• Thursday, 22 May 2025

Sejarah Singapura Bangun Pulau Sampah: Pulau Semakau

Sejarah Singapura Bangun Pulau Sampah: Pulau Semakau
Pulau Semakau, Pulau Sampah andalan Singapura | islandnation.sg

SEAToday.com, Jakarta-Baru-baru ini Pj Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono melemparkan ide untuk membangun pulau sampah. Keinginan itu karena Jakarta takkan dapat bergantung selamanya mengandalkan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang.

Ide Pulau Sampah mendapatkan pro dan kontra. Namun, ide itu sebenarnya bukan pertama kali muncul di Asia. Singapura sudah lebih dulu memiliki pikiran membangun sebuah pulau sampah. Orang-orang mengenal pulau itu dengan nama Pulau Semakau. Inilah kisah lengkapnya.

Urusan sampah sering kali jadi masalah di dunia. Singapura yang terkenal sebagai negara terbersih di Asia pernah mengalaminya. Pemerintah Singapura era 1970-an pernah dibuat sibuk oleh urusan sampah.

Masalah sampah muncul karena laju pertambahan penduduk dan pembangunan kian masif. Kondisi itu ditunjang pula oleh pembangunan ekonomi yang mulai menyasar sektor industri hingga jasa. Sampah yang diproduksi satu Singapura – limbah padat jadi meningkat.

Tiap tahun pasti ada penambahan volume sampah yang signifikan. Pemerintah Singapura mulai beride. Mereka mulai menerapkan teknologi pembakaran sampah sekaligus pembangkit listrik yang dikenal dengan incinerator.

Teknologi itu ditempatkan di beberapa titik. Tujuannya supaya sampah tak langsung di bawah ke TPA Lorong Halus – Tempat Pembuangan Akhir (TPA) satu-satunya di Singapura. Sampah yang ada mulai dikumpulkan dulu – dari perkantoran, pemukiman, jalan, dan lain-lain.

Sampah yang terkumpul lalu dibawa ke pusat pembakaran incinerator untuk dibakar lebih dulu. Hasil limbah pembakaran baru dibawa ke TPA Lorong Halus. Tindakan itu diyakini dapat mengurangi volume sampah hingga 90 persen. Namun, daya tampung TPA Lorong Halus mulai menyusut.

Pemerintah Singapura mencanangkan rencana pembangunan TPA yang mampu menampung volume sampah lebih banyak. Keputusan itu tak mudah. Singapura mulai kekurangan lahan. Rencana membuat TPA yang dapat berfungsi untuk 40-50 tahun tak memungkinkan dilakukan di daratan Negeri Singa.

Pulau Sampah Semakau

Ide tak biasa akhirnya muncul. Pemerintah berencana membangun TPA di tengah laut. Keinginan itu memiliki alasan masuk akal. Pemerintah ingin TPA memiliki daya tampung besar dan bisa mengelola sampah dengan baik.

Istimewanya ide itu disetujui dan mulai dijalankan pada 1994. Proyek besar itu memakan dana lebih dari 360 juta dolar. Pemerintah memilih dua pulau langsung untuk Pulau Semakau dan Pulau Sakeng sebagai tempat TPA.

Mereka menamakannya TPA Semakau. TPA itu pun mulai dioperasikan pada 1999 dan membuat TPA Lorong Halus pensiun.  

“TPA Semakau adalah tempat pembuangan sampah lepas pantai pertama di dunia. TPA itu dibuat dengan menggabungkan dua pulau – Pulau Semakau dan Pulau Sakeng – dan menutup ruang laut di antara keduanya, tempat abu hasil pembakaran dan limbah lainnya dibuang,” ucap Shabana Begum dalam tulisannya di laman The Straits Times berjudul Can Semakau Landfill’s Lifespan be Extended with Full Capacity Looming, 13 November 2023.

Pembukaan TPA Semakau lalu diikuti dengan gebrakan pemerintah yang menambah pusat pembakaran incinerator di kota. Penambahan itu dilakukan supaya semakin optimal limbah yang nantinya akan dikirim ke Pulau Semakau.

“Singapura memiliki empat incinerator berkapasitas besar dan modern. Incinerator pertama dioperasikan sejak tahun 1979 di Ulu Pandan dangan kapasitas 1.100 ton/hari. kedua dl Tuas sejak tahun 1986 dengan kapasitas 1.700 ton/hari, ketiga di Senoko sejak tahun 1992 dengan kapasitas 2.400 ton/hari. Sedangkan incinerator yang paling akhir dioperasikan sejak tahun 2000 berada di Tuas Selatan. Incinerator tersebut merupakan incinerator yang paling lengkap dan modern dengan kapasitas paling besar di dunia yakni 3000 ton/hari,” kata Sri Wahyono dalam tulisannya di Jurnal Teknologi Lingkungan BPPT berjudul Penerapan Teknologi Tinggi Untuk Pengelolaan Limbah Padat Di Singapura (2004).

