• Friday, 22 November 2024

Imelda Marcos dan Hidup Mewah: Ribuan Koleksi Sepatu dari Uang Korupsi Suaminya

Imelda Marcos dan Hidup Mewah: Ribuan Koleksi Sepatu dari Uang Korupsi Suaminya
momentum Imelda Marcos mendampingi Suaminya Presiden Filipina, Ferdinan Marcos menyambut Presiden Amerika Serikat, Lyndon Johnson di Filipina pada 1966 | Gedung Putih AS

SEAToday.com, Jakarta - Artis kenamaan Indonesia, Sandra Dewi ketiban apes gara-gara terseret kasus korupsi suaminya, Harvey Moeis. Kasus itu membuat 88 tas mewah milik Sandra disita jaksa. Jaksa menduga tas mewah itu hasil korupsi pengelolaan timah.

Kasus korupsi yang melibatkan pasangan hidup memang tak sedikit. Namun, hanya ada satu nama yang benar-benar memuncaki daftar penikmat korupsi suaminya. Siapa lagi kalau bukan mantan Ibu Negara Filipina, Imelda Marcos. Koleksi sepatu mewahnya bejibun dari hasil suaminya tilap duit negara. Begini ceritanya.

Ferdinand Emmanuel Edralin Marcos Sr pernah membawa angin segar bagi seisi Filipina. Pria kelahiran Ilocos Norte, 11 September 1917 itu pandai mengemas citranya sebagai nasionalis sejati. Pencitraan itu nyatanya jadi makanan rakyat Filipina.

Rakyat Filipina bak kerbau yang dicolok hidungnya, alias mengikut saja. Mereka percaya Marcos punya sumbangsih besar bagi negara, sebagai pejuang kemerdekaan. Narasi itu terus dikemas dan diceritakan berulang-ulang, padahal tak benar. Kemasan yang berulang-ulang itu mulai dianggap fakta.

Cara itu nyatanya membawa Marcos naik sebagai Presiden Filipina pada 1965. Ayah dari Bongbong Marcos (Presiden Filipina saat ini) mulai menancapkan pengaruhnya. Namun, rakyat bukan jadi yang utama. Marcos justru memilih menjalankan ambisi kekuasaan pribadi.

Uang negara banyak masuk kantong pribadi dan kroninya, ketimbang kesejahteraan rakyat. Ambisi itu membawanya mengontrol berita hingga rakyat. Rezim marcos pun dikenal antikritik dan represif. Barang siapa yang mengkritik akan ditahan – bahkan dibunuh.  

“Ini adalah sistem yang memungkinkan teman dan kerabat tertentu dari Presiden Marcos dan istrinya memperoleh kekayaan besar dan kekuasaan ekonomi melalui bantuan dan hak istimewa khusus yang diberikan oleh pemerintah.  Ajian itu terus menguntungkan beberapa kroni melalui dana talangan pemerintah bahkan setelah perusahaan mereka bangkrut,” ujar William Branigin dalam tulisannya di surat kabar Washington Post berjudul 'Crony Capitalism' Blamed for Economic Crisis, 15 Agustus 1985.

Korupsi Gila-Gilaan

Korupnya Marcos bukan pepesan kosong belaka. Majalah Forbes tahun 2004 saja sampai menempatkannya sebagai presiden nomor dua terkorup di dunia. Posisi itu hanya dikalahkan oleh Presiden Indonesia Kedua, Soeharto yang menempati posisi pertama.

Kekayaan dari hasil korupsi bahkan sudah jadi rahasia umum di Filipina. Namun, sepanjang Marcos berkuasa tiada yang berani menggoyang kekuasaannya – apalagi ungkap korupsi. Risiko besar ada di baliknya. Kondisi itu membuat Marcos dan kroninya memperkaya dirinya.

Korupsi yang dihasilkan Marcos mengalir ke mana-mana. Rata-rata uang negara mengalir ke 270 lebih perusaaan – beberapa di antara perusahaan fiktif. Aset yang dimiliki perusahaan itu jika ditotal meliputi tanah, kapal, hingga pesawat terbang.

Uang tak sah sampai disempunyikan ke luar negeri. Marcos juga mengikuti tren pemimpin korup di dunia lainnya yang menyimpan uang di Bank Swiss. Siasat itu dilakukan supaya uang yang disimpan terjaga keamanannya.

“Sebagian besar hartanya ada di luar negeri, dalam bentuk rekening bank Swiss, real estate AS, dan rekening bank yang lebih kecil serta investasi di Bahama, Panama, Antillen Belanda, Brasil, dan beberapa negara lainnya,” ungkap Gregg Jones dalam tulisannya di The Washington Post berjudul  Marcos Investigation Sabotaged by Loyalist, 22 Februari 1988.

Kekayaan yang didapat dengan tak sah itu membuat rakyat Filipina geram bukan main. Potret rakusnya Marcos digambarkan seraya menari di atas penderitaan rakyat Filipina. Suatu hal yang nantinya jadi bom waktu.

