, niscaya akan dihilangkan. Marcos percaya diri karena militer di belakangnya. Ia mudah saja meminta militer untuk menculik hingga bunuh lawan politik. Artinya, nyawa seseorang tak ada harganya di rezim Marcos.

“Berdasar data Amnesti Internasional dan lembaga-lembaga pegiat HAM, selama rezim Marcos diduga terjadi kurang lebih 3.275 pembunuhan di luar jalur hukum. Banyak korban penculikan disiksa, kemudian tubuhnya dimutilasi lalu dibuang di pinggir jalan. Tujuannya agar dilihat masyarakat dan menjadi peringatan bagi kubu oposisi,” ujar Iwan Santosa dalam tulisanya di Harian Kompas berjudul Ferdinand Marcos: Demokrasi Basa-basi dan Korupsi, 27 Oktober 2022.

Rezim Korup

Pembunuhan demi pembunuhan membuat Marcos kerap dianggap sebagai diktator terkutuk. Namun, gelar Marcos bukan itu saja. Ia telah memborong gelar lainnya. Kadang disebut pembohong. Kadang juga yang paling penting koruptor.

Sikap represif rezim Marcos membuat kekuasaannya langgeng. Kondisi itu membuat Marcos mulai bekerja untuk memperkaya diri sendiri. Modusnya adalah dengan sengaja mengaliri dana ke 270 lebih perusahaan. Beberapa di antara perusahaan fiktik.

Aset yang dimiliki perusahaan pun bermacam-macam. Ada tanah, kapal, hingga pesawat terbang. Marcos mulai mencoba menyimpan hartanya ke luar negeri. Kondisi itu supaya hartanya aman, sekalipun nantinya tak lagi berkuasa.

“Sebagian besar hartanya ada di luar negeri, dalam bentuk rekening bank Swiss, real estate AS, dan rekening bank yang lebih kecil serta investasi di Bahama, Panama, Antillen Belanda, Brasil, dan beberapa negara lainnya,” ungkap Gregg Jones dalam tulisannya di The Washington Post berjudul Marcos Investigation Sabotaged by Loyalist, 22 Februari 1988.

Potret rakusnya rezim Marcos juga diperlihatkan dengan gaya glamor Marcos dan Ibu Negara, Imelda Marcos. Marcos kerap menghambur-hamburkan duit negara untuk pesta. Istrinya pun tak jauh beda. Ia malah menggunakan uang negara untuk membeli sepatu mewah yang mencapai 7 ribu lebih pasang sepatu – sepatu yang dikonfirmasi resmi mencapai 1.600 pasang.

Gaya hidup mewah itu membuat rakyat Filipina kian geram. Kekegeraman kian bertambah kala pemimpin opisisi Benigno ‘Ninoy’ Aquino. Kondisi Filipina kemudian mencekam. Rakyat turun ke jalan menuntut Marcos muncul dan berhasil pada 1983.

Marcos pun kabur ke Hawaii, AS bersama dengan berpeti-peti harta dan uang hasil korupsinya. Ada pun harta yang ketinggalan adalah barang-barang mewah milik istrinya Imelda Marcos, dari koleksi gaun hingga sepatu mewah.

Susahnya Cari Harta Koruptor

Urusan Marcos dengan negara belum habis. Ia boleh tak berkuasa lagi, tapi uang negara hasil korupsinya terus diburu oleh pemerintahan yang baru di bawah kuasa istri Ninoy Aquino: Corazon Aquino. Wanita yang akrab disapa Cory itu tak mau melepaskan Marcos begitu saja.

Ia kemudian membentuk komisi khusus, Presidential Commission on Good Governance (PCGG). Komisi itu berisikan lima orang anggota dan 100 pengacara. Kehadiran PCGG diharapkan bisa menyelamatkan uang negera yang digorong Marcos.

Total harta yang digarong Marcos dari negara pun tak sedikit. Jumlahnya paling sedikit mencapai 10 miliar dolar AS. Harta itu tersebar di berbagai negara. Ada yang berbentuk deposito, saham, hingga properti.

Komisi itu bergerak cepat. Mereka mencoba mencari tahu rekening bank tempat uang Marcos disimpan. Mereka menemukan bahwa ada rekening putri Marcos, Irene Marcos di sebuah bank di Swiss yang mencapai 13,2 miliar dolar AS.

Harta itu tak melulu uang belaka. Bahkan, simpannya menyangkut pula ratusan ton emas. Masalahnya tak semudah itu mencoba mengembalikan uang yang sudah disimpan di luar negeri. Negara-negara di dunia punya regulasi yang berbeda, regulasi yang sulit ditembus. Alhasil, pemerintah Filipina hanya gigit jari.

“Dari 21 gugatan yang diajukan PCGG – Sampai tahun 1998—kepada perusahaan yang terkait dengan Marcos, belum satu pun yang dimenangi pemerintah. Beberapa kasus di antaranya bahkan sudah gugur demi hukum karena batas waktu penyidikan telah lewat,” tegas Johan Budi dalam tulisannya di majalah Tempo berjudul Sulitnya Memburu Harta Koruptor, 18 Juni 2000.

Upaya mencari harta korupsi Marcos memang giat dilakukan. Namun, urusannya balik tidaknya ke negara lain soal. Buktinya tak banyak harta Marcos yang bisa kembali ke pemerintah. Kondisi itu seraya menganggap bahwa koruptor bisa hidup tenang, tanpa takut hartanya disita negara.

Buktinya Marcos boleh saja sudah meninggal dunia pada 1980. Namun, hartanya belum kunjung kembali ke negara. Bekal pengetahuan kasus Marcos bak menginspirasi koruptor di dunia melakukan hal serupa.

Marcos lalu didaulat Transparency International pada 2004 lewat Forbes sebagai Presiden Terkorup Dunia nomor dua pada 2004. Ia berada tepat di bawah Presiden Indonesia era 1968-1998, Soeharto. 

 

Share
News Update
OIKN Targets Legislative, Judicial Buildings  to be Completed in 2028

OIKN Targets Legislative, Judicial Buildings to be Completed in 2028

The Ministry of Foreign Affairs Confirms No Indonesian Citizens A...

The Indonesian Ministry of Foreign Affairs has confirmed that no Indonesian citizens (WNI) were victims of the 7.3-magnitude earthquake that struck Vanuatu on Tuesday, December 17, 2024

Bogor Police to Implement Car-Free Night in Puncak to Ease New Ye...

Bogor Police implement Car-Free Night in Puncak for New Year's Eve from 6 PM to 2.30 AM, with traffic diversions, odd-even rule, and a one-way system.

Powerful 7.3 Magnitude Earthquake Strikes Vanuatu, Causing Extens...

A powerful magnitude 7.3 earthquake struck just 30 km off the coast of Vanuatu's capital, Port Vila, on Tuesday (12/17), triggering landslides and flattening multiple buildings, including several embassies.

BMKG Forecasts Most Jakarta Areas Will See Rain on Tuesday Aftern...

On Tuesday, (12/17/2024), BMKG predicts rainfall across the majority of Jakarta's administrative regions during the afternoon.

Trending Topic