• Kamis, 19 September 2024

Sisi lain Peristiwa Rengasdengklok: Bung Hatta Dikencingi Guntur Soekarnoputra

Sisi lain Peristiwa Rengasdengklok: Bung Hatta Dikencingi Guntur Soekarnoputra
Bung Karno dan Bung Hatta berdiskusi saat berada di Rengasdengklok terkait upaya memerdekakan bangsa Indonesia | Wikimediacommons.org/Istimewa

SEAToday.com, Jakarta - Upaya penculikan Soekarno dan Mohammad Hatta ke Rengasdengkok jadi peristiwa yang paling menentukan dalam sejarah kemerdekaan Indonesia. Momentum itu jadi muara penyatuan pikiran antara pejuang golongan tua-muda.

Perdebatan sengit memang terjadi. Saling meremehkan tak terhindarkan. Namun, peristiwa itu tak melulu berisi tensi panas. Ada juga peristiwa yang memancing gelak tawa. Bung Hatta justru dikencingi anak kecil dan terpaksa tak bisa salat di Rengasdengklok. Begini ceritanya.

Tiada harapan lagi bagi Jepang untuk dapat menang dalam Perang Pasifik. Mereka kalah telak. Hiroshima dan Nagasaki dibombardir musuh. Kondisi itu memaksa Jepang menyerah kepada sekutu pada 14 Agustus 1945.

Gaung menyerahnya Jepang sampai ke telinga pejuang kemerdekaan. Informasi itu diteruskan dari mulut ke mulut. Namun, dua golongan pejuang kemerdekaan –tua dan muda—punya respons berbeda. Golongan tua tak ingin terburu-terburu. Golongan muda sebaliknya.

Pejuang golongan tua diisi oleh Soekarno, Mohammad Hatta, hingga Achmad Soebardjo. Pejuangan golongan muda diisi oleh Sukarni, Sayuti Melik, hingga Wikana. Golongan muda ambil sikap.

Mereka mencoba siasat memaksa golongan tua untuk segera memerdekaan bangsa Indonesia pada 15 Agustus 1945. Hasilnya nihil. Soekarno dan Hatta keukeuh tak mau.

Golongan muda mencoba menunjukkan keseriusan. Mereka mencoba jalan penculikan. Golongan muda menculik Soekarno dan Hatta di waktu sahur (bulan Ramadan) pada 16 Agustus 1945. Namun, Soekarno tak ciut. Ia bahkan membawa istrinya Fatmawati dan anak pertamanya, Guntur Soekarnoputra.

“Dua kendaraan berhenti di pinggir jalan. Di dalam kendaraan terdepan duduk tawanan lain, Hatta, yang tampak rasa jemu di wajahnya. Dalam kedaraan kedua terdapat lebih banyak tentara dan kaleng-kaleng makanan, cukup untuk kebutuhan selama berberapa hari,” ungkap Bung Karno ditulis Cindy Adams dalam buku Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia (2014).

Perjalanan ke Rengasdengklok

Drama penculikan kedua tokoh golongan tua, Soekarno-Hatta berlangsung cepat. Golongan muda ternyata lebih dulu menculik Hatta. Mereka lalu melangkah maju ke rumah Bung Karno di jalan pegangsaan Timur 56.

Bung Karno, Hatta, Fatmawati, dan Guntur ditempatkan dalam satu mobil. Satu mobil lainnya diisi oleh golongan muda dengan kaleng-kaleng makanan yang cukup untuk kebutuhan beberapa hari. Mereka nurut saja mau dibawa ke mana -- belakangan diketahui ke Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat. 

Perjalanan tak mulus-mulus saja. Mereka terpaksa harus ganti kendaraan. Pergantian itu dirasakan penting supaya bebas dari penjagaan Jepang. Mereka akhirnya menggunakan sebuah truk yang disita dari garnisun Pasukan Pembela Tanah Air (PETA) di Jakarta.

Fatmawati bersama Guntur duduk di sebelah supir. Bung Karno dan Bung Hatta duduk di bak truk bersama puluhan orang lainnya. Perjalanan lalu diarahkan ke kota terpencil Rengasdengklok di Karawang, Jawa Barat. Mereka diminta menunggu pondok dekat sawah.

“Lalu pindah lagi ke sebuah surau. Di sini kami beristirahat berganti-ganti menjaga Guntur kecil, karena katanya ada Jepang datang, tak lama kami pun pindah ke asrama Peta, menyeberang sungai. Setelah itu pindah ke rumah Djiauw Sie Siong,” ungkap Fatmawati Soekarno dalam buku Catatan Kecil Bersama Bung Karno (2016).

Bung Hatta Dikencingi

Aktivitas Bung Karno dan Bung Hatta di rumah tuan tanah China yang baru sata dikosongkan diisi dengan kegelisahan. Mereka menganggap pemuda telah bernyali melakukan revolusi. Kegiatan itu membuat Soekarno dan Hatta seraya diamankan dan memaksa mereka mau mengumandangkan Indonesia merdeka.