Koleksi Sepatu Mewah Imelda Marcos

Hasil korupsi yang dilakukan Marcos dinikmati juga orang terdekatnya. Istrinya Imelda Marcos jadi orang yang paling memanfaatkan hasil korupsi suaminya. Imelda bak hidup seperti orang kaya baru (OKB) saat suaminya jadi Presiden Filipina.

Tiada yang tak mampu dibelinya. Gaya hidupnya glamor. Ia bisa menghabiskan jutaan dolar AS hanya beberapa hari. Ia seraya ingin menguasai seluruh barang mewah yang ada di pasaran. Apalagi, barang itu hasil atau buatan dari jenama kelas dunia.

Sesuatu yang paling menarik adalah jumlah koleksi sepatu mewahnya. Imelda menjadikan Istana Kepresidenan Malacanang bak lemari penyimpanan sepatu mewah. Beberapa sepatu juga ditempatkan di rumahnya yang lain.

Media massa kala Marcos berkuasa memperkirakan koleksi sepatunya mencapai 7 ribu lebih pasang sepatu – belakangan jumlah itu dikonfirmasi menyusut jadi 1.600 pasang sepatu.

Sepatu-sepatunya beragam jenis dari sepatu hak tinggi hingga sepatu bot. Koleksinya pun membuat orang-orang terperangah. Wanita berjuluk Kupu-Kupu Besi itu bak jadi wanita pertama dunia yang memiliki sepatu mewah bejibun.

Biasanya orang hanya mampu mengoleksi hingga ratusan sepatu. Itupun hanya segelintir orang saja. Namun, Imelda berbeda-beda. Sepatu-sepatunya juga berasal dari jenama ternama dunia. Ada Ferragamo, Chanel, Charles Jourdan, Bally, hingga Givenchy.

Gaya hidup itu jelas jadi bahan pergunjingan seisi Filipina. Ia bisa memiliki sepatu begitu banyak, sementara jutaan rakyat Filipina hidup dalam kemiskinan. Nestapa rakyat Filipina belum berakhir. Imelda juga memiliki koleksi perhiasan dengan harga yang fantastis.

“Selain sepatu, telah dihitung pula 508 gaun malam, 427 gaun pendek, 888 tas tangan, 464 syal, 664 sapu tangan, 71 kaca mata, serta 64 payung,” tertulis dalam laporan majalah Tempo berjudul Sepatu Koleksi Imelda, 21 Februari 1987.

Hidup glamor istri Presiden Marcos kian membuat geram. Rakyat Filipina pun mulai melawan. Apalagi, setelah terbunuhnya tokoh oposisi, Benigno ‘Ninoy’ Aquino. Pembangkangan sipil pun terjadi di mana-mana.

Kondisi itu membuat Marcos dan keluarganya yang takut diganyang rakyat Filipina melarikan diri ke Hawaii, Amerika Serikat (AS) pada 1986. Pelarian itu membawa serta hasil korupsi mereka –uang berjumlah besar sudah pasti. Konon, mereka membawa harta kekayaan itu dengan 300 peti kayu.

Namun, sepatu Imelda tak semuanya dapat terbawa. Sepatunya yang berada di Istana Malacanang berjumlah 1.600 pasang tertinggal. Sepatu itu kemudian jadi simbol keserakahan rezim Marcos. Beberapa sepatu itu akhirnya di pamer di beberapa tempat: Istana Malacanang dan Museum Sepatu Marikina jadi tempat pajang sepatu paling populer.    

 

 

 

Share
News Update
UN Condemns Security Council’s Failure to Pass Crucial Ceasefire Resolution

UN Condemns Security Council’s Failure to Pass Crucial Ceasefire Resolution

Erick Thohir Officially Inaugurates New Board for Indonesian Futs...

The formation of the new management for these two federations under PSSI aims to align all stakeholders related to football in Indonesia.

BAZNAS to Build Hospitals, Mosques, Schools in Gaza Recovery Prog...

The funds to be used are the donation funds that are still being held for the Palestinian people. According to him, the donation for Palestine titled “Membasuh Luka Palestina”

Ngurah Rai Airport Expands Access to Nusantara via Balikpapan wit...

General Manager of PT Angkasa Pura Indonesia I Gusti Ngurah Rai Airport Ahmad Syaugi Shahab in Denpasar, on Wednesday (11/20), said this route adds connection opportunities to the State Capital of the Archipelago.

Minister Yusril Clarifies: Mary Jane Veloso Transferred, Not Rele...

Yusril explained that the Indonesian government had received an official request from the Philippine government regarding the transfer of Mary Jane Veloso. The transfer can be carried out if the conditions set by the Ind...

Trending
LOCAL PALETTE
BEGINI CARANYA PERGI KE SUKU PEDALAMAN MENTAWAI - PART 1