Kehadiran incinerator itu membantu sekali urusan pengelolaan sampah di Singapura. Pemerintah hanya tinggal mengumpulkan sampah, membakarnya, dan hasil pembakaran dibuang ke Pulau Semakau.

Pembuangan tak sembarang.  Hasil limbah akan dibuang ke beberapa lubang (kolam) yang nantinya akan ditutupi dengan tanah. Belakangan di atas limbah itu ditumbuhi oleh pohon-pohon dan tanaman lainnya secara alami. Kondisi Pulau Semakau jadi tetap terjaga dan bersih.

Jadi Destinasi Wisata Singapura

Limbah yang dibuang ke Semakau tak berbau, Tidak pula membuat lingkungan rusak. Bonusnya banyak di antara pepohonan dan hewan liar mulai hadir dan berkembang biak di Pulau Semakau. Potret itu membuat banyak orang tak menyangka pulau itu adalah TPA.

“Namun TPA Semakau adalah satu-satunya TPA aktif yang menerima limbah pembakaran dan industri, sekaligus mendukung ekosistem yang berkembang. TPA itu  mencakup lebih dari 700 jenis tumbuhan dan hewan serta beberapa spesies yang terancam punah,” ungkap Lindsey Hoshaw dalam tulisannya di laman The New York Times berjudul Refuse Collects Here, but Visitors and Wildlife Can Breathe Free, 15 Agustus 2011.

Pemerintah Singapura mulai berpikir untuk menjadikan Pulau Semakau sebagai tempat wisata pada 2005. Uji coba dilakukan. Hasilnya membawa kegembiraan. Pulau Semakau jadi salah satu primadona wisata Singapura.

Peminatnya kian bertambah tiap tahunnya. Tahun 2005 saja pengunjung dapat menyentuh angka 4 ribu pengunjung. Jumlah itu meningkat tajam dalam waktu lima tahun saja. Angka itu menjadi 13 ribu pengunjung pada 2010. Mereka yang datang pun tak lupa melemparkan pujian.

“Lahan limbah (Pulau Semakau) ini sangat bersih sehingga 30 meter dari tempat pembuangan itu terdapat peternakan ikan yang 100 persen aman untuk dimakan. Pemandangannya juga sangat indah, sampai-sampai banyak pasangan yang datang ke Semakau untuk melakukan foto pre-wedding,” cerita Nuseir Yassin (Nas Daily) dalam buku Around The World In 60 Seconds (2021).

Kisah Pulau Semakau jadi salah satu bukti totalitas pemerintah Singapura mengurusi urusan sampah. Mereka membuktikan membangun pulau sampah bukan hal yang mustahil. Jadi, orang-orang tak perlu heran ketika Singapura disebut sebagai salah satu negara terbersih di Benua Asia. Bukan hanya jago kandang di Asia Tenggara saja.

 

Share
Insight Indonesia
Indonesia Responds to US Tariffs with Tax Relief Measures

Indonesia Responds to US Tariffs with Tax Relief Measures

TNI Law Amendments Officially Passed by Parliament

The Bill on Amendments to Law Number 34 of 2004 on the Indonesian National Armed Forces (TNI) has been approved

President Prabowo Leads Meeting on Downstream Industry Accelerati...

President Prabowo Subianto held a limited meeting with several cabinet ministers at his residence in Hambalang, Bogor

Japan's Prime Minister Supports Indonesia to Become a Member of O...

Japan's Prime Minister, Shigeru Ishiba, expressed his support for Indonesia's efforts to become a full member of the Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), which currently consists of 38 countries...

Muhammadiyah: Ramadan 2025 Begins March 1, Eid Falls on March 30

Muhammadiyah Central Leadership (PP), Tuesday (7/1), officially set the beginning of Ramadan 1446 Hijri on March 1, 2025. Meanwhile, Eid al-Fitr or Lebaran will fall on March 30, 2025.

Trending Topic
Weather Forecast
Weather Forecast Today: Rain Across Jakarta

Weather Forecast Today: Rain Across Jakarta

Weather Forecast Today: From Light Rain to Cloudy

The Meteorology, Climatology, and Geophysics Agency (BMKG) predicts that rain with varying intensities will fall in several regions in Indonesia.

Weather Forecast Today: Light Rain in Some Cities

Light rain has the potential to fall in several major cities in Indonesia on Friday (2/5/2025) today.

Weather Forecast Today: Some Cities Are Expecting Light Rain

Several major cities have the potential to experience light rain on Tuesday (8/4/2025) today. Check out the following explanation.

Potential Extreme Weather to Hit Western Indonesia

The Meteorology, Climatology, and Geophysics Agency (BMKG) has identified the potential for extreme weather in western Indonesia