Kegelisahan itu segera luntur kala melihat tingkah anak Soekarno,Guntur. Bayi yang baru berusia Sembilan bulan itu sedang lucu-lucunya. Bung karno, Bung hatta, dan Fatmawati lalu menjaganya secara bergantian. Tak disangka Bung hatta semangat mengasuh Guntur.

Bung Hatta coba memangkunya dengan penuh cinta. Malang tak dapat ditolak, Bung Hatta ketiban apes. Guntur mengencinginya dan celana Bung Hatta jadi basah. Hatta lalu cepat-cepat menurunkan Guntur ke lantai.

Kondisi itu jadi kejadian lucu dan memancing gelak tawa. Sebab, beberapa waktu yang lalu kala perjalanan pulang dari Dalat, Vietnam, Hatta juga terkena air kencing Soekarno. Pengalaman itu terus berdiam dalam memori pejuang kemerdekaan.

Peristiwa Hatta dikencingi Guntur justru memancing kembali ingatan hal itu. Nasib Hatta kian malang karena pria yang dijuluki Jepang sebagai Gandhi of Java itu tak sempat membawa pakaian dan celana ganti. Padahal, mulanya hampir disiapkan oleh kemenakannya pada saat masih di Jakarta.

“Aku tidak dapat bersalin celana, karena sepotong pakaian pun tidak ada yang kubawa dari Jakarta. Waktu kemenakanku di Jakarta mau menyediakan beberapa helai pakaian untuk dibawa, aku menolak karena dalam perasaan aku tidak lama meninggalkan Jakarta,” tegas Bung Hatta dalam buku Memoir (1979).

Mau tak mau Hatta terus memakai celana yang sebagian basah itu. Bahkan, sampai kering sendiri. Masalahnya Hatta jadi tak dapat dalam menunaikan kewajibannya sebagai Muslim untuk salat karena celana terkontaminasi kencing bayi – termasuk najis.

Artinya, Hatta terpaksa menggunakan celana itu hingga kering ke Jakarta. Mereka sampai Jakarta pada pukul 08:00 malam. Rumah yang dituju pertama kali adalah rumah Bung Hatta yang berada di Oranje Boulevard 57, bukan Jalan Pegangsaan Timur 56 yang notabene kediaman Bung Karno.

Konon, supaya Bung Hatta segera dapat mengganti pakaian. Fatmawati dan Guntur pun segera dijemput pulang ke Pegangsaan Timur 56. Bung Karno dan Hatta berbeda haluan. Mereka melanjutkan perundingan ke rumah petinggi Angkatan Laut Jepang, Laksamana Maeda untuk perumusan naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Kisah itu membuktikan bahwa di tengah peristiwa menegangkan, ada saja hal yang mampu mengundang tawa.

 

Share
Berita Terkini
14 Perjalanan Whoosh Dibatalkan Akibat Gempa di Kabupaten Bandung

14 Perjalanan Whoosh Dibatalkan Akibat Gempa di Kabupaten Bandung

262 Orang Meninggal Akibat Topan Yagi di Vietnam

Media Vietnam melaporkan 29 orang tewas dalam 24 jam terakhir akibat topan Yagi, menambah total korban tewas akibat topan tersebut di Vietnam menjadi 262 orang.

Australia akan Batasi Akses Anak ke Sosial Media

Pemerintah Australia, Selasa (10/9) menyatakan jika tahun ini akan mengesahkan undang-undang tentang usia minimum bagi anak-anak untuk mengakses media sosial.

64 Meninggal, Ratusan Terluka akibat Topan Super Yagi Melanda Vie...

Jumlah korban meninggal di Vietnam meningkat menjadi sedikitnya 64 orang, Senin (9/9), sementara ratusan orang lainnya terluka akibat topan super Yagi yang melanda dan menyebabkan banjir serta tanah longsor.

Peneliti BRIN Publikasikan Spesies Baru Endemik Indonesia Anggrek...

Peneliti Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mempublikasikan temuan tanaman anggrek spesies baru dari pulau Sulawesi yang dikenal masyarakat sebagai Anggrek Kuku Macan.

Trending Topic
Trending Topic
Trending
Trending
Popular Post

Sekolah Dasar Muhammadiyah di Sidoarjo Menerapkan Waktu Tidur Sia...

SD Muhammadiyah 4 Zamzam di Sidoarjo, Jawa Timur, menjadikan tidur siang sebagai salah satu pelajaran yang wajib diikuti siswa.

Peltu (Purn) Tatang Koswara Penembak Jitu Indonesia yang Diakui...

Tatang Koswara, lahir di Cibaduyut pada 12 Desember 1946 adalah salah satu penembak jitu (sniper) Indonesia yang diakui dunia.

Ghisca Debora Berniat Meraup Untung Rp250 Ribu per Tiket dari Pen...

Ghisca Debora Aritonang, tersangka penipuan tiket Coldplay, meraup keuntungan sebesar Rp250.000 per tiket.

Ketua KPK Firli Bahuri Ditetapkan sebagai Tersangka

Polda Metro Jaya menetapkan Ketua KPK Firli Bahuri sebagai tersangka dalam kasus dugaan pemerasan terhadap mantan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo.